Connect With Us

Milenials Tangerang Diimbau Tidak Buru-buru Menikah

Mohamad Romli | Sabtu, 15 Desember 2018 | 15:58

Ratusan siswa SMK 11 Kabupaten Tangerang mendapatkan bekal pengetahuan mengenai Keluarga Berencana (KB) dan Generasi Berencana (GenRe) dari BKKBN Banten, Sabtu (15/12/2018). (TangerangNews/2018 / Mohamad Romli)

 

TANGERANGNEWS.com-Remaja di Kabupaten Tangerang diimbau merencanakan masa depan sebaik mungkin, tidak tergoda untuk ingin cepat menikah. Karena pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai masalah dikemudian hari.

Hal itu mengemuka dalam sosialisasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Banten di SMK 11 Kabupaten Tangerang, Kecamatan Jayanti, Sabtu (15/12/2018).

Kegiatan bertajuk Pengendalian Penduduk Bersama Mitra Tahun 2018 itu memberikan pemahaman kepada ratusan siswa pentingnya merencanakan usia pernikahan, menjaga pergaulan agar terhindar dari pengaruh buruk yang dapat merusak masa depan, seperti penyalahgunaan Napza serta seks pra nikah.

"Remaja Tangerang ini harus menjadi remaja yang luar biasa, karena kalian memiliki kesempatan yang jauh lebih baik, dapat pendidikan yang baik," imbau Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Tangerang Teteng Jumara.

Teteng juga menyampaikan, remaja di Tangerang menghadapi tantangan yang besar, karena akan merasakan fase bonus demografi. Kata Teteng, bonus demografi akan menjadi berkah jika kualitas sumber daya manusianya tinggi, namun juga menjadi musibah ketika generasi milenials saat ini tidak mempersiapkan diri untuk menyongsongnya.

"Setiap negara mengalami satu kali bonus demografi. Yaitu ketika jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif. Tantangannya, kalau kualitas SDM kita baik, maka akan membuat produktifitas negara meningkat, namun jika sebaliknya, hanya akan menjadi beban negara," bebernya.

Hal senada disampaikan Kabid Pengendalian Penduduk pada BKKBN Perwakilan Banten Budoyo. Ia mengingatkan, agar remaja yang sedang fase pertumbuhan menuju dewasa tersebut tetap menjaga intensitas komunikasi dengan orang tuanya. Karena menurutnya, pada fase ini, proses komunikasi dengan keluarga berkurang, karena asyik dengan teman sebaya atau lingkungan diluar rumah.

Budoyo berpesan demikian karena persoalan remaja kerap melanda karena menurunnya kualitas komunikasi dengan orang tua. Padahal menurutnya, meskipun seorang remaja sudah merasa lebih banyak tahu dari orang tuanya, namun soal pengalaman, orang tua tetap jauh lebih banyak.

"Minimal sekali sehari tetap bisa berkumpul bersama orang tua, misalnya saat sarapan. Momen seperti ini harus dijadikan kesempatan terjalinnya komunikasi. Kalau ada masalah, ceritakan kepada orang tua, mereka jauh lebih berpengalaman dalam mengatasinya," pesan Budoyo kepada para peserta yang notabene generasi milenials.

Selain Budoyo, hadir juga narasumber Ketua Koalisi Pengendalian Penduduk Provinsi Banten Enggar Utami. Perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai akademisi itu dengan penuh semangat mengajak remaja untuk berkiprah melalui berbagai program yang disediakan oleh BKKBN, salah satunya Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja).

Ia mengimbau, disetiap sekolah terdapat PIK Remaja karena menjadi wahana bagi remaja yang sedang dalam proses pertumbuhan mengetahui informasi terkait dirinya. Dengan berbekal informasi tersebut, maka setiap remaja akan sadar dan terhindar dari tindakan yang akan merugikan bahkan merusak masa depannya.

"Salah satunya soal usia pernikahan, kalian tahu berapa usia ideal menikah untuk perempuan dan laki-laki?," Tanya Enggar kepada peserta yang kemudian dijawab dengan jawaban beragam pertanda bahwa mereka (remaja) tersebut belum tersentuh pengetahuan tentang Generasi Berencana (GenRe) sebagai program BKKBN untuk remaja.

"Oke, sekarang kalian harus tahu dan harap dicatat, bahwa usia ideal menikah pertama untuk perempuan adalah 21, sementara laki-laki adalah 25 tahun. Kenapa diusia ini? karena secara fisik maupun mental sudah siap. Kalau dibawah usia itu disebut pernikahan dini, banyak ruginya pernikahan dini itu, terutama bagi perempuan," papar Angger.

Peserta pun kemudian diperkenalkan dengan berbagai program BKKBN, diantaranya Keluarga Berencana (KB) dan Generasi Berencana (GenRe).

"Jadi pengendalian penduduk melalui KB dan GenRe itu tujuannya bukan sekedar membatasi jumlah kelahiran, melainkan meningkatkan kualitas keluarga. Karena dengan keluarga yang berkualitas, maka akan lahir keturunan yang berkualitas," paparnya.(RMI/HRU)

AYO! TANGERANG CERDAS
Belum Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Makna Warna Seragam Sekolah SD, SMP, dan SMA

Belum Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Makna Warna Seragam Sekolah SD, SMP, dan SMA

Selasa, 2 Desember 2025 | 14:59

Meski sudah dipakai puluhan tahun, tak banyak yang tahu bahwa warna seragam sekolah di Indonesia ternyata memiliki makna tersendiri. Mulai dari putih-merah, putih-biru, hingga putih-abu, setiap kombinasi warna dirancang

KOTA TANGERANG
Proyek Galian Perumda Tirta Benteng Makan Korban, Pemotor Tewas di Jatiuwung

Proyek Galian Perumda Tirta Benteng Makan Korban, Pemotor Tewas di Jatiuwung

Jumat, 5 Desember 2025 | 15:41

Tragedi fatal akibat proyek galian Perumda Tirta Benteng (TB) yang dibiarkan mangkrak kembali terjadi di Kota Tangerang.

SPORT
The Springs Club Buka 3 Lapangan Padel Berkonsep Outdoor di Tepi Danau Gading Serpong

The Springs Club Buka 3 Lapangan Padel Berkonsep Outdoor di Tepi Danau Gading Serpong

Kamis, 4 Desember 2025 | 19:12

Menjelang penutup tahun 2025, The Springs Club (TSC) resmi meluncurkan fasilitas terbarunya Lake Side Padel di kawasan The Springs Summarecon, Gading Serpong, Tangerang.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill