Connect With Us

Dodod Juga Warisan Daerah

Rangga Agung Zuliansyah | Rabu, 5 Desember 2018 | 13:12

Ayu Septi Shofia, Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (Istimewa / Istimewa)

 

Oleh Ayu Septi Shofia, Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

 

Kesenian adalah bunga-bunga kehidupan masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME dan kegembiraan yang di kemas bentuk kesenian, tak terkecuali kesenian Dodod yang berasal dari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten ini.

Dodod merupakan seni pertunjukan yang menggambarkan kegiatan masyarakat ketika menanam padi. Tampilannya berupa tarian diiringi beberapa buah angklung dan dog-dog. Gerakan merupakan peniruan dari gerak mencangkul, tandur, ngarambet (membersihkan rumput dengan tangan).

Setiap pementasan Dodod beranggotakan sepuluh orang atau lebih yang masing-masing memiliki tugas tersendiri untuk memainkan alat musik dan dalam pentas tertentu ada juga beberapa penari yang menyesuaikan dengan irama musik Dodod yang didendangkan. Selain tarian dalam kesenian Dodod juga ada nyanyian-nyanyian syair tertentu. 

Alat-alat musik Dodod terdiri dari beberapa instrumen seperti Bedug ukuran kecil dan Angklung. Kostum para pemain Dodod biasanya seragam dan memakai penutup kepala yang masing-masing perpaduan Sunda dan Seni dalam Islam. Dodod juga dimainkan oleh pria maupun wanita. 

Kesenian Dodod memiliki keragaman baik dalam alat-alat, tarian dan aspek lainnya. Yang unik dari Dodod adalah perlatannya tidak bisa dibuat sembarangan karena jika dibuat oleh sembarang orang maka nada yang akan keluar berbeda dengan aslinya. 

Bukan hanya itu, dipercayai oleh masyarakat yang terlibat dalam kesenian Dodod ini, alat-alat Dodod pun tidak boleh dihias karena itu merupakan aturan dari leluhur yang tidak boleh dilanggar. Apapun keadaan dan bentuknya harus tetap seperti itu.

Dewasa ini, terbentuk Gubahan Seni Dodod yang berfungsi sebagai sarana upacara perkawinan dan khitanan. Tampaknya kedudukan Seni Dodod mengalami pergeseran yang semula sebagai sarana ritual pertanian, kini menjadi bagian penting dalam upacara perkawinan dan khitanan.

Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.

Dan sudah bukan rahasia lagi apabila kesenian tradisional di Indonesia mulai ditinggalkan generasi muda negeri ini, dan masuknya berbagai kebudayaan luar melalui berbagai media, tidak sedikit ikut mempengaruhi kelunturan apresiasi terhadap kesenian tradisional. 

Saat ini banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian tradisional seperti kesenian dodod yang berasal dari daerah Saketi Pandeglang-Banten ini, nampaknya sudah tidak menarik perhatian masyarakat, bahkan masyarakat  Pandeglang pun mayoritas tidak mengetahui kesenian ini. 

Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.

Dari waktu kewaktu, tarian tradisional sudah mulai tertutupi oleh adanya tarian modern mekipun tidak semua, tarian tradisional kini sudah tidak dilirik lagi, bahkan Anak-anak hingga kaum muda kini sudah lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan kecintaan kepada tari-tarian tradisional membuat perlahan demi perlahan eksistensinya berkurang atau bahkan punah, apalagi yang berkembang akhir-akhir ini negara kita sedang mengalami arus globalisasi yang cukup kuat mempengaruhi seluruh generasi muda kita seperti munculnya tari-tarian modern.

Melihat fenomena ini kita memang tak lantas dapat menyalahkan masyarakat yang lebih memilih menarikan tarian modern itu dibanding tari tradisional yang kita miliki. Perlunya ada penanaman dini tentang kecintaan terhadap budaya Indonesia khususnya seni bertari seperti mengenalkan seluruh tari-tarian tradisional agar setelah mereka mengenal lalu mereka tertarik untuk mempelajari selanjutnya.

Jika ditinjau dari aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan termasuk dalam aspek kebudayaan. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan.

Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Anak muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatif.

Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian.

Sudah saatnya kita kembangkan dan lestarikan kembali tarian tradisional yang sudah mulai tertutupi oleh tarian modern, karena bagaimanapun itu adalah hasil cipta karya bangsa kita.(RAZ/HRU)

WISATA
Tingkat Keterisian Hotel di Kabupaten Tangerang Diprediksi Meningkat 52 Persen saat Nataru

Tingkat Keterisian Hotel di Kabupaten Tangerang Diprediksi Meningkat 52 Persen saat Nataru

Kamis, 11 Desember 2025 | 22:40

Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Diporabudpar) Kabupaten Tangerang, memperkirakan tingkat keterisian hotel di wilayahnya meningkat hingga 52 persen dibandingkan saat hari-hari normal saat momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026.

TEKNO
Apa Itu Ethereum Fusaka? Ini Penjelasan yang Mudah Dipahami

Apa Itu Ethereum Fusaka? Ini Penjelasan yang Mudah Dipahami

Kamis, 4 Desember 2025 | 21:54

Fusaka pada dasarnya adalah peningkatan teknis yang mengubah cara data diproses di dalam jaringan Ethereum.

KAB. TANGERANG
Sapi Berlarian hingga Tabrak Mobil Usai Truk Pengangkut Terguling di Tol Tangerang-Merak

Sapi Berlarian hingga Tabrak Mobil Usai Truk Pengangkut Terguling di Tol Tangerang-Merak

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:03

Sebuah truk yang bermuatan sapi terguling di Tol Tangerang-Merak, Rabu 17 Desember 2025.

BANTEN
Warga Miskin Ekstrem di Kabupaten Tangerang Terbanyak se-Banten, Dipicu PHK Massal

Warga Miskin Ekstrem di Kabupaten Tangerang Terbanyak se-Banten, Dipicu PHK Massal

Selasa, 16 Desember 2025 | 23:08

Kabupaten Tangerang kini menyandang peringkat daerah dengan jumlah penduduk miskin ekstrem terbanyak di Provinsi Banten.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill