TangerangNews.com

Penuturan Keluarga, Tekanan Batin Penyebab Adi Saputra Rusak Motor

Yudi Adiyatna | Minggu, 10 Februari 2019 | 12:27 | Dibaca : 34465


Kediaman rumah kontrakan Kakak dan Adik dari Adi Saputra di wilayah Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Tangsel. (TangerangNews/2019 / Yudi Adiyatna)


 

TANGERANGNEWS.com-Pasca kasus viral tindakan Adi Saputra yang menghancurkan Sepeda motornya saat ditilang polisi dan membakar STNK. Adi Saputra pun kemudian diamankan pihak kepolisian dan dijerat pasal berlapis atas sangkaan kepemilikan kendaraan secara ilegal atau memiliki sepeda motor bodong yang ia beli dari sosial media.

Tangerangnews.com pun coba mencari tahu kondisi keseharian Adi Saputra, pemuda perantau asal Kota Bumi, Lampung Utara tersebut. Saat berkunjung ke rumah kontrakan Kakak dan Adik dari Adi Saputra di wilayah Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Tangsel, sang kakak bercerita jika Adi adalah tulang punggung keluarganya. 

Pemuda berusia 21 tahun itu telah hampir 5 tahun merantau dari kampung halamannya dan bekerja sehari-hari sebagai penjaga warung kopi di Pasar Modern BSD, Serpong dengan penghasilan sekitar Rp.50.000 per hari.

"Adi anak ke 6 dari 7 bersaudara. Dia tulang punggung kita di sini," ujar Sundari kakak kandung Adi.

#GOOGLE_ADS#

Sundari berkisah kondisi di kampung halamannya yang serba sulit membuat dia dan adik bungsunya, Aldi, 15, mengikuti jejak Adi merantau ke daerah BSD Serpong dan bekerja sebagai buruh kasar. 

Sundari yang kini telah menikah serta mempunyai dua orang anak ini, bahkan mengaku untuk makan sehari-hari saja sulit lantaran sang suami hanya bekerja sebagai tukang antar Gas Elpiji dan Aqua Galon.

Adapun dirinya sendiri bekerja menjadi penjaga toko kue di wilayah Pasar 8 Alam Sutra, Tangsel.

Suasana Adi Saputra pengendara sepeda motor yang mendadak viral akibat perbuatannya yang merusak sepeda motornya saat ditilang meminta maaf dan mengakui perbuatan khilafnya kepada petugas Kepolsian di Mapolres Tangsel.

Tak hanya mengajak sang kakak dan adiknya bekerja merantau, Adi pun kemudian memboyong kedua orangtuanya.

Kemudian mereka khusus dikontrakan di sebuah kamar yang tak jauh dari tempat tinggal Sundari, lantaran kondisinya telah sakit-sakitan.

"Orangtua tidak kerja, tulang punggung ya si Adi itu. Yang di kampung sudah berkeluarga (Kakak-kakaknya Adi). Di kampung Tani semua. Itu pun lahan orang. Makanya orangtua ikut Adi di sini, karena dia belum nikah," beber Sundari, Sabtu (9/2/2019). 

Lain Sundari, lain pula kisah Aldi, adik bungsu Adi yang masih tergolong di bawah umur ini pun terpaksa ikut bekerja membantu sang kakak.

Lantaran penghasilannya yang tak seberapa di warung kopi, Adi pun kemudian mencari uang tambahan demi orangtuanya dengan membantu bekerja di warung tenda di Pasar Modern BSD, hingga larut malam yang kemudian posisi tersebut pun digantikan oleh Aldi.

"Dulu dia yang ngajak saya. Katanya dia gak tidak kuat kerja pagi (jaga toko kopi) dan lanjut lagi malam di warung tenda, makanya saya yang suruh gantiin," jelas Aldi secara terbata-bata.

Aldi yang baru berusia 15 tahun ini pun berkisah motor yang digunakan oleh kakaknya saat ditilang petugas tersebut merupakan kendaraan yang baru dibelinya dari hasil jerih payah sang kakak bekerja, guna memudahkannya menuju tempat kerja dan mengunjungi orangtua yang terpisah tinggal dengannya. 

"Itu motor baru dia beli. Dia beli di Tandon Ciater, terus orangnya kabur. Sebelumnya dia kerja jalan kaki. Dia tiap pulang kerja pasti ke sini. Ngasih uang belanja buat ibu bapak. Kalau dia ngontraknya misah sendiri di belakang BSI sama temannya," beber Aldi.

Usai ditahan polisi, baik Sundari atau pun Aldi sangat ingin menemui  Adi yang saat ini mendekam di sel tahanan Polres Tangsel dan mengetahui kondisi keberadaaanya.

"Pengen jenguk Adi. Kita tidak mengerti mau ke sana, bingung ngomongnya. Tidak ada yang dampingi juga," kata Sundari lagi.

Pihak keluarga pun tak menyangka Adi yang selama ini dikenal pendiam dan baik dengan keluarga bisa melakukan tindakan di luar batas, hingga mmembuatnya diamankan petugas.

"Kita aja bingung kenapa dia sampai begitu. Biasanya juga pendiam. Sama Bapak aja jarang ngobrol. Sepertinya lagi tekanan batin, karena Mamah sebelumnya minta bayar uang kontrakan ke dia, lalu dia belum pegang uang sama sekali. Makanya saat ditilang polisi, dia mungkin jadi emosi," kata Sundari.

Atas aksinya yang kemudian mendadak viral itu pun, Sundari yakin jika sang Adik berbuat demikian hanyalah merupakan aksi spontanitas tanpa bermaksud untuk melawan petugas kepolisian.

"Tapi kalau yang dia bakar STNK itu karena didorong sama teman-temannya, kan Adi juga sempat cerita soal itu sama Adiknya," katanya.(RMI/HRU)