TangerangNews.com

Melihat Aktivitas Perajin Tempe di Tangerang yang Omzet Perhari Capai Rp1 Juta

Achmad Irfan Fauzi | Selasa, 2 April 2019 | 19:09 | Dibaca : 6413


Anton, pekerja usaha tempe milik Hidayah saat memasukkan biji kedelai yang sudah diberi ragi pada kantong plastik. (TangerangNews/2019 / Achmad Irfan Fauzi)


 

TANGERANGNEWS.com-Para perajin tempe di lingkungan RT 03/02, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang tampak begitu antusias memproduksi makanan khas ini.

Omzet perajin tempe memang sangat menjanjikan. Seperti yang diungkapkan Hidayah, warga setempat yang sudah menjadi perajin tempe sejak tahun 1980-an.

Ia yang hanya mempekerjakan satu orang karyawannya untuk membantu memproduksi tempe ini mengaku omzet per harinya tembus hingga Rp1 juta.

"Omzet saya di sini perhari Rp1 juta lebih. Tapi ini kotor ya bersihnya Rp500 ribuan," ujarnya kepada TangerangNews, Selasa (2/4/2019).

Anton, pekerja usaha tempe milik Hidayah saat memasukkan biji kedelai yang sudah diberi ragi pada kantong plastik.

Hidayah bercerita, dahulu, sejak tahun 1980-an, per hari hanya memproduksi tempe sebanyak satu kilo kacang kedelai. Namun memasuki tahun 2000-an, produksi terus menerus bertambah. Hingga kini, perhari bisa memproduksi tempe dengan kacang kedelai sebanyak satu kuintal.

"Sekarang, Alhamdulillah berkembang karena dulu mah cuma sekilo sekarang sekuintal," katanya.

Ia juga memaparkan proses pembuatan tempe tersebut. Kata dia, langkah pertama adalah mencuci bersih semua peralatan serta kacang kedelai. Kemudian, merendam kacang kedelai kurang lebih selama 13-18 jam.

#GOOGLE_ADS#

Jika sudah lunak, kulit kacang kedelai tersebut dikupas kemudisn dilas menggunakan air. Setelah itu, biji kacang kedelai yang sudah dibilas air tadi kemudian direbus. Kemudian ditiriskan pada tampah seraya didinginkan menggunakan kipas angin.

Selanjutnya, masukkan ragi tempe ke biji kedelai secara merata, dan aduk hingga rata. Langkah selanjutnya adalah memasukkan biji kedelai yang sudah diberi ragi pada daun pisang atau kantong plastik. Untuk tebal tipisnya sesuai dengan selera perajin.

"Kalau prosesnya di sini manual semua. Rebusnya juga tidak pakai kompor gas tapi pakai api alami (kayu bakar)," paparnya.

Proses selanjutnya, kata dia sepapan tempe tersebut dipotong hingga enam potong. Untuk kemudian didistribusikan ke sejumlah pasar tradisional di Kota Tangerang dengan harga per potongnya Rp5 ribu.

"Di sini sudah punya langganan masing-masing," ucapnya.

Hidayah berharap, usaha tempenya ini terus berkembang dengan adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk meningkatkan usahanya. Terlebih, di lingkungan ini tak hanya ia seorang yang jadi perajin tempe, melainkan ada sekitar 40-an warga dengan usaha serupa.

"Kami berharap semoga bisa maju lagi, meningkat lagi, dikembangkan lagi sama pemerintah," tukasnya.

Anton, pekerja usaha tempe milik Hidayah saat memasukkan biji kedelai yang sudah diberi ragi pada kantong plastik.

Lurah Koang Jaya Sarip Ubaidilah menyambut baik harapan perajin tempe. Lurah mengatakan, lingkungan yang notabene merupakan para perajin tempe akan disulap menjadi Kampung Tempe sesuai dengan program yang dicanangkan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yakni Kampung Kita.

"Alhamdulillah lewat program dari Wali Kota mereka antusias, mereka ingin dikembangkan usahanya," ucapnya.

Menurutnya, pemerintah akan memfasilitasi para perajin tempe di kampung tersebut. Sebab diakuinya, para perajin tempe ini kurang mendapat pembinaan.

"Perajin tempe di sini sudah lama berjalan karena di situ awalnya masyarakat pendatang tapi sekarang mereka sudah jadi warga asli sini karena sudah beranak pinak," tuturnya.

"Selama ini memang mereka kurang dari pembinaan. Mereka hanya sebagai manual saja sebisa mereka untuk produksi tempe itu. Jadi makanya belum maksimal kalau menurut kita," tukasnya.(RMI/HRU)