TangerangNews.com

HUT RI, Dinkes Tangsel Sosialisasikan Pentingnya 1.000 Hari Pertama Balita

Advertorial | Senin, 19 Agustus 2019 | 11:16 | Dibaca : 519


Dinkes Kota Tangerang Selatan menggelar kegiatan Talkshow (gelar wicar) Kesehatan dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan ke-74 RI di Perumahan Plataran Indah Bintaro, Jalan Gelatik, Sawah Lama, Ciputat. (TangerangNews/2019 / Rachman Deniansyah)


 

TANGERANGNEWS.com-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) bersama warga yang tergabung dalam Paguyuban Plataran Indah Bintaro, rayakan Hari Kemerdekaan ke-74 dengan menggelar Talkshow (gelar wicar) Kesehatan. 

Kali ini, tema yang diusung adalah pentingnya 1.000 hari pertama bagi balita (anak di bawah lima tahun).

Kegiatan yang dihelat di Perumahan Plataran Indah Bintaro, Jalan Gelatik, Sawah Lama, Ciputat, Tangsel, Minggu (18/8/2019) itu, turut dihadiri oleh Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA) Rita Ramayulis sebagai pemateri, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Tangsel Iin Sofiawati sebagai keynote speaker, serta puluhan warga yang antusias mengikuti acara.

Dinkes Kota Tangerang Selatan menggelar kegiatan Talkshow (gelar wicar) Kesehatan dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan ke-74 RI di Perumahan Plataran Indah Bintaro, Jalan Gelatik, Sawah Lama, Ciputat.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Tangsel Iin Sofiawati menjelaskan talkshow kesehatan ini cukup unik, lantaran sangat jarang acara bertema kesehatan itu dihelat di Hari Kemerdekaan.

"Saya sangat mengapresiasi warga plataran ini. Artinya, warga yang kebanyakan adalah keluarga muda, sangat peduli dengan kesehatan," jelas Iin usai talkshow berakhir.

Ia mengatakan, tema 1.000 hari pertama bagi balita ini sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak. 

#GOOGLE_ADS#

Selain itu, kata Iin, 1.000 hari pertama bagi balita itu juga menjadi program yang diusung Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Program itu juga sedang digencarkan.

"Kalau kita kabupaten/kota hanya menindaklanjuti, kemudian implementasinya seperti apa, nanti kita monitoring, dan evaluasi. Sudah sejauh mana, apakah sudah disosialisasikan secara merata atau belum," tuturnya.

Hal tersebut dilakukan karena menurutnya program kesehatan bagi balita ini sangatlah penting. Khususnya bagi para keluarga muda atau yang baru mempunyai atau akan mempunyai buah hati. "Karena itu golden period (periode emas)," imbuhnya.

Lebih lanjut, Iin menjelaskan rincian dari 1.000 hari pertama yang menjadi golden period bagi balita, yakni masa kehidupan seorang anak sejak masih berada di dalam kandungan atau masih menjadi janin, hingga berada di luar kandungan atau dilahirkan.

Dinkes Kota Tangerang Selatan menggelar kegiatan Talkshow (gelar wicar) Kesehatan dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan ke-74 RI di Perumahan Plataran Indah Bintaro, Jalan Gelatik, Sawah Lama, Ciputat.

"Jadi sejak mulai diketahui hamil, sampai 270 hari di dalam kandungan atau masih menjadi janin, sampai 730 hari di luar kandungan. Atau kurang lebih sampai anak berusia 2 tahun. Sebab sejak umur janin di dalam kandungan itu harus dipenuhi gizi, nutrisi, vitamin, dan sebagainya. Karena sudah dimulai pertumbuuan otak, fisik janin, dan lainnya," terangnya.

Kalau pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama itu gagal, maka sudah tidak akan bisa diperbaiki. Kemungkinan anak terserang penyakit seperti stunting, dan lainnya, akan semakin membesar.

"Mudah-mudahan dengan ini, warga Plataran Indah Bintaro menjadi warga yang sehat, serta terus peduli dengan kesehatan," harap Iin.

Rita Ramayulis, Ketua ISNA yang juga menjadi pemateri dalam kesempatan itu menjelaskan lebih detail pentingnya pemenuhan gizi bagi balita tersebut.

Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia, khususnya terhadap anak, harus diperhatikan dari pola makannya. Pola makan yang baik adalah pola makan yang sesuai dengan metode yang dicetuskan oleh Kemenkes.

"Yaitu yang mengikuti metode 'Isi Piringku'. Bahwa piring kita seharusnya terdiri dari empat kelompok makanan. Jadi kita bagi menjadi dua piring kita (setengah-setengah), masing-masing dari setengah itu (kanan dan kiri) kita bagi menjadi 2/3 dan 1/3 bagian," jelas Rita.

Ia menuturkan, 2/3 di sebelah kiri diisi dengan karbohidrat (nasi, kentang, dan lainnya), 2/3 sebelah kanan diisi dengan sayuran, 1/3 di sisi kiri diisi oleh lauk, dan 1/3 bagian kanan diisi oleh buah.

"Tapi hari ini buah sudah jarang sekali terlihat. Bukan lagi menjadi konsumsi harian, tapi hanya jadi konsumsi mingguan atau lebih jarang lagi," imbuhnya.

Menurut wanita yang juga berprofesi sebagai ahli gizi itu, pola makan yang kurang baik itu yang mengakibatkan mudahnya tubuh diserang oleh penyakit. Itu pula yang membuat di Indonesia ini terjadi pergeseran pola penyakit. 

"Sekarang penyakit yang terjadi di hari tua itu bukan lagi kerna potensi genetik, tapi lebih karena disebabkan adanya perubahan genetik seseorang," katanya.

Selain pola makan, kata Rita, masih terdapat faktor lain yang menyebabkan manusia rentan terhadap penyakit.

"Ada namanya piramida gizi seimbang. Di dalamnya terdapat 4 pesan. Pertama, makan dengan beraneka ragam, maksudnya makan sesuai metode 'Isi Piringku'. Kedua, peduli dengan timbang atau berat badan. Ketiga, perilaku hidup bersih, dan keempat, rajin berolah raga," terangnya.

Masih di lokasi yang sama, Rangga Bayu Pratama, Ketua Paguyuban yang mencetus acara ini mengatakan tema kesehatan ini sengaja diusung olehnya, karena memang berasal dari kemauan para warganya, yang didominasi oleh keluarga muda, atau pasangan yang baru berkeluarga.

"Karena semangat hidup sehat yang mulai muncul. Jadi kita mulai hidup sehat mulai dari keluarga, hingga  lingkungan lingkungan sekitar," singkatnya.(ADV)