TangerangNews.com

Orang Tua Terhimpit Ekonomi, Bayi Hidrosefalus di Setu Tangsel Butuh Pertolongan

Rachman Deniansyah | Rabu, 10 Februari 2021 | 13:08 | Dibaca : 8278


Muhammad Falih Akmar, bayi laki-laki yang mempunyai penyakit Hidrosefalus yang tinggal di Babakan, Setu, Kota Tangerang Selatan. (TangerangNews / Rachman Deniansyah)


 

TANGERANGNEWS.com-Malangnya nasib Muhammad Falih Akmar, bayi laki-laki yang tinggal di Babakan, Setu, Kota Tangerang Selatan. Sejak lahir, bayi yang kini masih berusia 13 bulan itu sudah mengidap penyakit Hidrosefalus, yang menyebabkan ukuran kepalanya kian membesar. 

 

Falih merupakan anak kedua dari pasangan muda Septian Prasetya, 28 dan Supriyani, 22, warga Jalan Kelapa Dua, Babakan, Setu.

 

Kini, kondisi Falih pun semakin memperihatinkan. Kedua orang tuanya hanya mampu merawat bayi mungil tersebut di kediamannya, dengan kondisi seadanya karena terhimpit persoalan ekonomi.

Yani, sang ibu kini sudah tak bekerja lagi. Sedangkan ayahnya, Septian, hanya bekerja serabutan, dengan penghasilan yang tak menentu. Selain Falih, pasangan muda itu juga harus merawat anak pertamanya yang kini masih berusia 5 tahun. 

 

Kepada TangerangNews.com, Yani menuturkan bahwa selama ini, dirinya hanya bisa memberikan perawatan seadanya ke anaknya. Yang terpenting, ia harus memastikan selang oksigen yang terpasang pada Falih masih berfungsi. Selang yang terpasang pada hidung Falih harus diganti secara rutin. 

 

"Paling kita hanya check up saja seminggu sekali di RSUP Fatmawati. Ini kan dipasang selang di dalamnya, jadi harus hati-hati banget. Kalau digendong juga hati-hati banget. Seharusnya kalau bayi biasa setahun kan udah bisa ngapain gitu. Nah ini Falih masih seperti bayi," tutur sang ibu sembari mengelus buah hatinya tersebut, Rabu (10/2/2021). 

 

Pergantian selang secara rutin itulah yang hanya mampu dijalani oleh kedua orang tuanya dalam merawat Falih. Itu pun, mereka harus merogoh kocek yang cukup besar, untuk biaya transportasi. 

#GOOGLE_ADS#

"Ya walaupun tidak ada (uang), kita bela-belain. Karena harus rutin, bahkan harus setiap hari. Cuma karena kondisi ekonomi kayak gini, kita izin juga ke dokternya minta solusi. Kata dokternya kalau anaknya perkembangan bagus, ya tidak apa-apa. Yang penting minimal sebulan empat kali. Alhamdulillah kalau ini tercover BPJS, tapi yang lain tidak," tuturnya. 

 

Ironisnya, masih banyak obat yang tak mampu dibeli untuk kesembuhan Falih. Lagi-lagi kekurangan dalam ekonomi menjadi kendalanya. Padahal, obat itu berfungsi untuk memperbaiki syaraf otak sang anak. Namun harganya mencapai ratusan ribu.

 

"Jadi selebihnya, kita disuruh nebus obat di apotek. Ada satu obat yang harusnya disuruh rutin dibeli. Obat itu buat syarafnya. Jadi memang beberapa kali dulu pernah beli, itu bagus banget. Falih langsung membaik. Tapi sekarang begini, ya mau bagaimana lagi," kata Yani. 

 

Atas kondisi tersebut, ia khawatir jika sewaktu-waktu kondisi kesehatan anaknya menurun. Seperti yang pernah terjadi saat selang yang terpasang pada tubuh Falih terjadi masalah. 

 

Saat itu, kata Yani, sepanjang hari Falih kerap menangis tanpa diketahui penyebabnya. Yani dan Septian pun panik, khawatir atas kondisi buah hatinya tersebut. 

 

Namun ironisnya saat dibawa ke Puskesmas Bakti Jaya, Falih justru ditolak. Padahal, saat itu kondisi Falih sangat mengkhawatirkan. Sampai sekujur tubuhnya sudah kejang dan membiru. 

 

"Aku ke Puskesmas malah enggak diterima. Dia kejang, awalnya kalau dari pihak Puskesmas bilang ada apa-apa bawa aja. Dia kejang aku bawa ke sana, malah enggak diterima. Katanya takut, ngeri, enggak nerima pasien Hidrosefalus. Langsung aku bawa ke RSU Tangsel. Padahal kan butuh penanganan," ungkapnya. 

#GOOGLE_ADS#

Ketika dibawa ke RS dia dimarahi oleh petugas medis karena kondisi anaknaya sudah membiru dan badannya dingin. “Saat sampai RSU malah saya diomelin. Dibilang kenapa enggak ke Puskesmas dulu anak udah kaya gini. Padahal di Puskesmas ditolak," sambungnya. 

 

Beruntung, sesampainya di RSU Tangsel Falih segera ditangani, dan membaik.  Saat ini, atas penyakit yang dideritanya, Falih yang sudah berusia 13 bulan itu belum menunjukkan perkembangan seperti bayi seusianya. 

 

Falih hanya mampu tertidur, tergeletak di kasur bayi. Kepala Falih kian membesar, sedangkan tubuhnya justru memiliki ukuran kecil. 

 

Yani mengungkapkan sangat membutuhkan uluran tangan, karena kesulitan biaya.  "Iya, karena ongkos seminggu sekali saja, naik Grab (ojek online) itu sudah Rp250 ribu pulang pergi. Tapi ya kita orang tua, Insya Allah kita ada-adain demi anak," pungkasnya.