TangerangNews.com

Dibalik Sosok Sapardi Djoko Damono yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Revolusioner Puisi Indonesia

Fahrul Dwi Putra | Senin, 20 Maret 2023 | 10:42 | Dibaca : 269


Google Doodle menampilkan penyair legendaris Sapardi Djoko Damono, Senin 20 Maret 2023 (@TangerangNews / Fahrul Dwi Putra)


TANGERANGNEWS.com- Google Doodle hari ini menampilkan sosok sastrawan atau penyair legendaris dari Indonesia.

Sosok penyair bernama Sapardi Djoko Damono ini diperingati hari kelahirannya oleh Google bertepatan pada, Senin 20 Maret 2023.

"Doodle hari ini memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia," tulis Google melalui laman resminya.

Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah 1940 lalu ini dikenal sangat mencintai buku, dibuktikan dengan masa kecilnya yang lebih banyak dihabiskan di perpustakaan.

Kegemaran berpuisinya telah dimulai sejak ia duduk di bangku SMA, kemudian Sapardi melanjutkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada dengan jurusan Bahasa Inggris. Lalu, ia menyelesaikan sekolah pascasarjana dan mengambil prodi Sastra Indonesia.

Sapardi sempat bekerja sebagai penyiar radio dan asisten teater, saat itulah terbesit untuk mulai serius dalam menggarap puisi-puisi hasil karyanya.

DukaMu abadi yang rilis pada 1969 menjadi debut pertama kumpulan puisi karya Sapardi dan mengangkat isu kondisi manusia. Karya pertamanya ini amat kontras dengan sebagian besar penyair pada saat itu yang lebih banyak fokus pada refleksi dan gagasan masyarakat.

Sukses dengan karirnya dalam bersair, Sapardi sempat memperoleh Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara dari ASEAN pada 1986 dan diangkat menjadi guru besar sastra di Universitas Indonesia.

Tidak berhenti disitu, Sapardi berniat memperkenalkan bentuk seni ke kancah internasional, keseriusannya ini terlihat dari didirikannya Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia.

Penyair legendaris ini pun beberapa kali menerjemahkan karya sastra dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia. Salah satu terjemahannya yang paling terkenal adalah The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway .

Kumpulan puisi terbesarnya bertajuk Hujan Bulan Juni yang terbit pada 1994 banyak mengilhami musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa. 

Pada tahun 2010, Sapardi diangkat menjadi dekan fakultas di Universitas Indonesia dan mengggelar resital puisi untuk merayakan karya hidupnya.

Sastrawan inspiratif ini berpulang pada 19 Juli 2020, selama kariernya sejumlah penghargaan bergengsi pernah ia raih di antaranya Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sastra pada tahun 2003 dan Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun 2012.

Meski telah tiada, karya-karya Sapardi masih banyak dibaca di seluruh dunia sebagai ode untuk generasi penulis berikutnya.