Connect With Us

Sebelum Meninggal, KPPS di Pondok Aren Merasakan Ini

Rachman Deniansyah | Minggu, 21 April 2019 | 19:00

Keluarga dari almarhum Hanafi yang menjadi Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kelurahan Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Kota Tangsel saat menunjukan foto bersama almarhum saat masih hidup. (@TangerangNews / Rachman Deniansyah)

TANGERANGNEWS.com-Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Hanafi yang menjadi Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kelurahan Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Kota Tangsel sempat merasakan sakit di bagian perutnya. 

Hal tersebut diungkapkan Tri Widartani yang merupakan istri almarhum,  kepada TangerangNews saat ditemui di rumah duka, Jalan Wahid Hasyim, Gang Mushola, RT06/05, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangsel, Minggu (21/4/2019).

Tri mengaku, sebelum ditinggal oleh suaminya, dia tak mengetahui penyakit yang diderita. "Sebelumnya tidak punya penyakit, dia (Hanafi) tidak pernah cerita dan tidak pernah bilang," ungkap Tri. 

Dikatakan oleh Tri, ketika hari pencoblosan berlangsung, suaminya pulang ke rumah dari TPS 50 Kelurahan Jurang Mangu Timur tempat dia bertugas, lantaran mengeluh kesakitan pada perutnya. 

"Katanya, perutnya lagi tidak enak pas lagi pencoblosan. Terus keluar lagi beli air kelapa ijo, setelah itu balik lagi ke TPS sekitar jam 11 (Siang)," ujarnya. 

Setelah kembalinya ke TPS untuk melanjutkan tugasnya, kata Tri, suaminya kembali pulang ke rumah sekitar pukul 13.00 WIB untuk beristirahat sambil menunggu waktu perhitungan.

Namun, saat tengah beristirahat, Hanafi kembali diminta agar balik lagi ke TPS untuk melakukan penandatanganan. 

"Bapaknya mau berangkat (ke TPS), tapi udah benar-benar tidak kuat. Terus saya bilang, tanda tangan bisa dibawa ke rumah tidak?," tanya Tri kepada para anggota KPPS yang datang ke rumahnya. 

Tri menuturkan, semenjak saat itu suaminya tak mampu lagi untuk bangun dan hanya dapat terbaring di kasur. Hingga akhirnya, Tri memanggil dokter untuk datang ke rumahnya pada malam hari. 

"Katanya sih asam lambungnya naik kata dokter," imbuhnya.

Sampai keesokan harinya pada Kamis (18/4/2019), Hanafi tetap hanya terbaring lemas. Karena kondisi yang mengkhawatirkan itu, Tri memanggil tokoh agama di wilayah Pondok Aren untuk dilakukan rukiyah kepada suaminya. 

"Saran dari Ustadz, kalau sudah bisa membuka matanya tolong dibawa ke rumah sakit, takutnya nanti ada gangguan medis yang tidak ketahuan," ungkapnya.

Namun takdir berkata lain, ketika hendak di bawa ke rumah sakit, Hanafi harus menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 17.00 WIB. 

Perginya Hanafi tersebut, diduga oleh Tri lantaran beberapa faktor. Yang utama ialah karena kelelahan dan juga pola makan yang tak teratur. Sebab, sebelum hari pencoblosan Hanafi harus mengurus distribusi logistik pemilu, serta keperluan lainnya yang mengharuskan dirinya bermalam di TPS.(RAZ/RGI)

HIBURAN
80 Brand Ramaikan DRP Paris di JF3 SMS Tangerang, Ada dari Prancis dan Jepang

80 Brand Ramaikan DRP Paris di JF3 SMS Tangerang, Ada dari Prancis dan Jepang

Jumat, 1 Agustus 2025 | 22:31

JF3 Fashion Festival 2025 kembali diramaikan DRP Paris yang digelar selama 12 hari penuh dari tanggal 30 Juli hingga 10 Agustus 2025 di Summarecon Mall Serpong (SMS) Tangerang.

TANGSEL
Pedagang Bendera di Tangsel Keluhkan Sepi Pembeli Gegara Bendera One Piece Viral

Pedagang Bendera di Tangsel Keluhkan Sepi Pembeli Gegara Bendera One Piece Viral

Sabtu, 2 Agustus 2025 | 21:00

Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-30 Republik Indonesia (RI), para pedagang bendera dan atribut kemerdekaan mengeluhkan sepinya pembeli, Sabtu 02 Agustus 2025.

TEKNO
Bos OpenAI Wanti-wanti Masyarakat Jangan Curhat Hal Pribadi ke ChatGPT

Bos OpenAI Wanti-wanti Masyarakat Jangan Curhat Hal Pribadi ke ChatGPT

Jumat, 1 Agustus 2025 | 07:29

CEO OpenAI Sam Altman memperingatkan masyarakat untuk tidak sembarangan membagikan informasi pribadi kepada chatbot ChatGPT.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill