Connect With Us

Komentar Pedas Sejarawan Tangsel Soal Tugu Pamulang

Rachman Deniansyah | Jumat, 16 April 2021 | 10:26

Seorang Sejarawan TB Sos Rendra. (Istimewa / Istimewa)

TANGERANGNEWS.com-Polemik Tugu Pamulang yang terletak di persimpangan Jalan Siliwangi, Pamulang Tangerang Selatan, menyedot perhatian publik. Tak terkecuali dari kalangan sejarawan. 

Seperti salah satunya tanggapan yang dilontarkan oleh seorang Sejarawan sekaligus Budayawan asli Tangsel, TB Sos Rendra. 

Ternyata bukan hanya warganet atau masyarakat awam saja, Rendra pun tak mengerti makna di balik bentuk tugu berkerangka putih tersebut. 

"Jangankan saya, Benyamin saja yang sudah 10 tahun menjadi Wakil Wali Kota saja itu enggak tahu maknanya seperti apa," ungkap Rendra kepada TangerangNews.com, Kamis (15/4/2021). 

Hal itu pun sangat disayangkan olehnya. Sebab, menurutnya, proses pengerjaan proyek tugu yang berlangsung di tengah hingar-bingar pembangunan kota itu, rampung seolah tak bermakna. 

"Waduh saya enggak terima. Saya katakan itu hanya berdiri sendiri. Hanya pembuatnya sajalah itu yang tahu (mengerti) apa artinya. Mereka sok tau gitu," ujar tokoh yang menjadi penulis buku cerita rakyat Tangsel itu. 

Seharusnya, pembangunan tugu yang menjadi ikon Kota Tangsel itu haruslah dimusyawarahkan terlebih dahulu. 

Namun musyawarah itu sebaiknya bukan hanya dilakukan kepada para pemangku kepentingan saja, tapi juga dibahas bersama para tokoh. 

"Harusnya itu dimusyawarahkan dulu dengan para tokoh di Tangsel, tokoh budaya, sejarawan, ataupun tokoh agama gitu kan. Banyak di kita (Tangsel) tuh sejarawan, budayawan," katanya. 

Sebagai seorang sejarawan sekaligus budayawan asli Kota Tangsel ini, Rendra pun memiliki pendapat tersendiri terkait pembangunan Tugu Pamulang tersebut. 

Ia berkeinginan untuk menjadikan Tugu yang berada tepat di bunderan Pamulang itu sebagai ikon dan ciri khas Kota Tangsel yang bermakna. 

Bukan hanya sebatas rangkaian kerangka besi berwarna putih kusam, dengan kubah di atasnya. Seperti yang dijumpai saat ini.

"Intinya saya setuju kalau Tugu Pamulang itu diukir dengan kisah jejak pahlawan di Tangsel. Umpannya pahlawan seribu. Nanti di dalamnya itu ada relief-relief perjuangan Pahlawan Seribu," ujar pria yang juga menjadi penulis kisah perjuangan Pahlawan Seribu itu. 

Untuk diketahui, kisah Pahlawan Seribu yang dipimpin oleh KH Ibrahim merupakan jejak sejarah yang menceritakan aksi heroik rakyat Tangsel, dan sekitarnya dalam mengusir para penjajah yang masih menduduki wilayah Serpong. 

Saat itu, meski bumi pertiwi telah merdeka sejak Agustus 1945, daerah Serpong masih diduduki oleh tentara NICA (Nederlands Indies Civil Administration) hingga tahun 1946. Mereka memiliki misi untuk menyisir keberadaan sisa-sisa pasukan Jepang yang kalah di Perang Dunia II.

Para penjajah itu, bermarkas di kantor perusahaan perkebunan miliki Belanda yang kemudian kini menjadi PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) di Cilenggang.

"Kemudian pada hari Kamis tanggal 26 Juni 1946, mereka (penjajah) diserang oleh KH Ibrahim dengan membawa seribu laskar rakyat. Ada yang dari Rangkasbitung sampai Cisauk, Cilenggang, Pondok Jagung, Lengkong Gudang, dan Ciater turut ikut menyerang. Kemudian dihadang di Cilenggang," papar Rendra. 

Dengan cerita heroik para pahlawan asli Tangsel itulah, Rendra menyarankan pihak yang bertanggungjawab untuk membangun Tugu Pamulang dengan desain monumental yang bercerita tentang perjuangan rakyat Tangsel. 

Alasannya, tentu sebagai sarana edukasi. Agar warga Tangsel yang kini hidup di tengah gemerlapnya kemajuan teknologi dapat mengetahui bahwa di kota ini juga memiliki sosok pahlawan. 

"Jadi alangkah baiknya tugu yang ada di bunderan Pamulang itu jadi tugu pahlawan. Ketika orang lewat pun tahu, wah ternyata Tangsel punya pahlawan. Sebagai jejak pahlawan di Tangsel," sambung Rendra. 

Jika hal itu dapat terwujud, Rendra yakin bahwa tugu Pamulang dapat menjadi ikon dan kebanggan warga Tangsel. 

"Karena nantinya akan menjadi ikon. Begitu maksud saya. Sebagai pengingat bahwa Tangsel itu punya pahlawan. Seperti di Surabaya misalnya itu kan ada patung ikan dan buaya. Melihat Jakarta, itu punya Monas, Bandung ada Gedung Sate. Nah bangunan ikonik ini yang dibutuhkan di Tangsel. Umpamanya jadi kalau Tangsel, 'Wah ada tugu Pahlawan Seribu'," pungkasnya. (RAZ/RAC)

SPORT
Taklukkan Arema, Persita Selamat dari Zona Degradasi 

Taklukkan Arema, Persita Selamat dari Zona Degradasi 

Kamis, 14 Maret 2024 | 00:17

Usai menjalani beberapa laga tanpa kemenangan, Persita akhirnya berhasil mengamankan posisi dari zona degradasi dalam klasemen sementara BRI Liga 1 musim 2023/2024.

TOKOH
Mengenal Baden Powell dan Sejarah Dicetuskannya Pramuka

Mengenal Baden Powell dan Sejarah Dicetuskannya Pramuka

Kamis, 22 Februari 2024 | 15:37

Praja Muda Karana atau Pramuka merupakan gerakan kepanduan paling populer yang dicetuskan oleh Baden Powell.

OPINI
Tarif Tol Naik Buah Kebijakan Kapitalistik

Tarif Tol Naik Buah Kebijakan Kapitalistik

Minggu, 17 Maret 2024 | 16:24

Ya, tarif tol mengalami kenaikan tajam di bulan Ramadan tahun 2024 ini. Kenaikan ini mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No. 250/KPTS/M/2024 tanggal 2 Februari 2024.

BISNIS
5 Alasan Mengapa Bitcoin Banyak Digunakan Sebagai Metode Transaksi

5 Alasan Mengapa Bitcoin Banyak Digunakan Sebagai Metode Transaksi

Senin, 18 Maret 2024 | 09:19

Di Indonesia, harga Bitcoin hari ini sering kali menjadi sorotan utama, mengungguli berita tentang peran Bitcoin dalam transaksi sehari-hari. Hal ini bisa dimengerti mengingat Bitcoin belum diakui sebagai alat pembayaran resmi di negeri ini.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill