Kamis, 6 Februari 2025

Media Asing Singgung Kebijakan Indonesia Blokir Aplikasi Temu

Logo aplikasi e-commerce asal Cina, Temu(@TangerangNews / Fahrul Dwi Putra )

TANGERANGNEWS.com- Kehadiran aplikasi Temu marketplace asal China kian menjadi sorotan banyak pihak. Baru-baru ini, media asing menyinggung kebijakan pemerintah Indonesia yang memutuskan untuk memblokir aplikasi tersebut.

"Pada bulan Oktober 2024, Indonesia memerintahkan Temu untuk menghapus aplikasinya dari toko aplikasi. Keputusan ini diambil dengan alasan untuk melindungi pedagang lokal yang tergerus oleh produk-produk murah dari China. Tak hanya Indonesia, pekan lalu, Vietnam juga mengancam untuk melarang Temu dan platform sejenis, Shein, karena dianggap belum mendapatkan izin untuk berbisnis di negara tersebut," dikutip dari The Guardian, Rabu, 20 November 2024.

Banjirnya produk-produk murah asal China, yang sering kali dikenakan pajak impor minim, telah merugikan pedagang dan produsen lokal. 

Salah satu pendiri perusahaan riset pasar Cube Simon Torring mengatakan, para pelaku usaha lokal kesulitan untuk bersaing dengan kecepatan, kualitas, dan harga yang ditawarkan oleh platform online seperti Temu.

Temu, yang merupakan versi internasional dari Pinduoduo, telah beroperasi sejak 2015 di China. Platform ini mulai merambah pasar global pada tahun 2022 di Amerika Serikat dan Eropa, lalu memperluas jangkauannya ke Asia Tenggara pada 2023, dimulai dengan Filipina dan Malaysia, serta Thailand, Brunei, dan Vietnam pada tahun ini.

Analisis Bain & Co yang diterbitkan pada November 2024 menyebut, lonjakan konsumsi dari kelas menengah Asia Tenggara menjadikan kawasan ini sebagai pasar yang sangat potensial. 

Penjualan belanja online di wilayah ini diperkirakan mencapai $160 miliar pada 2024, menurut. Waktu yang tepat bagi Temu untuk mengejar ekspansi internasional, mengingat ekonomi China yang melambat dan daya beli domestik yang menurun.

Namun, pelambatan ekonomi China justru memberi peluang bagi Temu. Banyak pabrik di China kini memiliki kapasitas produksi yang belum terpakai, memaksa pemasok utama Temu untuk menawarkan barang dalam jumlah besar dengan biaya rendah, sehingga memberikan keuntungan besar bagi marketplace ini. 

Dengan memanfaatkan produk yang diproduksi secara masal dengan harga murah, Temu berhasil menawarkan barang-barang dengan harga yang sangat terjangkau.

Di Asia Tenggara, Temu memperkenalkan strategi yang sama dengan yang digunakan di pasar Barat, yakni memberikan diskon besar-besaran dan kampanye iklan yang agresif, sambil mengunci konsumen dengan pengalaman berbelanja yang gamified, seperti roda hadiah dan penghitung waktu.

Banyak konsumen, seperti Poom Chotikavan, Direktur Operasional Taksa Toys di Thailand, yang merasa produk-produk Temu sangat menarik dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan di pasar lokal. Chotikavan sendiri membeli holder MagSafe untuk iPhone seharga $3 di Temu, yang seharusnya harganya lebih dari tujuh kali lipat di toko lokal.

Namun, bagi pedagang lokal, hal ini menjadi masalah besar. Produk tas rajut dari rumput yang dijual di Temu dengan harga $3, misalnya, bisa dijual oleh pedagang lokal Indonesia dengan harga enam kali lipat lebih mahal. 

Hal yang sama terjadi di Vietnam, di mana jaket yang dijual di pasar lokal seharga $15, dapat dibeli di Temu dengan harga yang sama, bahkan dengan pengiriman gratis.

Konsumen menikmati harga murah yang ditawarkan Temu, tetapi bisnis lokal mendesak pemerintah untuk segera bertindak. Indonesia menjadi negara yang paling tegas dalam menghadapi hal ini, dengan meningkatkan pajak dan melarang e-commerce di platform media sosial pada 2023. Keputusan ini memaksa TikTok Shop untuk mengakuisisi pesaing lokal yang tengah kesulitan agar tetap bisa beroperasi di Indonesia.

Tags Aplikasi Temu Online Shop Temu Temu Pembunuh UMKM Toko Online