TANGERANG-Pihak Badan Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Tangerang membantah adanya penganiayaan yang dilakukan taruna senior saat diklat orientasi pembelajaran hingga menyebabkan tewasnya salah satu taruna Erfin Juniyantoro, 19.
Kepala Unit Kerja Sama Pelayanan dan Alumni BP2IP Amirullah menjelaskan kronologis peristiwa itu berawal ketika diklat orientasi pembelajaran dimulai pada Senin (9/7). Semua taruna, termasuk Erfin, mengikuti kegiatan dengan normal hingga hari Selasa (10/7). Lalu pada Rabu (11/7) pagi, Efrin mengikuti kegiatan mulai dari apel, ceramah hingga latihan lari.
“Saat kegiatan lari, instruktur pendamping melihat Erfin larinya di posisi paling belakang. Instruktur menanyakan apa dia masih bisa mengikuti kegiatan. Erfin jawab masih siap mengikuti kegiatan,” ungkapnya, Jumat (13/7).
Beberapa saat kemudian, Erfin berenti lari dan duduk. Instruktur melihat kondisinya sudah letih. Akhirnya saat itu dia direkomndasikan ke poliklinik BP2IP untuk ditangani tim medis. Setelah diberikan penanganan yang baik, Erfin meminta izin untuk kembali mengikuti kegiatan. Ia pun mengikuti semua kegiatan sampai malam hari.
Keesokannya, pad kamis (12/7), Erfin masih mengikuti kegiatan lagi, mulai dari apel hingga baris berbaris, sampai pukul 09.00 WIB. Setelah kegiatan itu, instruktur pendamping atau pembina harian, mengumumkan kepada semua calon taruna yang merasa sakit dan tidak sanggup mengikuti kegiatan agar segera ke poliklinik untuk mendapat perawatan.
“Lalu Erfin izin ke klinik karena telapak kakinya lecet. Hal itu bisa disebabkan karena penggunaan sepatu laras. Ia istirahat sampai jam 11.00 WIB, kemudian dia menuju tenda peristirahatan dan tertidur hingga tidak ikut makan siang,” tambah Amirullah.
Erfin pun dibangunan salah satu instrukur, David Rikardo, lalu diperintahkan untuk mengikuti makan siang bersama taruna lainnya. Saat bergabung, Erfin makan dengan lahap, namun intruktur melihat ada keganjilan. “Dia makan buah melon berikut dengan kulitnya. Setelah itu tangannya mulai gemetar. Instuktur David langsung mengadukan ke kordinator lapangan, Hari Gunanto. Kemudian Erfin dibawa ke poliklinik,” ungkapnya.
Setelah diberi tindakan medis di poliklinik, Erfin dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Husada. Namun ia kembali dirujuk ke RS Sari Asih Karawaci, tapi karena tidak ada ruang ICU, Erfin dirujuk lagi ke RSU Kabupaten Tangerang. “Setelah ditawat di RS, kami mendapat kabar kalau Erfin sudah meninggal pukul 23.00 WIB,” pungkas Amirullah.
Sementara itu, Kepala BP2IP Mariho Simanjuntak mengatakan, saat masa diklat tidak melibatkan senior taruna. Namun dilaksanakan instuktur yang merupakan pegawai BP2IP. "Saya rasa tidak ada penganiayaan oleh senior. Diklat orientasi pembelajaran yang dilaksanakan selama lima hari seluruhnya dilaksanakan ileh panitia instruktur BP2IP," katanya.
Ditanya terkait luka memar dan lecet di kaki Erfin, Marihot menduga akibat separu laras arau pdl yang dipakainya saat latihan. Namun untuk memastikan apakah itu luka akibat penganiayaan, pihaknya akan melakukan identifikasi. "Kita belum identifikasi terkait luka itu. Jadi belum tau. Tapi kalau luka lecet di kaki, itu biasa dialami taruna lainnya akibat sepatu pdl," terangnya.
Sedangkan terkait bantuan sumbangan, Marihot mengaku pihak BP2IP tidak ada anggaran untuk itu. Sebenarnya, setiap taruna diberikan asuransi, namun Erfin belum didaftarkan. "Dia masih calon taruna jadi belum dapat asuransi. Tapi kita akan bantu sebisanya," tandasnya.(RAZ)
Tags