TANGERANG-Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemilihan umum di Kota Tangerang cenderung baik. Namun jika dibandingkan, tingkat kehadiran pemilih ke TPS saat Pemilihan Presiden (Pilres) masih lebih besar dibanding saat Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot).
Hal itu diketahui dari hasil penelitian partisipasi pemilih yang dilakukan KPU Kota Tangerang dengan Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Tangerang dengan melibatkan 400 responden di 13 Kecamatan, pada Juni-Juli 2015.
Dari empat gelaran pemilu dan pilkada paling akhir, yakni Pilpres 2014, Pileg 2014, Pilwakot 2013 dan Pilgub 2011, partisipasi masyarakat pemilih di Kota Tangerang rata-rata mencapai 66,86 persen, dengan rincian: Pilpres 74,13 persen, Pileg 66,45 persen, Pilgub 64,32 persen dan Pilwakot 62,52 persen.
“Diketahui bahwa partisipasi pemilih pada Pilpres paling tinggi sementara pada Pilwalkot paling rendah,” kata Kepala Divisi Teknik Kepemiluan dan Hubungan Partisipasi Masyarakat KPU Kota Tangerang Banani Bahrul di Kantor KPU Kota Tangerang Jalan Nyimas Melati, Kamis (10/9).
Padahal, kata Banani, alasan utama pemilih dalam menjatuhkan pilihannya kepada calon dalam Pilwalkot karena mengenal figur sang calon, dengan jumlah responden sebanyak 25 persen.
Selain itu, masyarakat yang menggunakan hak pilihnya sebagai saluran aspirasi politik sebanyak 14 persen, karena ajakan teman atau saudara 18 persen, sekadar memilih 11 persen, 10 persen karena menaruh harapan pada calon, 6 persen tahu rekam-jejak, 3 persen karena ada imbalan, dan 13 persen sisanya karena alasan lain.
“Artinya, meskipun masyarakat mengenal figur para calon wali kota dan wali kota, hal itu tidak mempengaruhi besarnya partisipasi pemilih yang dapat ke TPS,” kata Banani.
Adapun alasan pemilih yang tidak datang ke TPS pada Pilwakot, yang paling besar dikarenakan tidak mengetahui visi-misi calon dengan jumlah responden 26 persen, tidak percaya terhadap pemerintah kota 12 persen, tidak tahu tanggal pemilihan dan atau lokasi TPS 5 persen, tidak terdaftar sebagai pemilih atau tidak mendapat pemberitahuan 15 persen, ada urusan lain 17 persen, malas 13 persen, membuang waktu 3 persen, dan 9 persen karena alasan lain.
Ketua KPU Kota Tangerang Sanusi Pane menambahkan jika melihat gambaran tersebut, secara umum, pemilih di Kota Tangerang cenderung rasional dan memahami pilihannya. Meskipun jumlah pemilih karena faktor emosonal masih signifikan yakni karena sekadar memilih, terpengaruh oleh orang lain, bahkan dapat dibeli.
“Gambaran ini menjadi bekal kami untuk menyusun usulan dan menentukan kebijakan sosialisasi dan pendidikan politik ke depan,” imbuhnya.
Selain itu, kata dia, hasil riset ini juga bisa menjadi catatan para calon kepala daerah agar bisa lebih bisa memberikan kepercayaan masyarakat melalui visi mis yang realistis dan menarik lebih banyak partisipasi masyarakat.