TANGERANGNEWS.com-Alex, salah seorang sopir angkot trayek R11 Perumnas-Cikokol yang turut berdemonstrasi di gedung Puspemkot Tangerang bercerita kisahnya kepada TangerangNews, Senin (15/10/2018).
Ia bekerja sebagai sopir angkot sejak 10 tahun lalu. Menurutnya, penghasilan 'narik' angkot per hari selama selama setahun terakhir mencapai Rp 100 ribu dengan setoran Rp 70 ribu.
Namun belakangan ini, semenjak rute BRT koridor 2 beroperasi dengan trayek Perumnas-Poris, penghasilannya turun drastis hanya Rp 20 ribu perhari.
"Pas ada Tayo terasa. Sehari paling cuma Rp 20 ribu, kalau setoran selalu nombok," kata Alex.
#GOOGLE_ADS#
Alex menyebut BRT dengan istilah Tayo. Ia menuturkan bahwa keberadaan Tayo mempengaruhi penghasilannya yang kian menurun karena penumpang beralih.
"Ya narik juga percuma, sewanya enggak ada pada naik tayo semua," tuturnya.
Alex juga mengaku sopir angkot menjadi satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakoninya. Ia bekerja untuk menghidupi keluarganya dengan tanggungan seorang istri dan dua orang anak.
Saat ditanya soal rezeki tidak ke mana, Alex menjawab dengan singkat sembari mengalihkan pandangannya. "Ya gimana saya juga bingung," ungkapnya.
Dalam dua pekan terakhir, ia turut serta berdemonstrasi sampai-sampai ia dan puluhan rekannya tidak narik demi memperjuangkan nasibnya.
Alex berharap, pemerintah setempat dapat memberikan solusi mengenai hal ini. "Harapan saya yang penting bisa bekerja," imbuhnya.(RAZ/HRU)