TANGERANGNEWS.com-Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang menggencarkan program Kampung Kita. Kampung Kita adalah program yang diklaim dapat membawa perubahan ke arah positif dengan melahirkan kampung-kampung berkonsep perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Berbagai upaya pun digenjot Pemkot Tangerang untuk memaksimalkan peran aktif masyarakat dalam merubah lingkungannya dengan penuh kesadaran. Sehingga diharapkan jika telah terbangun sikap peduli terhadap lingkungannya, masyarakat dengan sendirinya akan bahu-membahu mempersolek pemukimannya menjadi lebih bersih, dan tertata rapi.
Untuk mengimplementasikan program tersebut merata di 13 kecamatan yang ada di Kota Tangerang, Wali Kota Arief R Wismansyah pun memberikan tanggungjawab kepada jajarannya disetiap organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menciptakan kampung tematik.
Misalnya, Satpol PP tengah merancang adanya kampung tematik bertema aman dan tentram. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan tema kampung kebudayaan. Sedangkan Dinas Pemuda dan Olahraga dengan kampung bertema olahraga.
Selain para OPD, setiap Kelurahan juga tengah mendorong masyarakat di wilayahnya untuk berbenah dengan membenahi lingkungannya menjadi layak huni nan indah yang dihiasi mural-mural. Arief mengatakan sudah ada beberapa kampung tematik baru yang telah terbentuk maupun dalam progres pembentukan.
“Paling tidak sudah ada 10 atau 15 (kampung tematik) yang sudah jadi. Kami harap dibantu sosialiasi juga. Karena manfaatnya, masyarakat merasa nyaman tinggal di situ dan pertumbuhan ekonominya,” katanya kepada reporter TangerangNews, Selasa (29/1/2019).
Menurutnya, lingkungan yang telah terbentuk menjadi asri tersebut berkisar 10 kampung tematik. Yang terbaru adalah Kampung KPK, Kampung Tidar, Kampung Rawacana dan Kampung Masyarakat Informatika.
Sebelumnya juga terbentuk yang diklaim kini menjadi kampung destinasi wisata adalah Kampung Bekelir, Kampung Markisa, Kampung Grenpul, Kampung Batik, Kampung Inovasi Hidroponik hingga Kampung 3D.
Arief mengatakan, Pemkot Tangerang akan tetap memberikan perhatian penuh terhadap seluruh kampung tematik, baik yang baru terbentuk maupun yang masih dalam proses pembentukan.
Sebab selain menanamkan rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya, Arief menyebut program Kampung Kita ini juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mendirikan usaha di lingkungannya.
"Misalnya kampung-kampung yang sudah terbentuk tuh girang bener dia (senang sekali). Karena sekarang banyak orang yang datang beli oleh-oleh di situ. Dan saya pikir kan kita pengennya program benahi kota mulai dari kampung. Makanya kita terjunkan ke bawah," papar Arief.
Namun, salah satu warga Kampung Bekelir, Vikri Ramadhan menilai pertumbuhan ekonomi masyarakat di lingkungannya belum nampak. Sebab, para pedagang yang menjajakan makanan kuliner di sepanjang Jalan Kali Pasir atau pinggir Kali Cisadane sepi pembeli. Bahkan dari 13 booth pedagang, 5 di antaranya selalu tutup.
"Warga yang berjualan semakin sepi. Pengunjung sepi. Paling ramai pembeli hanya pada hari libur," kata Vikri kepada TangerangNews, Kamis (31/1/2019).
Sepinya pembeli itu, kata dia, lantaran para pengunjung sulit memarkirkan kendaraannya ketika hendak mencicipi makanan kuliner yang dijajakan para warga Kampung Bekelir.
Selain itu, para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Bekelir pun berangsur-angsur menurun. Biasanya, kata dia, setiap hari bisa mencapai 50 orang. Bahkan mereka datang dalam bentuk rombongan. Namun kini, sudah jarang yang datang karena menurut Vikri kurangnya daya tarik.
Ia juga menuding Pemkot Tangerang dalam membentuk Kampung Bekelir kurang perencanaan, sehingga terkesan hanya terpenuhinya program Kampung Kota, tanpa persiapan yang matang.
"Bagaimana dagangan ada yang mau beli, sementara ruang untuk parkir saja sulit," imbuhnya.
Pengamat tata kota Nirwono Joga menyarakan, sebelum Pemkot Tangerang mempercantik kampung menjadi kampung tematik, semestinya dilakukan pembenahan kampung terlebih dahulu.
Hal itu, kata dia, sesuai UU No 1/2011 tentang Perumahan dan Permukiman bahwa program penataan kampung harus mencakup perbaikan bangunan rumah atau bedah rumah sehat, saluran air, jalan lingkungan sebagai jalur evakuasi, jaringan utilitas (sanitasi dan IPAL, gas, listrik), taman sekaligus sebagai tempat evakuasi sehingga kampung menjadi tertata rapi, bersih dan indah.
"Setelah itu baru mengembangkan kampung-kampung tematik, karena selama ini persepsi masyarakat terhadap kampung cenderung negatif seperti jorok, kotor kumuh. Sehingga yang harus dilakukan dahulu atau pembenahan kampungnya," ucapnya kepada reporter TangerangNews, Jumat (1/2/2019).
Setelah dilakukan pembenahan, lanjutnya, pengembangan kampung-kampung tematik pun bisa dibentuk secara menarik dengan berbagai tema seperti kampung batik, kampung tradisional, kampung sejarah/pusaka, kampung hijau dan kampung digital.
#GOOGLE_ADS#
Jika telah terbentuk, lanjutnya, kampung tematik yang sudah ada mesti didukung dan dipromosikan melalui media sosial. Namun juga, kata dia, tersedia aksesibilitas seperti infrastruktur yang baik dan kemudahan transportasi. Sehingga dengan sendirinya, ekonomi masyarakat pun akan meningkat.
Nirwono menilai, kampung tematik yang sudah terbentuk di Kota Tangerang belum menampakkan ciri khas budaya lokal yang dapat menjadi daya tarik wisatawan.
"Penataan kampung di Tangerang harus lebih dimaksimalkan lagi dengan mengikuti persyaratan tersebut di atas. Belum tampak ciri khas dari penataan kampungnya sebagai daya tarik wisatawan," jelasnya.
Nirwono juga menambahkan, Pemkot Tangerang mesti mendorong susunan rencana detail tata ruang Kota Tangerang untuk 20 tahun mendatang.
"Pemkot Tangerang harus didorong untuk menyusun rencana detail tata ruang, dilengkapi rencana tata bangunan dan lingkungan serta panduan rancang kota/kawasan perkotaan/perkampungan," paparnya.(MRI/RGI)