TANGERANGNEWS.com-Brawijaya Hospital Tangerang membantu para pengemudi ojek online (ojol) mengcover biaya BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagai langkah antisipasi jika ojol mengalami kecelakaan lalu lintas saat bekerja.
"Kami mensupport 400 orang driver ojol, terutama yang bertugas di Tangerang. Kita tanggung iurannya selama 3 bulan," jelas dr. Bina Ratna K.F M.M, Direktur Brawijaya Hospital Tangerang, Selasa 28 November 2023.
Menurut Ratna, hal ini merupakan bagian dari Program Sertakan atau CSR Brawijaya Hospital bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan Tangerang yang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan para pengemudi ojol.
"Supaya jika terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan terhadap driver ojol dan butuh pertolongan, biayanya bisa tercover BPJS," terangnya.
Untuk mendukung program tersebut, Brawijaya Hospital Tangerang telah dilengkapi fasilitas Trauma Center dalam hal penanganan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, baik di tempat kerja ataupun di jalan.
Dilengkapi dengan 10 dokter spesialis yang siap melayani pertolongan kecelakaan kerja seperti spesialis ortopedi, bedah umum, bedah syaraf hingga bedah vaskular.
"Layanan Trauma Center ini unggulan di Brawijaya Hospital. Kita bisa menangani faktur atau patah tulang, robekan organ dalam, trauma kepala dan lainnya," terang Ratna.
Selain memberikan bantuan iuran BPJS Ketenagakerjaan, Brawijaya Hospital Tangerang juga mengedukasi pengemudi ojol mengenai pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas, Selasa 28 November 2023.
Kegiatan ini melibatkan komunitas ojol dikawasan Tangerang dan sekitarnya, dengan narasumber dr. Dody Kurniawan Sp.OT, dokter spesialis Orthopedi dan Traumatologi di Brawijaya Hospital Tangerang.
"Rekan-rekan driver ojol merupakan tulang punggung keluarga yang perlu diperhatikan keselamatan kerjanya. Dalam kesehariannya, rekan-rekan ini berada diperjalanan dan beresiko mengalami kecelakaan,” terang Dody
Apabila tidak dampak dari kecelakaan tersebut tidak tertangani dengan baik, maka akan mempengaruhi kualitas hidup mereka dan kemaslahatan keluarganya.
“Yang paling sering terjadi adalah kecelakaan dibawa ke pengobatan alternatif bukan ke rumah sakit dulu, sehingga kerap salah penanganan. Datang ke kita ternyata sudah parah. Jadi kami merasa perlu untuk memberikan pemahaman yang benar," terang Dody.