TANGERANG - Sekian lama menghindar mengirimkan prajuritnya ke medan perang di Suriah dan Irak, Pentagon mengirimkan pasukan khusus Delta ke Suriah pada Mei 2015. Menumpang dua helikopter, prajurit Delta mengincar target bernama Abu Sayyaf.
Sang target utama, Abu Sayyaf, tewas ditembak prajurit Delta bersama belasan anggota kelompok militan Negara Islam alias ISIS. Istrinya, Umm Sayyaf, ditangkap. Nama Abu Sayyaf hampir tak pernah terdengar di Suriah maupun Irak. Dia "hanya"-lah satu dari sekian perwira senior ISIS.
Apa yang membuat Pentagon sampai mengirim pasukan Delta ke Deir Al-Zor, Suriah? "Abu Sayyaf merupakan perwira senior ISIS yang bertanggung jawab atas operasi penjualan minyak bumi dan gas," kata Bernadette Meehan, juru bicara Penasihat Keamanan Nasional Amerika.
Ada yang menyebut Abu Sayyaf adalah emir minyaknya ISIS. Bagi Pentagon, Abu Sayyaf merupakan tokoh kunci yang harus diburu untuk mencekik aliran dolar ke kas ISIS. Jika isi kantongnya makin tipis, Pentagon berpikir ekspansi ISIS bakal melambat. Sebab, bisnis minyak dan gas inilah yang membuat isi kantong ISIS sangat gendut. ISIS, menurut David Cohen, Wakil Menteri Keuangan Amerika untuk Intelijen Keuangan dan Terorisme, merupakan organisasi teroris paling tajir yang pernah dihadapi Pentagon.
Duit berlimpah itu salah satu hal yang membuat ISIS begitu berotot. Setelah mengklaim bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat milik maskapai Metrojet dari Rusia, ISIS membunuh 130 orang lewat serangan secara simultan terhadap beberapa target di Kota Paris. Selama beberapa hari terakhir, anggota ISIS menebar kematian di Tunisia dan Lebanon.
Dari sumur-sumur minyak kecil di Deir Al-Zor saja, setiap hari ISIS bisa memompa ribuan barel minyak mentah. Di lapangan minyak Shadada, antrean truk mengular. Truk-truk itu menadah minyak mentah yang diobral murah oleh milisi Negara Islam. Rata-rata minyak mentah dari ratusan sumur kecil di Deir al-Zor hanya dijual USD18 per barel di pasar gelap, jauh di bawah harga minyak mentah internasional. Dari Suriah, lewat para perantara, minyak mentah itu diselundupkan dan dijual ke Turki atau Iran.
Walaupun minyak diobral murah, duit yang ditangguk nilainya sama sekali tak kecil. “Negara Islam paling tidak mendapatkan USD2 juta (sekitar Rp 27 miliar) setiap hari, sehingga memungkinkan mereka membayar gaji prajurit dan mengongkosi operasi militer,” ujar seorang mantan eksekutif perusahaan minyak internasional yang beroperasi di Suriah kepada Guardian. Guyuran fulus dari minyak itu membuat Negara Islam tak lagi bergantung pada donasi internasional.