JAKARTA - Pengurus Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama mengecam pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa yang memanfaatkan ketokohan almarhum Gus Dur demi kepentingan politik secara tak etis. Aksi dan tindakan pasangan capres dari Gerindra beserta tim pemenangannya dianggap bisa merusak harmoni.
“Masyarakat harus jeli betul untuk tidak memilih pemimpin yang menghalalkan segala cara,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama Ida Fauziyah, usai peringatan Isra Mi’raj di Aula Mesjid Sunda Kelapa Jakarta, Kamis (26/6).
Sebelumnya, Jaringan GUSDURian memprotes penggunaan foto, gambar, maupun nama Gus Dur untuk kampanye Prabowo-Hatta. Pencatutan ketokohan Gus Dur tersebut dinilai amoral dan tak bertanggung jawab.
“Secara etis normatif, siapa pun yang berkehendak mengkapitalisasi pooitis figur atau gambar seseorang seharusnya meminta ijin dulu kepasa.yang bersangjutan maupun keluarganya,” kata Koordinator Jaringan GUSDURian Arif Gumantia.
GUSDURian berpendapat gambar, foto, ketokohan Abdurrahman Wahid rentan dipolitisasi untuk meraup dukungan elektoral. Padahal, hingga kini sikap politik istri Gus Dur yaitu Sinta Wahid yang merupakan ahli waris Gus Dur adalah netral. “Apakah Prabowo-Hatta sudah minta ijin Ibu Sinta? Pemasangan gambar atau foto atau mencatut nama Gus Dur tanpa mengindahkan fatsoen politik bisa berdampak negatif,” ujarnya.
GUSDURian amat kecewa dengan Prabowo Hatta yang menggunakan segala cara dalam berkampanye. Di sejumlah provinsi seperti DKI Jakarta dan Jawa Timur pasangan Prahara menggunakan gambar., foto, dan nama Gus Dur dalam berkampanye. “Sikap resmi kami sebagai Jaringan GUSDURian (JGD) Jawa Timur di bawah komando Ibu Alissawahid terkait pencantuman gambar Gus Dur TETAP sama dengan pileg lalu. Yang mencintai Gus Dur tidak akan menjualnya demi suara,” ujarnya.
Ida Fauziyah secara tegas mengintruksikan para perempuan Fatayat untuk tidak terpancing dengan aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab dari tim pemenangan salah satu calon presiden yang bisa memecah belah kesatuan bangsa. Kiprah Jusuf Kalla sebagai Ketua Palang Merah Indonesia menyelesaikan berbagai konflik dengan cara damai perlu dicatat rakyat. Sebagai Ketua Umum Dewan Mesjid Indonesia, Jusuf Kalla juga sudah membuktikan kinerja optimal dengan menyejahterakan masjid-mesjid di nusantara. Apalagi, pengalaman JK selama 5 tahun sebagai wakil presiden telah memberi solusi untuk berbagai persoalan bangsa. “Kita pilih pemimpin yang betul-betul bisa mewujudkan Islam yang membawa damai,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, PP Fatayat NU mengajak seluruh warga masyarakat menyukseskan Pilpres yang akan diselenggarakan 9 Juli mendatang. Kesuksesan Pilpres 2014 ini tidak hanya menjadi tanggung jawab calon presiden dan wakil presiden serta penyelenggara pemilu, namun juga seluruh masyarakat .
“Mari seluruh perempuan menggunakan hak pilih pada 9 Juli mendatang, jangan golput,” katanya.