TANGERANGNEWS.COM-Sekitar 20 % penduduk di Kabupaten dan Kota Tangerang berisiko terjangkit flu berat jika wabah sampai virus flu burung meluas di daerah itu. Selama tahun 2005-2009 sudah 26 warga di dua wilayah itu yang meninggal karena flu burung. Peng-andai-an dampak pandemi flu burung di Tangerang itu, diungkapkan Kepala Pilot Project Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza Departemen Kesehatan (Depkes) Simanjuntak Gindo dalam seminar di Hotel Le Dian, Serang, Banten, Kamis (5/3).
Menurut dia seperti disadur kompas.com, akan banyak dampak yang dialami apabila terjadi pandemi flu burung di Tangerang. Salah satunya, 20 persen atau sekitar 900.000 dari 4,5 juta penduduk Kabupaten dan Kota Tangerang akan menderita flu berat. Bahkan, diperkirakan dalam kurun waktu enam bulan, sebanyak 300.000 penduduk yang terkena flu burung akan meninggal dunia.
Kondisi itu juga akan berdampak pada terganggunya pelayanan umum, seperti rumah sakit, puskesmas, dan polisi. Tidak berhenti sampai di situ, pandemi flu burung akan berdampak pada penutupan sekolah, bahkan pabrik, yang kemudian berlanjut pada terganggunya kegiatan ekonomi.
Dampak lain adalah terganggunya jalur keluar-masuk Indonesia mengingat Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta berada di wilayah Tangerang. Kemungkinan paling buruk adalah penolakan negara-negara lain untuk disinggahi pesawat dari Indonesia.
26 orang meninggal
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Banten, sejak tahun 2005 ditemukan 29 kasus flu burung pada manusia di Kabupaten dan Kota Tangerang. Bahkan, 26 dari 29 penderita tersebut meninggal dunia setelah mendapat perawatan di rumah sakit.
Sekretaris Dinas Kesehatan Banten Dadang menyebutkan, kasus flu burung pertama kali ditemukan pada tahun 2005. Saat itu enam warga Kabupaten dan Kota Tangerang terjangkit flu burung, lima di antaranya meninggal dunia.
Satu tahun kemudian, jumlah warga yang terjangkit menurun menjadi tiga orang dan semuanya meninggal dunia. Jumlah kasus kembali melonjak pada tahun 2007, yakni sebanyak 10 kasus, dengan jumlah kematian delapan orang. Adapun tahun 2008 ditemukan sembilan penduduk yang positif flu burung yang semuanya meninggal dunia. Bahkan, pada awal tahun 2009 ini sudah ada satu warga Kabupaten Tangerang yang meninggal dunia karena positif flu burung.
Selain di Tangerang, Dinas Kesehatan Banten juga mencatat satu kasus flu burung pada manusia di Cilegon. Seorang warga Cilegon meninggal dunia setelah mendapat perawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta pada tahun 2007.
Sementara itu, kasus flu burung pada unggas ditemukan di hampir semua wilayah di Banten. Namun, berdasarkan survei Dinas Pertanian dan Peternakan, kasus flu burung pada unggas paling banyak ditemukan di Lebak, Pandeglang, Serang, dan Kabupaten Tangerang.
Tahun ini pemerintah menyediakan dana hingga Rp 20 miliar untuk penanganan dan penanggulangan flu burung di Banten. Dana tersebut berasal dari bantuan pemerintah pusat serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banten.
Khusus untuk Kabupaten dan Kota Tangerang, penanggulangan flu burung dilakukan langsung oleh pemerintah pusat bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Singapura.(*)