TANGERANGNEWS-Meski kecaman terhadap Putri Indonesia 2009, Qory Sandrioriva, masih datang bertubi-tubi, namun dalam dua hari belakangan perempuan kelahiran Jakarta itu sudah mulai menuai dukungan. Anggota DPR Aceh, Drs Jamaluddin T Muku meminta masyarakat Aceh untuk menyudahi polemik tentang Qory Sandioriva karena hanya persoalan menanggalkan jilbab saat mewakili Aceh mengikuti ajang pemilihan Putri Indonesia 2009.
“Siapa bagus orang yang berbuat maksiat (mesum), dengan orang melepas jilbab. Persoalan dia (Qory -red) menanggalkan jibab saat mewakili Aceh di ajang Putri Indonesia tidak perlu dibesar – besarkan,†tegas Jamaluddin T Muku.
Lebih lanjut, secara pribadi berpendapat, di Aceh sendiri masih banyak remaja berpakaian ketat dengan memperlihatkan bentuk auratnya, serta bermesraan ditempat umum, dan di atas kendaaraan. “Bahkan tidak jarang sebagian mereka tertangkap tangan oleh wilayatul Hisbah (WH),†ucapnya.
Menurutnya, hal-hal seperti itu yang mestinya lebih banyak mendapat perhatian masyarakat Aceh daripada terus-terusan berpolemik tentang Qory Sandioriva, yang hanya karena memutuskan membuka jilbab lantas dikecam terus-terusan. Dia menyarankan agar bila ada yang tidak suka, menyampaikan langsung ke Qory. Itu cara yang lebih baik dibanding mempergunjingkannya.
“Jangan menjadikannya sebagai bahan pergunjingan, itu menjadi urusan dia dengan Allah SWT. Jika merasa keberatan terhadap keputusannya, sampaikan langsung pada Qory,†sarannya. Saat disampaikan jika sejumlah pejabat di Aceh menyatakan tidak merekomendasikan Mahasiswi semester 1 Sastra Prancis Universitas Indonesia (UI), dengan tegas Jamaluddin mengatakan, tidak dibutuhkan rekomendasi untuk mengikuti ajang tersebut.
Sementara Fahruddin, warga Ulee kareng Banda Aceh, mendukung kemenangan Qori sebagai putri Indonesia 2009. Menurutnya itu sebuah prestasi bagi Aceh. Hanya saja, dia berharap Qori dapat menjaga nama daerah yang sedang menerapkan syariat Islam ini.
Sedang Rahmah, warga Banda Aceh, jika Qori ingin membawa nama daerah serambi mekah ini, sudah seharusnya dia bisa menghormati budaya perempuan Aceh, bukan justru merusaknya. Dia mengakui, perempuan Aceh tidak identik dengan jilbab, tapi Aceh identik dengan Islam. Sudah seharusnya, Qory bersikap dan berpenampilan layaknya perempuan Aceh yang Islami.
"Dia lahir di Jakarta, hanya ibunya saja orang Aceh Tengah, secara silsilah dia bukan orang Aceh, dengan penampilan seperti itu dia tidak pantas mewakili Aceh," kata Rahmah, salah seorang mahasiswa di Banda Aceh, kemarin.
Sementara itu, Kepala Biro Hukum dan Humas Pemerintah Aceh, Hamid Zain menyebutkan kalau Qory tak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Aceh. Dengan tegas Hamid Zain menyatakan, tidak mengetahui apakah benar keluarga Qori Sandrioriva telah mendapatkan izin dari pemerintah Aceh untuk mewakili Aceh di ajang pemilihan putri Indonesia tersebut.
"Kami masih mengeceknya apakah itu benar atau tidak, saya tidak bisa menjawabnya sekarang, saya akan cari tahu dulu," katanya. Hamid Zain mengatakan, Qori Sandrioriva memang tidak tercatat dan memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Aceh. Dia juga mempertanyakan lembaga mana yang memberikan izin kepada Qori untuk maju sebagai putri Indonesia mewakili Aceh. (ir/jp)
Tags