Jumat, 22 November 2024

Pro Kontra Penetapan Jessica sebagai Tersangka

Jessica Kumala Wongso(istimewa / tangerangnews)

TANGERANG – Polisi menetapkan Jessica Kumala Wongso (28) sebagai tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin (27). Jessica yang merupakan sahabat Mirna ini diduga menaruh sianida di es kopi Vietnam Mirna saat mereka bertemu di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016).

Saat masih diperiksa sebagai saksi, Jessica menunjukan sikap yang tenang dan banyak tampil di televisi. Jessica dengan yakin mengatakan bukan pelaku pembunuhan Mirna. Meksi begitu, polisi tetap yakin Jessica merupakan pelaku dan meningkatkan status Jessica dari saksi khusus menjadi tersangka pada Jumat (29/1) malam.

Para ahli mulai dari hypnoterapi, forensik, Psikologi UI, sampai mantan hakim ikut berbicara soal Jessica. Mereka ada yang ragu, namun ada juga yang yakin dengan bukti polisi terkait penetapan sebagai tersangka pembunuhan Mirna.

Prof. Dr. Sarlito Wirawan

Figur yang merupakan Guru Besar Psikologi UI ini menjadi saksi ahli dalam kasus tewasnya Wayan Mirna (27). Sarlito dimintai pendapat soal kasus Mirna dan dia menyampaikan bahwa kasus Mirna sudah memiliki bukti yang siginifikan untuk menetapkan tersangka.

"Terkait alat bukti menurut pendapat saya sudah cukup baik dan signifikan," jelas Sarlito usai menjadi saksi ahli di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (28/1/2016). Pendapat Sarlito disampaikan sebelum polisi mengumumkan Jessica sebagai tersangka. "Cukup baik dijadikan alat bukti," tambah dia.

 

Dewi P Faeni

Pakar Hypnoterapi ini mengatakan selama diperiksa sebagai saksi, Jessica menunjukkan sikap yang tenang dan bahkan banyak tampil di televisi. "Jika seseorang tidak bersalah, tidak perlu menjustifikasi harus mengiklankan dirinya. Kalau dia tidak bersalah harusnya dia akan diam seperti saksi-saksi lainnya, kan tidak melakukan justifikasi di media-media. Tidak perlu ada defense mechanism," ungkapnya di Waroeng Daun, Jl Cikini Raya, Jakpus, Sabtu (30/1/2016).

Selama tampil di media elektronik, Jessica menurut Dewi menunjukkan tanda-tanda orang yang tidak mengatakan hal sesungguhnya. "Eye movementnya sangat cepat, ini suatu refleksi dari nervous. Terus sering melihat ke atas kanan, itu berarti orang sedang berusaha membangun fakta, bisa jadi dia tidak mengatakan sesungguhnya. Saya hanya lihat dia dari facial ekspresi. Walau di akhir-akhir sudah mulai tenang, sudah seperti dilatih," jelasnya.

 

Reza Indragiri Amriel

Psikolog forensik ini menilai pelaku pembunuhan Mirna bukanlah Jessica. Sebab, ada berbagai kejanggalan jika dilihat dari ilmu yang dipelajarinya.

"Saya sampai hari ini tidak yakin pelaku adalah J, kedua saya tidak yakin ini pembunuhan yang mengincar korban sesungguhnya, saya kuat menduga ini salah sasaran," ungkap Reza dalam diskusi Polemik di Waroeng Daun, Jl Cikini Raya, Jakpus, Sabtu (30/1/2016).

Dari pandangan Reza, ada seorang intellectual leader dalam kasus Mirna ini. Terlebih senjata pembunuhan adalah racun, yang berarti, menurut Reza, pelaku ingin mengambil jarak dari TKP pembunuhan. "Teori itu mengatakan bahwa kejahatan hanya bisa terjadi kalau ada 3 unsur. Ada pelaku, lokasi, dan korban di situ. Kita lupa alat kejahatan racun. Kalau badik atau tangan kosong, harus berhadap-hadapan secara frontal," jelas Reza.

Tags Nasional