TANGERANG – LBH APIK yang menjadi kuasa hukum Dita Aditia menyebut anggota F-PDIP Masinton Pasaribu sebagai bos sering overprotected. Namun, motif asmara di balik dugaan penganiayaan ditepis jauh-jauh.
“Tidak ada. Tidak ada motif asmara, tidak ada juga motif politik,” kata Direktur LBH APIK Ratna Bentara Mukti di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016).
Hal itu disampaikan Ratna seusai melaporkan Masinton ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR.
Soal motif, dia menuturkan bahwa Masinton selama menjadi bos cenderung memberi proteksi berlebihan ke Dita yang bekerja sebagai asisten pribadi.
“Motifnya karena antara pelaku dan korban memang ada proteksi. Dia tidak boleh pulang malam. Diinterogasi, selalu dipertanyakan kalau dia komunikasi dengan teman lain,” ucap Ratna.
Dia menuturkan bahwa ada relasi antara atasan dan bawahan di kasus Masinton-Dita. Ratna mengatakan bahwa Masinton menggunakan kuasa itu.
“Ini kan ada relasi yang dibangun, relasi pekerjaan, relasi kuasa. Dia masih muda, anggap pelaku sebagai mentornya. Kamu kerja dengan saya. Harus loyal pada saya,” tuturnya.
“Apapun motifnya, tidak dibenarkan kalau ada pemukulan itu,” tegas Ratna.
Masinton sudah membantah pelakukan penganiayaan terhadap Dita. Politikus PDIP itu mengatakan Dita tak sengaja terkena tangan sopir mobilnya yang sedang menyetir mobil.
Masinton menyebut Dita mengganggu sopir karena sedang mabuk, lalu tangannya ditepis dan tak sengaja wajahnya terpukul.