TANGERANGNEWS.com-Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito menyatakan, pihaknya telah memberi persetujuan penggunaan enam jenis booster homolog dan heterolog pada vaksin Covid-19 yang memperoleh izin penggunaan darurat (EUA) di Indonesia.
Penny menjelaskan, BPOM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan untuk dua regimen booster heterolog pada vaksin Covid-19, yaitu vaksin Pfizer setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca. “Serta vaksin AstraZeneca setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau dosis penuh untuk vaksin primer Pfizer," kata Penny melalui pernyataan tertulis, Senin 17 Januari 2022.
Ia menyebutkan bahwa dengan penambahan daftar persetujuan tersebut, maka jenis vaksin booster yang memperoleh izin penggunaan darurat di Indonesia bertambah jadi enam varian.
Dikutip dari laman www.bpom.go.id, vaksin primer Sinovac/CoronaVac produksi PT Bio Farma memperoleh varian booster Sinovac (homolog) dosis penuh, AstraZeneca (heterolog) setengah dosis, Pfizer (heterolog) setengah dosis, dan Zifivax (heterolog) dosis penuh.
Adapun untuk vaksin primer Pfizer memperoleh varian booster Pfizer (homolog) dosis penuh, AstraZeneca (heterolog) dosis penuh, dan Moderna (heterolog) setengah dosis.
Sedangkan untuk vaksin primer AstraZeneca memperoleh varian booster AstraZeneca (homolog) dosis penuh, Pfizer (heterolog) setengah dosis, dan Moderna (heterolog) setengah dosis.
Sementara untuk vaksin primer Moderna memperoleh varian booster Moderna (homolog) setengah dosis, untuk vaksin primer Janssen memperoleh varian booster Moderna (heterolog) setengah dosis, dan vaksin Primer Sinopharm memperoleh vaksin booster Zifivax (heterolog) dosis penuh.
#GOOGLE_ADS#
Menurut Penny, pada vaksin Pfizer sebagai booster heterolog setengah dosis untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi yang tinggi pada 6-9 bulan (31-38 kali) setelah pemberian dosis primer lengkap.
Di sisi lain, peningkatan antibodi setelah 6 bulan vaksinasi primer lengkap vaksin Sinovac menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (105,7 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster. “Secara umum pemberian dosis booster vaksin Pfizer dengan vaksin primer Sinovac dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik,” ucap Penny.
Lebih lanjut ia menuturkan, untuk vaksin Pfizer sebagai booster dengan vaksin primer AstraZeneca, hasil imunogenisitas menunjukkan booster vaksin Pfizer setengah dosis setelah 6 bulan vaksinasi primer lengkap dengan vaksin AstraZeneca menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (21,8 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.
Terakhir, vaksin AstraZeneca sebagai booster heterolog setengah dosis dengan vaksin primer Sinovac menunjukan hasil imunogenisitas berupa peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (35-38 kali), baik pada interval booster 3-6 bulan (34-35 kali) maupun 6-9 bulan (35 -41 kali).