TANGERANGNEWS.com- Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani menyebut kebutuhan hidrogen hijau di Indonesia hingga 2060 akan terus tumbuh mencapai 32,8 juta ton per tahun.
"Ke depan, ekonomi kita akan tertopang bukan hanya dari minyak, tapi juga hidrogen. Karena hidrogen bisa dipakai di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama petrokimia, perumahan, hingga transportasi," ujarnya Kamis, 12 Oktober 2023.
Menurutnya, pengguna utama hidrogen hijau ke depannya akan diserap 80 persen di sektor transportasi.
Saat ini, pihaknya juga telah mengembangkan kendaraan listrik berbasis bahan bakar hidrogen atau hydrogen fuel cell electric vehicle (FCEV) yang dapat diproduksi di dalam negeri pada 2030 mendatang.
Prototipe dari FCEV pun telah mulai dibuat, yakni mobil golf dengan mesin berbasis fuel cell dengan spesifikasi 2,5 kilowatt (kW) tipe polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) dan motor penggerak 48VDC/3,7 kW.
Sementara itu Vice President Director PT TMMIN Bob Azam menyambut baik produksi hidrogen hijau oleh PLN.
Dia menilai, hal ini membangun optimisme pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia.
"Ini dapat menjadi bagian penting dalam terciptanya ekosistem hidrogen di Indonesia untuk mengurangi emisi melalui beragam cara (multipathway), khususnya menghadirkan industri dan mobilitas rendah emisi," ungkapnya dalam Focus Group Discussion mengenai pengembangan hidrogen, Selasa, 10 Oktober 2023.
Seperti diketahui, PT PLN (Persero) resmi mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia yang mampu memproduksi 51 ton hidrogen hijau per tahun.
"Era masa depan transportasi tak hanya bergerak ke arah listrik namun juga ke arah hidroge," ucap Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo.
Dia memaparkan, produksi hidrogen hijau menggunakan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terdapat di area PLTGU Muara Karang.
Selain dihasilkan dari PLTS yang terpasang, hidrogen hijau ini juga berasal dari pembelian Renewable Energy Certificate (REC) yang berasal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang.
Lalu, dari total produksi hidrogen 51 ton per tahun, hanya 8 ton yang digunakan untuk keperluan operasional PLTGU Muara Karang dan sebesar 43 ton sisanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Darmawan menuturkan, pihaknya akan terus mengembangkan GHP di 15 pembangkit lain milik PLN.
Dikatakan Darmawan, dari total 15 pembangkit tersebut memiliki potensi produksi hidrogen dengan kapasitas sekitar 222 ton per tahun.
Jika untuk kendaraan, jumlah tersebut bisa menggerakkan sekitar 650 mobil yang menempuh jarak 100 km setiap hari selama 1 tahun.
“Saat ini emisi 10 kilometer kendaraan Bahan Bakar Minyak sebesar 2,4 kg CO2, maka dengan menggunakan green hydrogen yang emisinya 0, artinya bisa menghindarkan emisi hampir 6 ribu ton CO2e per tahun," pungkasnya.