Senin, 25 November 2024

Daging Sapi Impor Langka, Jakarta Disuplai Ikan Sulawesi Selatan

( / )


TANGERANG-Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad mendapat suplai 1 ton ikan dari Provinsi Sulawesi Selatan untuk DKI Jakarta sebagai upaya memenuhi kebutuhan protein hewani DKI Jakarta hari ini Jumat (1/7/2011).

Fadel menyebut bahwa, naiknya harga pangan serta hambatan perdagangan antar negara harus menjadi pemacu Indonesia dalam menciptakan kemandirian pangan di era globalisasi. "Ini dalam upaya mengganti kelangkaan daging sapi impor. Ini juga termasuk gebrakan awal," ujar Fadel, dalam acara pengiriman perdana ikan dari Sulawesi Selatan ke Jakarta di Kantor Karantina Hewan Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (1/7).

Fadel mengatakan, Indonesia mengalami masalah. Kebutuhan ikan, kata Fadel, semakin banyak.  Sementara ada masalah yang kita hadapi, yakni daging sapi impor dari Australia tidak bisa masuk lagi.

"Alasan mereka (Australia) rumah potong di kita tidak bagus. Tapi menurut saya itu kan urusan kita kok. Jadi saya pikir, ya sudahlah kita tidak usah pakai sapi," ujar Fadel. 


Kenapa tidak menggantinya dengan ikan, bukan dengan sapi. "Kita sedang melakukan itu. Tetapi karena saya melihat ikan di kita berlimpah, ya ikan lebih baik. Proteinnya lebih tinggi," terangnya. 

Asisten 1, Provinsi DKI Jakarta Sylviana Murni menambahkan, kebutuhan DKI Jakarta akan ikan sangat tinggi. "Kebutuhan ikan per tahun di DKI Jakarta mencapai 249 ribu ton. Sementara yang baru bisa disediakan 121 ribu ton, berarti kan jauh sekali. Ada kekurangan yang cukup besar," terang Sylviana.

Kenapa dari Sulawesi Selatan? Fadel mengatakan, ini hanya sebagai gebrakan awal. Ditambah, Sulawesi Selatan, tepatnya Makasar berlimpah akan ikan. "Ini akan mengangkat martabat bangsa. Jangan lagi kita serba impor. Dan, memang tahun ini saya kurangi impor. Kedepan nanti daerah lain juga turut serta. Seperti Jawa dan Kalimantan," katanya.

Harga ikannya bagaiamana? Fadel memastikan terjangkau. Apalagi dalam negeri, mendatangkannya ke DKI harganya murah Rp.3.000 perkilo kalau lewat udara. Sedangkan lewat laut Rp1.000 perkilo.

Untuk terus berkelanjutan program ini, Fadel mengatakan, nelayan-nelayan akan dibant, mulai dari fasilitas pelabuhannya serta bantuan dari pemerintah pada kelompok nelayan yang masing-masing biasanya    10-20 orang diberikan bantuan Rp100 juta. "Kita hari ini sudah masuk dalam krisis , kita melawan. Karena hampir semua sudah impor. Saya tidak rela kita semua dihidupi dengan impor," terang Fadel.

"Apalagi kebutuhan dan kemampuan produksi nasional akan ikan naik.Ini belum termasuk kekayaan laut kita yang saya curigai  nangkap di sini dijual ke luar. Saya akan kerjasama dengan KSAL masalah ini," katanya.(DRA)

Tags