Jumat, 15 November 2024

PLN Dorong Pendanaan Hijau untuk Transisi Energi

PT PLN (Persero) dalam pertemuan Conference of the Parties (COP29) di Baku, Azerbaijan.(@TangerangNews / Istimewa)

TANGERANGNEWS.com- PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya dalam mendukung visi swasembada energi melalui penggunaan energi bersih. Dalam pertemuan Conference of the Parties (COP29) di Baku, Azerbaijan, PLN memaparkan berbagai inisiatif pendanaan hijau guna mendukung proyek transisi energi di Indonesia.

Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral Mari Elka Pangestu menyampaikan, Indonesia telah meluncurkan Global Blended Finance Alliance (GBFA) untuk merangkul negara-negara berkembang dalam pembiayaan transisi energi. 

Sejak diresmikan pada KTT G20, GBFA telah diikuti oleh beberapa negara seperti Perancis, Kanada, dan Kenya.

"GBFA bertujuan untuk membantu pembiayaan sebagai upaya mengurangi perubahan iklim dan SDGs. Perkiraan (pembiayaan) untuk aksi iklim saja berkisar antara USD 1-2 triliun. Jika ditambahkan upaya SDGs ke dalamnya, jumlahnya akan mencapai sekitar USD 6 triliun," ungkap Mari dalam Indonesian Pavilion Talkshow "Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism" di COP29, Baku, Azerbaijan, Selasa, 12 November 2024.

Mari menambahkan, negara berkembang, seperti Indonesia, perlu merancang strategi pembiayaan yang inovatif untuk menutup gap pendanaan. 

Berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan, Indonesia membutuhkan sekitar USD 280 miliar hingga 2030 untuk aksi iklim, di mana hanya 30% dapat didanai oleh anggaran negara. Sisanya akan berasal dari sektor swasta dan sumber pembiayaan lainnya.

"Pemerintahan baru akan melanjutkan komitmen pemerintahan sebelumnya. Dan ini (GBFA), adalah salah satu komitmen yang kami harap dapat dilanjutkan," tambahnya.

Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly mengatakan, PLN telah konsisten dalam pengelolaan dana investasi hijau untuk mendukung transisi energi dan mencapai swasembada energi nasional. PLN terus menggalang pembiayaan hijau dari lembaga publik, bilateral, multilateral, serta sektor swasta.

PLN telah menyusun beberapa inisiatif pembiayaan hijau, termasuk Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) dan 

Green Financing Framework (GFF).

Dalam upayanya, PLN menargetkan 75% pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, dengan kebutuhan pendanaan lebih dari USD 100 miliar hingga 2033.

Menurut Sinthya, strategi utama PLN dalam pembiayaan transisi energi adalah menyiapkan proyek-proyek yang tepat sasaran, mulai dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi, termasuk juga pengembangan smart grid.

Selain itu, PLN akan terus mengeksplorasi berbagai opsi pendanaan melalui kerja sama dengan pemberi pinjaman internasional serta sumber daya lokal. Beberapa partner institusi keuangan yang telah mendukung transisi energi PLN di antaranya adalah World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Just Energy Transition Partnership (JETP).

"Dalam dua tahun terakhir, kami telah mendapatkan sekitar USD 2,9 miliar, dan saat ini kami sedang berdiskusi dengan ADB untuk pembiayaan sekitar USD 4,8 miliar. Kami juga tengah berbicara dengan beberapa investor lain dan total potensi pendanaan yang sudah kami miliki saat ini sebesar USD 46,9 miliar," pungkasnya.

Tags Energi Alternatif Energi Baru Terbarukan PT PLN Persero Transisi Energi