TANGERANGNEWS.com- Kelenjar tiroid merupakan organ yang berfungsi memproduksi hormon-hormon penting untuk mengatur proses metabolisme tubuh. Hormon-hormon ini berperan dalam mengontrol suhu tubuh, penyerapan nutrisi, penggunaan energi, reproduksi, perkembangan otak dan sistem saraf, tekanan darah, serta denyut jantung.
Masalah pada kelenjar tiroid dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu perubahan ukuran atau bentuk kelenjar yang sering disebut gondok, gangguan fungsi hormon tiroid, atau kombinasi dari keduanya.
Perubahan ukuran tiroid meliputi benjolan jinak dan ganas, sementara gangguan fungsi hormon terbagi menjadi hipertiroid, yaitu kelebihan hormon, dan hipotiroid, yaitu kekurangan hormon.
Adapun gejala hipertiroid dapat berupa gemetar, gelisah, mata melotot, penurunan berat badan meskipun makan banyak, gangguan tidur, rasa lelah, jantung berdebar, intoleransi terhadap panas, diare, gangguan menstruasi, otot lemah, rasa cemas, denyut nadi cepat, dan pembesaran kelenjar gondok.
Sementara, gejala hipotiroid meliputi mudah lelah, peningkatan berat badan, pelupa, sulit berkonsentrasi, rambut rontok, kulit kering, intoleransi terhadap dingin, kolesterol tinggi, mata sembab, denyut jantung melemah, suara parau, serta siklus menstruasi yang tidak teratur.
Gangguan pada kelenjar tiroid sering kali diabaikan, padahal jika tidak ditangani sejak dini, kondisi ini dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup. Deteksi dini dan penanganan tepat menjadi langkah penting dalam mengatasi masalah ini.
Dokter spesialis penyakit dalam yang mendalami sub spesialisasi endokrin dan penyakit metabolik dari Bethsaida Hospital dr. Rochsismandoko menjelaskan, gangguan tiroid sering tidak menunjukkan gejala khusus, sehingga pemeriksaan rutin sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat menurunkan kualitas hidup.
"Dengan penanganan yang tepat, pasien dapat terhindar dari komplikasi serius yang menurunkan produktivitas dan kualitas hidup," ujarnya.
Bethsaida Hospital memiliki layanan Endocrine, Metabolic, and Thyroid Center yang menyediakan berbagai layanan diagnostik, terapi khusus, hingga penanganan komprehensif untuk penyakit tiroid.
Salah satu layanan unggulan adalah tindakan Radio Frequency Ablation atau RFA, metode minimal invasif yang memungkinkan pengecilan atau penghilangan nodul tiroid tanpa operasi konvensional.
Prosedur ini menggunakan elektroda yang dimasukkan ke dalam leher dengan bantuan USG hingga mencapai tumor pada kelenjar tiroid. Energi termal dari generator listrik kemudian digunakan untuk merusak struktur tumor. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi lokal sehingga pasien merasa nyaman.
RFA biasanya memakan waktu sekitar 30 menit hingga satu jam dan memiliki banyak keunggulan, seperti biaya yang lebih terjangkau, tidak adanya luka bekas operasi, serta minimal rasa sakit baik selama prosedur maupun sesudahnya.
Setelah prosedur, pasien hanya memerlukan observasi selama 10 hingga 12 jam. Persyaratan untuk menjalani RFA juga relatif sederhana, biasanya hanya melibatkan pemeriksaan darah terlebih dahulu.
Direktur Bethsaida Hospital dr. Pitono mengatakan, rumah sakit ini menyediakan fasilitas lengkap dan teknologi terkini untuk menangani gangguan tiroid, termasuk RFA. Dengan tim medis berpengalaman, pasien dapat menerima perawatan optimal tanpa harus menjalani operasi konvensional.
"Kami menyediakan fasilitas lengkap, termasuk Radio Frequency Ablation, untuk penanganan tiroid dengan teknologi terkini dan tim medis berpengalaman, demi memastikan perawatan optimal dan nyaman tanpa operasi konvensional," katanya.