Jumat, 31 Januari 2025

Cuma di Indonesia, Lagi Badai PHK hingga Daya Beli Turun, tapi Tempat Hiburan Tetap Ramai

Ilustrasi ekonomi mengalami penurunan hingga menyebabkan daya beli masyarakat turun hingga berakibat pada deflasi.(@TangerangNews / Istimewa)

TANGERANGNEWS.com- Di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan melemahnya daya beli masyarakat, pemandangan di berbagai tempat hiburan di Indonesia justru berkebalikan. 

Saat libur panjang Isra Mikraj dan Imlek, pusat perbelanjaan, objek wisata, hingga tempat hiburan tetap dipadati pengunjung. Bahkan, kemacetan panjang di berbagai kota besar menjadi bukti bahwa masyarakat masih berbondong-bondong mencari hiburan.  

Influenser sekaligus Pakar Bisnis Rhenald Kasali mengungkapkan, di tengah situasi ekonomi yang sulit, masyarakat tetap mencari kebahagiaan dengan cara yang lebih terjangkau.  

Hal ini diutarakan Rhenald dalam unggahan di akun Instagramnya, @rhenald.kasali, dikutip dari detikFinance, Jumat, 31 Januari 2025.

Menurutnya, fenomena ini terjadi karena manusia selalu mencari cara untuk menghibur diri. Namun, alih-alih menghamburkan uang untuk liburan mahal, masyarakat kini cenderung memilih opsi yang lebih terjangkau.  

Bukan ke luar negeri atau ke tempat yang jauh, tapi cukup ke kota terdekat seperti Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta. Sementara yang memiliki anggaran lebih bisa memilih destinasi seperti Bali  

Selain sektor hiburan, pola konsumsi masyarakat di sektor lain juga mengalami perubahan. Rhenald menyebut istilah lipstick effect untuk menjelaskan fenomena ini.  

Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Leonard Lauder, Chairman Emeritus The Estée Lauder Companies Inc, saat krisis ekonomi pasca-tragedi 9/11 di Amerika Serikat. Saat itu, daya beli masyarakat anjlok dan angka pengangguran meningkat, tetapi penjualan lipstik justru melonjak.  

"Jadi, terjadilah efek yang disebut sebagai kemewahan yang terjangkau, dan lipstick adalah satu kemewahan yang harganya tidak terlalu mahal. Lalu juga skincare, itu terbukti banyak laku ketika terjadi COVID-19," jelas Rhenald.  

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menambahkan, fenomena ini dikenal dengan istilah experience economy. Saat tekanan ekonomi meningkat, banyak orang justru mengalihkan fokus belanja mereka ke pengalaman dan hiburan seperti berekreasi, menonton bioskop, nongkrong di kafe, atau menjelajahi destinasi wisata baru.  

Menurutnya, hal ini merupakan bentuk pelarian dari situasi ekonomi yang sedang sulit

Namun, ia mengingatkan agar tren ini disikapi dengan bijak. Sebab, masih perlu adanya skala prioritas dalam mengelola keuangan.  

"Idealnya, 40% sisa pendapatan bisa ditabung hingga diinvestasikan, baru 20% pendapatan untuk aktivitas experience economy. Sebisa mungkin tidak memaksa ke tempat hiburan dengan pinjaman misalnya adalah keputusan yang bijak," pungkasnya.  

Tags Berita Ekonomi Ekonomi Nasional Ekonomi Tangerang Hiburan PHK Wisata