Jumat, 22 November 2024

Satu Tahun MEA di Kota Tangerang

Giolia Arsy Robbiyah(Istimewa / Istimewa)

Oleh : Giolia Arsy Robbiyah

Penulis adalah mahasiswi mata kuliah Pengantar Ilmu Politik, Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA

 

Belakangan ini masyarakat Indonesia terutama masyarakat Kota Tangerang dihadapkan dengan MEA, atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN.

 

Ketidaksiapan, serta ketidak tanggapan pemerintah dan masyarakat salah satu pemicunya, bahkan di Kota Tangerang sebanyak 30 ribu orang di PHK selama 2015 lalu,sebanyak 79 ribu pengangguran terbuka memenuhi Kota Tangerang. 

 

Sehingga membuat tugas baru untuk pemerintah saat ini dan kedepannya.

Menjelang satu tahun diberlakukannya MEA, kondisi Kota Tangerang yang dipandang lebih unggul dibandingkan kota-kota lain pada provinsinya dianggap belum siap.

 

Dengan memiliki Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dapat memudahkan masyarakat Kota Tangerang untuk mengakses dan memulai bisnisnya.

 

Dari sisi positif adanya MEA untuk masyarakat, dapat dilihat Indonesia mampu memasarkan produk di seluruh ASEAN, dengan begitu jangkauan pemasaran kita semakin luas dan terbuka, kita semakin kreatif dan inovatif serta lebih bersemangat lagi dalam kompetisi ekonomi.  Namun, apabila dipandang dari sisi negatifnya bahwa masyarakat tidak memiliki modal, kemampuan dan bekal akan sulit untuk menciptakan daya saing yang mumpuni dengan produk-produk yang ada dilokal bahkan negara-negara ASEAN lainnya.

 Dengan keberadaan Bandara Internasional tersebut pula lebih memudahkan masyarakat asing untuk datang dan mengakses Kota Tangerang dalam melancarkan aksi bisnisnya.

 

Pemerintah Kota Tangerang pun belum begitu siap akan menghadapi MEA, masih banyaknya pengangguran, kemiskinan bahkan kejahatan.

 

 Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah dipandang hanya memberikan bekal motivasi kepada masyarakat, masi sedikitnya pelatihan dan bantuan modal untuk masyarakat dalam persaingan global ini, padahal yang masyarakat butuhkan salah satunya ialah bantuan modal untuk memulai dan mengembangkan bisnisnya.

 

Kompetensi masyarakat pun belum begitu baik, tidak banyaknya perkembangan dan pergerakan yang berarti, masyarakat harusnya sudah dalam kondisi mandiri untuk meningkatkan kualitas daya saingnya, memanfaatkan teknologi diera seperti ini dengan sebaik mungkin, dan tetap dituntut menjaga nilai budaya, masyarakat harus kreatif, tidak bisa sepenuhnya mengharapkan kinerja pemerintah, begitu pula denganpemerintah, seharusnya lebih giat dan siap dalam memperhatikan kehidupan masyarakat kedepannya.

 

Kota Tangerang menghadapi kehadiran MEA yang menciptakan pasar internasional yang  luas, dengan peningkatan promosi di dalambahkan luar negeri oleh pemerintah pusat pun masih sangat lemah.

 

Indonesia dirasa hanya dimanfaatkan oleh Negara lain dalam era MEA ini.

Pada era MEA saat ini UMKM sangat penting karena memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian setelah peran pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang ada, besarnya potensi dalam menyediakan lapangan kerja bisa membantu mengatasi tingkat pengangguran dan stabilitas ekonomi daerah. Namun, pada kenyataannya perusahaan-perusahaan di Kota Tangerang masih mengandalkan tenaga asing untuk membangun perusahaannya.  

 

Padahal masyarakat kita kini banyak yang mampu menjadi tenaga ahli didalam perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Tangerang, begitu pula dengan koperasi, harus diandalkan dengan maksimal,peran pemerintah pusat dengan merubah koperasi tradisional menjadi koperasi modern, pengembangan dan pembenahan tatakelola koperasi, badan usaha dan lain sebagainya. Namun, dirasa hal itu belum cukup, ketidak merataan pembangunan infrastruktur menciptakan ketimpangan antara area satu dan lainnya. Padahal dalam era MEA ini semua masyarakat harus ikut serta dan antusias dalam persaingan bebas dengan kondisi infrastruktur yang lebih baik dan merata, diperburuk dengan keadaan pendidikan yang minim di tiap SDM, sebagai salah satu penghambat masyarakat dalam menghadapi MEA.

 

Dengan berlakunya MEA pada akhir Desember 2015 lalu, diprediksi akan menambah jumlah tenaga kerja asing yang masuk ke Kota Tangerang sebanyak 30 persen, dari jumlah awal seiktar 200-300 orang, factor tersebut tidak terlepas dari keberadaan bandara internasional di Kota Tangerang.

 

Dengan jumlah industri yang cukup beragam jelas akan menjadi dayatarik bagi pekerja maupun investor asing untuk datang dan berinvestasi, terutama dalam bidang jasa jelas akan membuat warga asing semakin mudah dan tertarik kepada Kota Tangerang.

 

Mirisnya kebanyakan dari pekerja asing yang mendiami Kota Tangerang dan perusahaan perusahaan menjabat sebagai tenaga ahli, bahkan memegang jabatan lebih tinggi dari rata-rata pekerja dalam negeri, dan ini salah satu factor penghambat kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang sendiri.

 

Ini menjadi gambaran bagaimana keadaan tenaga kerja di Kota Tangerang yang hanya masuk kelas menegah kebawah sungguh jauh apabila di bandingkan dengan tenaga kerja asing, danharus diperhatikan pula dalam kacamata kebudayaan pemerintah yang selama ini menuntut masyarakat untuk mencintai Indonesia dan produknya harus dihadapkan pada kenyataan yang mana warga asing dipermudah aksesnya untuk berkerja dan tinggal di Indonesia. 

 

Dengan begitu terkikisnya sistem budaya masyarakat lokal, banyaknya jumlah warga asing akan membawa budaya dan kebiasaannya dari daerah asal masing-masing. Sebelum munculnya MEA saja masyarakat harus berhadapan dengan modernisasi dan westernisasi karena dampak global melalui perkembangan teknologi dan internet,kedepannya dikhawatirkan keadaan ini akan menimbulkan dampak buruk kepada perubahan lingkungan sosial masyarakat.

 

Faktor ekonomi yaitu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) juga menjadi hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi keadaan MEA saat ini.

 

 Sektor indsustri di Kota Tangerang masih ketergantungan terhadap impor bahan baku dan barang setengah jadi menjadikan Indonesia khususnya Kota Tangerang menjadi incaran para produsenasing, bukti lemahnya daya saing kita adalah ongkos ekspor perkontainer produk-produk dalam negeri Indonesia merupakan yang termahal ketiga di ASEAN setelah Brunei dan Kamboja.

 

Sebaliknya, ongkos impor justru merupakan yang termurah ketiga di ASEAN, kondisi ini menggambarkan pelaku usaha akan sulit menjual produknya diluar negeri karena harga yang tidak kompetitif. Namun, pembeli di dalam negeri justru akan dapat menikmati barang impor yang cukup murah dari pasar ASEAN.

 

Satu-satunya keunggulan yang dimiliki Indonesia ialah segi penguasaan bahan baku berbasis sumber daya alam. Denganbegitu Indonesia akan semakin kehilangan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki dan akan meningkatan eksploitasi alam Indonesia, keadaan objektif buruknya kinerja pemerintah serta kerjasama masyarakat, lemahnya suku bunga bank, produktivitas tenaga kerja yang rendah, dan kelemahan yang buruk pula seperti pungli yang banyak tersebar dimana-mana,ketimpangan izin usaha yang lebih banyak mengutamakan percepatan perizinan bagi pemodal-pemodal asing dan besar jelas menjadi factor yang membatasi masyarakat kotaTangerang dalam membangun dan memulai usahanya.

 

Seharusnya kelemahan-kelemahan tersebut menjadi pemicu agar pemerintah lebih menyadari akan ketertinggalan dan kelemahan masyarakatnya.

 

Sehingga masyarakat lebih bersemangat bangkit menghadapi era MEA ini.

Pemerintah lebih mempersiapkan dan memperbaiki keadaan mulai dari sekarang untuk kedepannya jika tidak besar kemungkinan Indonesia khususnya Kota Tangerang sendiri akan kalah dalam kompetisi liberal ini bahkan mungkin menjadi terjajah kembali dalam segi sistem dan ekonomi.

 

 

 

 

 

Tags Kota Tangerang Tangerang Cerdas