Senin, 25 November 2024

Cinta Bersemi di Musim Pandemi

Ita Nurhayati Komisioner KPU kabupaten Tangerang.(@TangerangNews2020 / Istimewa)

Oleh: Ita Nurhayati

Komisioner KPU kabupaten Tangerang

Pada minggu pertama ketika COVID-19 bertandang ke negeri ini, rasa tak percaya sekaligus kaget menyeruak dalam diri melihat berita setiap hari, orang dengan kasus positif corona semakin bertambah, ODP, PDP, bahkan yang meninggal angkanya semakin meninggi. Berangsur minggu kedua, masih tidak percaya bahwa semua ini nyata terjadi, semua masih terasa seperti mimpi, apalagi ketika bangun dari tidur tetapi sedetik kemudian menyadari bahwa semua ini nyata.

Minggu ketiga keresahan semakin menjadi, badan pegal sedikit langsung berfikir corona, batuk sedikit, jangan-jangan ini corona, dan gejala seperti ini menurut ahli psikologi adalah wajar terjadi karena trauma yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi, karena dengan begitu berarti amigdala dalam otak kita bekerja.

Memasuki minggu keempat tubuh dan pikiran mulai terbiasa dengan berita-berita yang membahas corona, segala anjuran dan arahan terkait bagaimana pencegahan penyebaran corona semakin massif dilakukan pemerintah dan ramai di medsos, meskipun sedikit dibumbui berita hoaks. Namun agaknya masyarakat dalam hal ini kini semakin cerdas, mulai pandai memilah mana berita yang harus dipercaya dan mana yang tidak.

Bahwa saat ini kita sedang berperang melawan mahluk tak kasat mata yang bernama corona virus deseas 2019 atau COVID-19, semua itu adalah kenyataan yang harus kita hadapi dan bukan hanya di negeri kita Indonesia yang gempar karena banyak yang terpapar, tapi hampir seluruh penduduk dunia yang saat ini jumlahnya mencapai 210 negara, total angka kasus positif COVID-19 di dunia telah mencapai 3.256.570 juta pasien, sebanyak 234.075 pasien positif corona di seluruh dunia telah meninggal dunia. Selain itu, pasien yang berhasil sembuh sudah sebanyak 1.039.182 orang.

Amerika Serikat adalah negara dengan kasus positif COVID-19 terbanyak yang saat ini jumlahnya mencapai 1.094.277 kasus, Spanyol 239.639 kasus, Italia 205.463 kasus, Inggris 171.253, Perancis 167.178 kasus, Jerman 163.009 kasus, Turki 120.204 kasus, Rusia 120.204 kasus, Iran 94.640 kasus, Brazil 85.380 kasus.

Bahkan World Health Organization (WHO) dalam beberapa waktu lalu memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan menjadi pusat baru dari pandemi global ini ketika melihat peningkatan kasus yang sangat cepat terjadi di negara itu. Kematian terbanyak terjadi di Amerika, Italia, Inggris, Spanyol dan Perancis. Sedangkan China sebagai negara pertama yang terkena wabah ini tak lagi masuk dalam daftar negara dengan kasus corona terbanyak  (daftar 10 negara dengan kasus positif COVID-19 terbanyak per 01 Mei 2020).

Sementara itu di Asia Tenggara, Singapura menjadi negara yang memiliki jumlah kasus COVID-19 terbanyak, yaitu mencapai 16.169. Disusul Indonesia yang saat ini (01 Mei 2020) mencapai kasus terkonfirmasi 10.551 orang, meninggal 800 orang, dan yang sembuh sebanyak 1.591 orang. Artinya bahwa di negara kita Indonesia kasus COVID-19 ini terus mengalami peningkatan jumlahnya sejak diumumkan pertama kali pada awal Maret yang lalu.

#GOOGLE_ADS#

Sungguh luar biasa dampak yang tercipta akibat mahluk tak kasat mata ini, bukan hanya berdampak terhadap ekonomi tetapi juga pada rasa empati terhadap sesama manusia, hal ini terlihat di awal pandemik memasuki wilayah Indonesia rasa empati itu seakan tiada, bagaimana tidak, sesaat setelah diumumkan bahwa corona masuk ke Indonesia pada awal Maret lalu, banyak masyarakat memborong makanan untuk stok di tempat tinggal masing-masing karena khawatir di karantina tanpa memikirkan orang lain, saat itu ego masing-masing orang begitu tinggi sampai berebut bahan sembako di super market atau toko-toko swalayan.

Di sisi lain miris hati melihat berita bahwa banyak dari kita karena terdampak corona ini yang kehilangan pekerjaan, pengurangan pegawai yang terjadi di perusahaannya kemudian berujung PHK, banyak toko tutup kemudian memberhentikan karyawannya, belum lagi para ojek online, supir angkutan umum, yang lebih miris adalah buruh harian lepas yang pekerjaannya tak tentu, pemulung, pengemis dan lain sebagainya. 

Banyak cerita bisa kita dapatkan, seperti kisah ojek online yang bercerita betapa sepinya orderan semenjak pandemik, kadang dapat satu orderan, kadang juga tidak dapat orderan sama sekali, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun kini sangat susah. Belum lagi jika kita lihat di media kisah-kisah kelaparan beredar dimana-mana, mulai dari makan daun, menukar TV dengan beras hingga pingsan di jalan karena kelaparan bahkan kematian merenggut karena kelaparan, ini semua menjadi kisah nyata betapa pedihnya ekonomi di tengah pandemik.

Seiring berjalannya waktu rasa ketakutan, kepanikan, kekhawatiran, kesedihan berubah menjadi rasa cinta yang berwujud pada sikap peduli, saling menolong, saling mengasihi terutama pada sesama. Semua itu bisa terlihat dari banyaknya masyarakat baik pribadi, maupun kelompok yang menyumbangkan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis, membagikan masker di jalan-jalan, membagikan sembako, uang, makanan siap santap dan sebagainya.

Tags Corona Tangerang Covid-19 Tangerang Opini