Sabtu, 30 November 2024

Rasa Aman Terkikis Dalam Pelukan Sistem Sadis

Pemerhati Masyarakat, Fajrina Laeli, S.M.(@TangerangNews / Istimewa )

Oleh Fajrina Laeli, S.M.

Pemerhati Masyarakat

 

TANGERANGNEWS.com- Ngeri, itulah satu kata yang pantas untuk menggambarkan bagaimana kondisi kriminalitas hari ini. Kasus per kasus mengalir deras, bahkan kasus yang membuat manusia meregang nyawa tetap marak dan terus-menerus terjadi. Beragam tindakannya, seperti membunuh dengan berbagai alasan, mencuri yang berujung pembunuhan, begal, gangster, tawuran antar remaja, dan sebagainya. Makin hari makin meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Sebutlah kasus yang baru-baru ini ramai di jagat media sosial, yaitu kasus mutilasi seorang mahasiswa di Jogja. Korban mutilasi di Sleman ini ditemukan di lima titik sejak penemuan pertama hari Rabu, 12 Juli 2023 kemarin. Setelah sebelumnya korban termasuk kedalam Daftar Pencarian Orang dalam data polisi. Bagian potongan tubuh lainnya seperti kepala ditemukan usai polisi menginterogasi kedua pelaku berinisial RD dan W. Masing-masing merupakan warga DKI Jakarta dan Magelang yang ditangkap di Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 15 Juli 2023 malam. Sejauh ini, polisi masih mendalami motif kedua pelaku dalam melakukan aksinya, termasuk mencari sisa tubuh korban yang masih hilang serta memastikan penyebab hingga waktu kematiannya. (cnnindonesia.com, 16 Juli 2023).

Kasus mutilasi seperti ini bukan kali pertama terjadi, pada bulan yang lalu. Dikutip dari bcc.com, 23 Maret 2023 terdapat beberapa kasus mutilasi lainnya, seperti di lokasi yang sama yaitu Jogja, seorang ibu dua anak dimutilasi menjadi 65 bagian oleh pelaku yang berstatus sebagai kekasihnya. Motif pelaku adalah ingin menguasai harta korban guna melunasi utang pinjaman online. Sebelumnya pun sudah ada kasus mutilasi yang ditemukan di Tangerang dan di Jakarta. Sungguh mengerikan.

Kasus lain, yaitu seorang pria (43 tahun) di Muara Enim ditangkap polisi karena membunuh tetangganya hingga tewas. Kasus penganiayaan ini sendiri karena masalah utang karena korban memiliki utang kepada pelaku dan tak mau membayarnya. (kumparan.com, 16 Juli 2023.

Selain pembunuhan, kejahatan lain pun tetap mengintai, serperti kasus begal, pencurian, copet, dan penipuan seolah sudah menjadi berita harian. Layaknya makanan, berita tentang kriminalitas setiap harinya tidak pernah absen dalam radar keseharian kita.

Mirisnya, tidak hanya muncul di berita, berbagai kasus kriminalitas tersebut kerap terjadi di sekitar kita. Kasus gangster atau begal yang menyerang tanpa motif acap kali sampai di telinga kita. Begitu banyak kejadian yang mengancam nyawa, membuat waswas dan cemas, karena khawatir akan keselamatan diri sendiri dan keluarga. Sayangnya, hal seperti ini berulang kali terjadi tanpa adanya solusi pasti.

Entah disadari atau tidak, gaya hidup bebaslah yang membentuk pola pikir manusia hari ini menjadi minim empati. Main bunuh dan asal tikam, karena perilaku yang jauh dari kata bermoral. Nyawa manusia tidak lagi berharga karena nafsu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang lebih ditinggikan. Kemiskinan, kerakusan, dan lemahnya iman menjadi satu dalam mengambil alih hawa nafsu. Maka harus diakui, sekularismelah yang mengambil peranan penting atas generasi yang meresahkan hari ini.

Tampak nyata bahwa sekulerisme memberi dampak buruk bagi pola sikap manusia. Pemikiran yang jauh dari agama membuat mereka tidak sadar bahwa segala perbuatan akan dipertanggungjawabkan kelak. Hukum yang diterapkan pun tidak memberikan efek jera bagi tersangka. Alhasil, tanpa takut dan merasa bersalah individu dengan mudah membunuh individu lain hanya karena alasan yang sepele.

Tidak hanya mengancam nyawa, tetapi rakyat juga dihadapkan dengan ancaman yang tidak kalah mengerikan, yaitu ancaman kerusakan moral generasi. Perundungan marak terjadi baik di kalangan sekolah dasar maupun sekolah menengah atas. Kewaspadaan makin meningkat, apakah generasi kita menjadi pelaku atau kah menjadi korban.

Sistem pendidikan yang beraroma kapitalisme-sekularisme telah nyata gagal melahirkan generasi bermoral. Sistem ini nyata mencetak generasi yang berorientasi materi belaka. Sehingga menimbulkan dampak agresif pada individu karena tuntutan pemenuhan kebutuhan. Tidak heran, jika tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lantas harus bagaimana? Kepada siapa kita akan berlindung? Siapa yang bisa memberikan rasa aman di tengah ancaman besar yang menghantam dari segala aspek. Faktanya, negara yang seharusnya menjamin rasa aman seolah tak berdaya di tengah gempuran kejahatan di negeri ini.

Ya, negaralah yang sudah seharusnya menjadi pusat pengendali dan penuntas kejahatan. Namun faktanya, hukum yang berlaku tidak pernah memberi efek jera. Sehingga rakyat dipaksa mandiri untuk bertahan hidup, mulai dari hal mencari nafkah hingga mempertahankan nyawa. Terkesan tidak boleh bergantung pada negara.

Dalam Islam sendiri hal ini niscaya tidak akan terjadi, karena negara akan menjamin keamanan warganya. Terbukti di masa pemerintahan Islam, ada seorang muslimah yang pakaiannya disingkap secara sengaja oleh seorang Yahudi. Muslimah ini berteriak dan dibantu oleh lelaki Muslim hingga membunuh orang Yahudi tersebut, tetapi laki-laki Muslim ini akhirnya dibunuh oleh orang-orang Yahudi Bani Qainuqa. Kabar ini sampai kepada Rasul dan Rasul bersama pasukan mengepung Bani Qainuqa hingga mereka menyerah dan diusir dari Madinah.

Sungguh, kasus kecil seperti ini pun ditangani dengan begitu serius oleh masa pemerintahan Islam. Efeknya sudah memberi efek jera bagi pelaku dan menjadi pelajaran bagi yang lain untuk tidak melakukan hal yang serupa. Hukumannya pun tidak pernah main-main.

Begitu amannya rakyat di bawah naungan Islam, tidak perlu takut diganggu bahkan hanya karena satu kasus, seorang pemimpin langsung bertindak tegas mengambil keputusan. Tidak menunggu nanti, tidak menunggu korban lain. Alhasil, dahaga akan rasa aman rakyat akan terpenuhi jika sistem yang digunakan adalah sistem yang sahih.

Begitu pula dengan pendidikan, Islam akan membentuk individu berkepribadian islami sehingga seorang manusia sadar bahwa dirinya adalah hamba. Apa pun yang dilakukannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Di samping itu, pemenuhan kebutuhan soal makanan dan kebutuhan lain pun akan dijamin oleh negara, maka celah untuk melakukan tindak kejahatan pun makin minim. Ditutup rapat oleh negara agar rakyat hidup dengan aman.

Sungguh, tidak ada sistem yang lebih mumpuni untuk mengurusi urusan umat dibanding dengan sistem Islam itu sendiri. Masyarakat tidak perlu lagi hidup di bawah ancaman dan ketakutan, justru kita akan diajarkan bagaimana mencintai dan menyayangi sesama, memerangi kemusyrikan dan fokus menggapai rida Allah Swt. Islamlah yang akan menjadi solusi solutif bagi permasalahan umat. Wallahualam bisshawab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags Artikel Opini Kriminal Tangerang Opini Pembunuhan Tangerang