Jumat, 18 Oktober 2024

Rasa Aman Hanyalah Angan karena Digilas Kriminalitas

Fajrina Laeli S.M, Aktivis Muslimah.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Penulis : Fajrina Laeli S.M., Aktivis Muslimah

 

TANGERANGNEWS.com-Terbiasa oleh ketakutan dan dijauhkan oleh rasa aman adalah gambaran khas kehidupan kita hari ini. Padahal merasa aman adalah hak setiap individu sebagai warga negara.

Keamanan haruslah terjamin oleh negara, nyawa manusia sepantasnya dihargai. Namun, sayang sungguh sayang, banyak peristiwa memakan korban. Bahkan dengan cara sadis di luar nalar.

Rasa takut kian menjelma menjadi teman baik. Pulang pada malam hari bukan lagi takut akan penampakan hantu, melainkan lebih takut bertemu dengan manusia lain. Rasa takut bukan lagi pada lingkup orang asing saja, melainkan pada orang terdekat juga.

Sebutlah seperti peristiwa yang baru-baru ini banyak dibincangkan oleh warganet, yaitu penemuan mayat yang di dalam koper. Kejadian ini bermula saat ditemukan jasad wanita berinisial RM (50) oleh petugas kebersihan dalam sebuah koper hitam di Jalan Inspeksi Kalimalang, Cikarang, Kabupaten Bekasi pada Kamis (25/4) pagi. (cnnindonesia.com, 5/5/2024)

Tak lama, pelaku ditangkap bersama adiknya. Motif pembunuhan ini karena pelaku ingin mengambil uang sebesar Rp43 juta milik kantor yang dibawa oleh korban.

Peristiwa lain yang tak kalah menggemparkan adalah kasus pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh TBD (50) di Wilayah Ciamis, Jawa Barat pada Jum’at (3/5) pagi. Korban adalah istri sah pelaku, pelaku sempat menganiaya korban menggunakan benda tumpul sebelum memutilasinya.

Hal yang paling membuat kaget adalah, pelaku sempat berkeliling membawa daging korban dan menawarkan daging tersebut kepada warga sekitar. Diduga, motif dari kejadian ini adalah karena persoalan ekonomi.

Peristiwa di atas hanyalah segelintir dari banyaknya kasus pembunuhan yang terjadi. Tak hanya berhenti pada satu atau dua kasus saja, tetapi setiap harinya kita selalu dikagetkan dengan banyak kasus yang berbeda-beda.

Kebanyakan, motifnya selalu berputar di ranah ekonomi. Mengapa hal tersebut terus terjadi? Tak hanya sekali, tetapi terus berulang hingga kesekian kali.

Jika ditelaah, individu hari ini sangat mengandalkan nafsu dan emosi saja. Pengendalian diri yang buruk dan mudah tersulut amarah menjadikan manusia tak sungkan menghilangkan nyawa. Akal tak lagi berfungsi.

Lemahnya iman dan tak lagi takut akan pertanggungjawaban di akhirat menjadikan mereka semena-mena menyakiti sesama manusia. Inilah sifat khas masyarat di sistem sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).

Di sisi lain, tuntutan memenuhi kepuasan jasmani dan materi menjadi prioritas utama membuat mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Terbukti, kebanyakan motif yang menyebabkan pembunuhan biasanya selalu menyinggung masalah ekonomi. 

Jelas nyata, inilah hasil pendidikan sekuler yang melahirkan manusia arogan berorientasi pada materi semata. Bersifat tamak akan harta, nekat mendapatkan segala yang diinginkan dengan cara apa pun, bahkan dengan cara keji dan kotor pun secara sukarela dilakukan.

Generasi ambisius yang memaksan segala kehendaknya dan memenuhi nalurinya tanpa melihat halal dan haram. Mudah melakukan tindak kriminal, menyakiti manusia lain, tidak menghargai nyawa dan bersifat individualisme.

Seharusnya pembekalan ilmu agama sangat penting, memupuk iman untuk takut dan taat pada Allah Swt adalah solusi pasti manusia untuk mengurungkan niat melakukan kejahatan. Sadar bahwa dirinya hamba sangat dibutuhkan oleh individu hari ini. Dipahamkan bahwa pertanggungjawaban di akhirat nyata adanya.

Allah Swt senantiasa melihat dan malaikat rutin mencatat amalan apa pun yang kita lakukan. Namun, sayangnya justru mata pelajaran pendidikan agama mulai dihilangkan dalam sekolah.

Dalam Islam, hukuman yang diterapkan harus memberikan efek jawabir (penebus) dan jawazir (pencegah). Hukum kisas diberlakukan, nyawa yang dihilangkan secara sengaja akan dibalas dengan hukum yang setimpal. Jadi, individu lain akan mengurungkan niat melakukan hal yang sama.

Berbeda dengan hari ini, hukuman tidak membuat jera. Selepas dipenjara, pelaku masih dapat berkeliaran, bisa jadi sudah sadar, bisa juga membawa dendam.

Penguasa pun tidak dapat menjamin rasa aman, sebagai manusia kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk melindungi. Negara tidak dapat menjadi junnah bagi rakyat.

Kriminalitas tidak dapat dituntaskan, malahan makin menjamur di mana-mana. Penguasa terlalu sibuk dengan kursi kekuasaan sehingga lupa bahwa rakyatnya sedang berperang dengan rasa ketakutan.

Sungguh, sistem hari ini telah nyata gagal dalam memberantas kejahatan. Kita semua membutuhkan sistem sahih yang dapat menjadi perisai bagi rakyat, yaitu sistem Islam. Sistem yang mengatur kehidupan manusia dan mencegah kepada kemungkaran.

Sistem Islam yang akan mencetak manusia cemerlang yang hanya takut kepada Allah Swt. Alhasil segala perbuatannya hanya berorientasi pada rida Allah Swt semata. Tidak akan ada yang berani semena-mena dengan sesama manusia. Harta tak lagi dituhankan sehingga manusia terbebas dari rasa tamak.

Sebab, Islam mengajarkan bagaimana mengendalikan emosi dan nafsu. Islam mengatur hukum kehidupan. Maka dapat dipastikan, Islamlah satu-satunya solusi komperhensif yang mampu memberikan rasa aman secara pasti. Wallahualam bissawab.

Tags Artikel Opini Kriminal Banten Kriminal Tangerang Kriminal Tangsel Opini