Oleh: Fajrina Laeli, S.M, Aktivis Muslimah
"Istrinya Mas Kaesang itu 'kan hamil sudah 8 bulan. 'Kan enggak boleh naik angkutan umum, pesawat umum mana boleh” ujar Mentri Kominfo, Budi Arie Setiadi, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (10/9).
Ia menilai bahwa wajar saja jika anak bungsu Presiden dengan menantunya menaiki jet pribadi Gulfstream G650ER milik Garena untuk pergi ke AS. (cnnindonesia.com, 11/9/2024).
Tanggapan Budi ini menampik atas keramaian warganet yang kompak melakukan aksis protes di tengah karut-marut pemerintahan Indonesia yang menghalalkan seribu jalan demi memuluskan langkah Kaesang Pangarep maju di Pilkada 2024.
Bertepatan pula dengan keputusan DPR RI yang diduga menganulir keputusan MK, Kaesang dan Erina justru sedang asyik menikmati kehidupan borjuis di luar negeri dengan dalih meneruskan pendidikan.
Di sisi lain, rakyat tengah melangkahkan kakinya ke depan gedung istana untuk melayangkan aksi protes atas ketidakadilan yang dirasa ini.
Mirisnya, rakyat pun seolah diadu dengan brutalitas polisi bersenjata, sedangkan biang dari segala pusaran keributan justru tengah memamerkan kekayaan. Bagaimana rakyat dapat menerima sikap tersebut?
Ironisnya, sebagaimana dikutip dari detik.com, 11/9/2024, ayah dari Kaesang sekaligus Presiden RI justru mengatakan bahwa semua warga negara sama di mata hukum. Pernyataan tersebut diungkapkan pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Timnas Indonesia melawan Australia di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Selasa (10/9/2024). Semua warga negara sama di mata hukum, benarkah demikian?
Faktanya dapat dilihat dengan sangat jelas dan gamblang, bahkan dengan menutup mata sekali pun, bagaimana kesenjangan antara rakyat dan tuan penguasa seperti jurang. Padahal jeritan rakyat jelas terdengar. Alhasil, dari mana bisa terlihat bahwa semua warga negara diperlakukan sama saja? Sungguh lucu.
Fatia Maulidiyanti, Aktivis HAM, membandingkan Erina Gudono yang bepergian naik pesawat pribadi itu dengan ibu-ibu hamil yang harus berdesakan berangkat kerja naik KRL. Ia membandingkan sulitnya perekonomian masyarakat dibandingkan dengan pejabat pemerintahan yang berdasarkan riset mayoritas memiliki bisnis. (cnnindonesia.com, 13/9/2024).
Menurutnya, masyarakat yang bukan dari keluarga previlige seperti keluarga Presiden Jokowi, akan tetap hidup dengan situasi seperti itu. Memang benar, ungkapan semua rakyat sama saja bisa dengan mudah ditentang dari segala aspek, termasuk dalam pembahasaan kali ini adalah terkait ibu hamil dan transportasi umum.
Bagaimana mungkin menantu presiden hidup bermewah menaiki jet pribadi dengan dalih ibu hamil, tetapi banyak sekali ibu hamil di sekitar kita bahkan tidak mendapat hak kesehatan secara adil. Jangankan terkait transportasi umum, bahkan masih banyak ibu hamil yang daerahnya belum merata untuk mengakses transportasi.
Sebutlah, seperti yang terjadi di Dusun Pambulungan, Kabupaten Luwu pada Juni lalu, seorang ibu hamil hendak melahirkan dan terpaksa ditandu sejauh 5 kilometer menggunakan kain sarung dan bambu, karena akses jalan yang tak dapat dilalui kendaraan. (kompastv.com, 20/6/2024)
Luasnya kesenjangan itu tampak nyata, bagaimana sistem hari ini sangat licik memeras dan memalak uang rakyat dengan pajak. Rakyat kecil dicekik dengan peraturan, sedangkan rakyat elite menikmati kekayaan.
Semua warga negara sama di mata hukum adalah bohong, halusinasi belaka. Sebab, pada faktanya telah menjadi rahasia umum bahwa perlakuan untuk si miskin dan si kaya selalu berbeda, baik di mata hukum maupun di lingkungan. Uang, harta, dan jabatan seolah berbicara mengangkat derajat tuannya.
Buktinya, desakan warganet untuk KPK melakukan pemeriksaan atas dugaan gratifikasi kepada Kaesang mengenai penggunaan jet pribadi pun batal dilaksanakan. (Kompas.com, 10/9/2024).
Sungguh ironis, padahal dalam Islam kedudukan manusia sama sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, “Semua manusia setara di sisi Allah SWT, kecuali ketakwaan.”
Sungguh dalam naungan Islam tidak akan membedakan individu baik itu anak pemimpin maupun rakyat kecil. Semuanya akan mendapat fasilitas yang sama tanpa terkecuali dari pelayanan publik hingga ekonomi, baik untuk ibu hamil maupun untuk seluruh penduduk negeri.
Tidak akan ada perbedaan bak jurang yang menganga lebar seperti hari ini. Sebab, dalam Islam mengajarkan umat manusia untuk menjauhi sifat tamak dan hidup bermewah-mewah. Ekonomi pun akan merata sehingga jurang kesenjangan sosial tidak akan sedalam sekarang.
Sungguh, hanya Islamlah yang mampu menjadi obat bagi derita rakyat di sistem hari ini. Dengan penerapan sistem Islam secara totalitas niscaya negara akan berlaku adil terhadap seluruh rakyat. Wallahu’Alam bissawab.