Senin, 25 November 2024

Makan Siang Gratis, Benarkah untuk Kepentingan Rakyat

Ni'matul Afiah Ummu Fatiya, Pemerhati Kebijakan Publik.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Oleh : Ni'matul Afiah Ummu Fatiya, Pemerhati Kebijakan Publik

 

TANGERANGNEWS.com-Rencana Presiden terpilih Prabowo Subianto mengganti susu sapi dengan susu ikan untuk program makan siang gratis mendapat sorotan dari berbagai pihak, bahkan media asing.

 

Kebijakannya yang Menuai Kontroversi

The Straits Times misalnya, koran asal Singapura itu melaporkan bahwa susu ikan sudah lama menjadi inovasi pemerintah RI. Namun menurut kritikus susu ikan mungkin bukan alternatif terbaik selain karena kadar gulanya yang tinggi juga kurangnya dukungan ilmiah yang memadai terkait manfaat kesehatan jangka panjang (CNN Indonesia, 09/2024).

Sementara itu The Sidney Morning Herald, koran  Australia lebih menyoroti penggunaan susu ikan  demi menekan membengkaknya anggaran. "Bisa dibayangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan makan siang gratis dengan susu dan daging yang memadai pasti sangat besar. Bisa menelan sekitar 44 miliar dolar AS per tahun.

Wajar jika para pengamat mempertanyakan apakah negara ini mampu membiayainya?" Begitu bunyi artikel yang diterbitkan dengan judul "An Election Promise of Fee Food May End Up with Fish Milk on the Menu."

Lain lagi pendapat Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah. Menurutnya mengganti susu sapi dengan susu ikan atau telur dalam program makan bergizi gratis sangat memungkinkan.

Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut bahwa saat ini sudah ada beberapa produsen susu ikan di Indonesia. Diharapkan susu jenis ini bisa menggantikan susu sapi di program makan bergizi gratis Prabowo.

 

Mampukah Susu Ikan Menggantikan Susu Sapi?

Menanggapi ramainya pembasan susu ikan, Ahli Ilmu dan Teknologi Susu yang juga Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Epi Taufik mengatakan bahwa susu ikan seharusnya berasal dari jenis ikan mamalia (mammae) (KOMPAS.com). Sementara susu ikan yang dijadikan sebagai pengganti susu sapi yang dimaksud oleh pemerintah sebenarnya adalah hasil inovasi teknologi pangan yang menghasilkan produk turunan hidrolisat protein ikan (HPI).

 

Program untuk Siapa?

Munculnya program makan siang gratis yang kini berubah menjadi makan gratis bergizi ini merupakan program unggulan dari pasangan Prabowo-Gibran saat kampanye pilpres. Program ini digadang-gadang bakal menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah stunting dan masalah ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Bahkan dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas anak bangsa, sungguh luar biasa.

Program ini pun telah menjadi agenda yang dimasukkan ke dalam RAPBN 2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menganggarkan 71 Triliun untuk makan bergizi gratis ini. Jumlah ini melampaui anggaran kesehatan dan dua kali lipat dari anggaran pendidikan.

Namun ironis, ditengah ramainya pembahasan susu ikan sebagai pengganti susu sapi karena alasan memanfaatkan sumber daya laut yang berlimpah, justru pada faktanya negeri ini masih melakukan impor ikan dari negara lain. Menurut informasi data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi impor ikan mencapai angka 56,8 juta kilogram setara dengan 130,09 juta US dolar pada Januari-Agustus 2024. Dan ternyata ikan yang digunakan sebagai bahan utama susu ikan adalah dari jenis ikan selar dan petek yang nilainya rendah di masyarakat.

Beginilah tabiatnya di dalam sistem kapitalis. Setiap kebijakan yang diambil selalu menimbulkan kontroversi. Karena memang aturan yang dibuat tidak murni untuk kepentingan rakyat melainkan untuk kepentingan korporat.

Selain banyak para ahli yang meragukan kandungan nutrisinya apakah bisa menggantikan nutrisi yang ada pada susu sapi, terbukti  program makan gratis bergizi ini, mengandung aroma bisnis. Karena  pemerintah bakal menggandeng perusahaan yang bergerak dibidang perikanan salah satunya adalah PT Berikan Bahari Indonesia di Indramayu yang merupakan anak perusahaan dari PT Berikan Teknologi Indonesia.

Lagi-lagi program ini membuka peluang bisnis para pemilik modal. Bahkan karena besarnya peluang bisa jadi pada akhirnya akan mengundang investor asing yang memiliki teknologi lebih unggul karena di Indonesia belum banyak perusahaan yang bergerak di bidang ini.

 

Islam Solusi Setiap Masalah

Sebenarnya masalah stunting dan ketahan pangan hanyalah masalah cabang dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat yaitu sandang, pangan dan papan. Maka seharusnya pemerintah memberikan solusi yang mendasar pula bagaimana supaya semua rakyat bisa mengakses seluruh kebutuhan dasarnya dengan mudah dan murah.

Hal ini hanya bisa terwujud ketika Islam diterapkan sebagai sistem yang mengatur seluruh kehidupan. Seorang pemimpin dalam Islam laksana penggembala yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda: " Imam (kepala negara) adalah pemimpin dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia pimpin" (HR Al Bukhori dan Muslim).

Tugas utama penguasa adalah mengurusi kepentingan rakyat dengan menjamin seluruh  rakyat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Diantaranya:

1. Memberikan kemudahan bagi rakyat mencari nafkah untuk keluarganya dengan menyediakan lapangan pekerjaan.

2. Menyediakan perumahan yang nyaman dan harga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

3. Pelayanan kesehatan dan pendidikan diberikan secara gratis agar terwujud generasi berkualitas yang sehat dan cerdas serta beriman dan bertakwa.

Semua itu mudah diwujudkan karena dalam Islam ada Baitulmal yang memiliki pemasukan tetap yang berasal dari harta fai dan khoroj, jizyah, zakat dan dari harta kepemilikan umum. Semua dikelola dengan pos masing-masing sehingga tidak akan terjadi saling ambil jatah.

Membuat program baru tapi memangkas anggaran program yang lain seperti yang terjadi dalam sistem saat ini.

Wallahi A'lam.

Tags Artikel Opini Makan Bergizi Gratis Makan Siang Gratis Tangerang Opini Prabowo Subianto