Kamis, 12 Desember 2024

Nilai Toleransi yang Terkandung Dalam Perilaku Tidak Mengucapkan Selamat Natal Kepada Umat Kristiani

Achmad Yogi A, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

TANGERANGNEWS.com-Indonesia terkenal dengan negara yang beranekaragam budaya, bahasa, dan agamanya, Kemenag RI mencatat terdapat enam agama resmi yang ada di Indonesia, diantaranya Hindu, Budha, Kristen, Katolik, Islam, dan Khonghucu.

Dari keanekaragaman agama tersebut seringkali menimbulkan berbagai permasalahan, seperti permasalahan pemahaman nilai masyarakat, pemahaman perilaku atau sikap, maupun permasalahan yang lainnya.

Seperti hal-nya setiap kali ingin memasuki bulan natal, banyak perbedaan yang terjadi di dalam agama islam sendiri tentang masalah boleh atau tidak umat islam mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani yang merayakan, hal ini menimbulkan berbagi macam alasan yang berbeda.

Ustad Adi Hidayat pernah menjelaskan tentang permasalahan ini di salah satu kajian streamingnya, beliau menjelaskan bahwasannya orang islam yang mengucapkan selamat natal, secara tidak langsung dianggap mengakui adanya tuhan selain Allah SWT dan bertentangan dengan prinsip “la ilaha illallah” tiada tuhan selain Allah.

Maka beliau menyimpulkan bahwasannya umat islam tidak boleh mengucapkannya alasannya, karna secara tidak langsung menduakan tuhan yang maha esa, dan itu dilarang dalam ajaran syariat islam.

Dari penjelasan tersebut kita sebagai muslim harus memahaminya sebab ini adalah masalah akidah, bukannya islam tidak mengajarkan sebuah toleransi, akan tetapi semua itu ada batasannya, cukup menghormati saja tanpa mengucapkannya secara lisan.

Dilansir dari CNN Indonesia; bahwasannya MUI juga mengeluarkan fatwa tentang larangan mengucapkan selamat hari raya agama lain, karna dianggap mencampuradukkan ajaran agama.

Selain dianggap mencampuradukkan ajaran agama, menurut saya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain juga merupakan bentuk kegoyahan iman seseorang, karna seakan-akan menunjukan bentuk penyimpangan terhadap tuhan esa yang dipercayainya, kalau mengacu kepada makna toleransi dalam islam yang berarti hidup berdampingan dengan agama lain, dan tidak ada paksaan bagi seseorang untuk memeluk agama.

Maka mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain juga tidak ada paksaan bahkan agama islam melarangnya, tidak ada konsekuensi yang diterima bagi orang yang mengucapkannya, karna ini merupakan hak kepribadian, akan tetapi hak atas itu semua sudah diatur didalam agama yang mengaturnya, apabila seseorang tidak ingin menaati atas aturan yang ditetapkan oleh agamanya, maka letak konsekuensinya ada didalam permasalahan iman dan akidah yang ada pada dirinya. 

Dalam perspektif sosial dan kemanusian menurut saya, permasalahan mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain juga sepatutnya dilarang agar tidak menimbulkan perpecahan didalam agamanya masing-masing, karna agama sudah menentukan batasan-batasan dalam hidup beragama dan bersosial, tidak ada ajaran agama yang mengajarkan untuk menciptakan perselisihan, semua agama yang resmi tercatat di Indonesia mengajarkan kedamaian.

Oleh sebab itu semua yang diatur didalam agama perlu ditaati dengan baik, agar tidak menimbulkan perpecahan baik itu didalam agamanya sendiri ataupun agama lain, bukan berarti orang yang tidak mengucapkan selamat hari raya natal tidak paham toleransi, akan tetapi tindakan tidak mengucapkan adalah bentuk toleransi yang sebenarnya, karna umat yang merayakannya pun tidak memberikan tuntutan kepada orang yang berbeda keyakinan dengannya untuk mengucapkan hari raya tersebut, dengan sikap saling memahami antara perbedaan ini maka terciptalah sebuah lingkungan yang rukun dan damai. 

Menyikapi permasalahan tersebut kita tidak perlu mendiskriminasi segala perbedaannya, cukup menghormatinya dengan cara memberikan keamanan dan kenyamanan kepada mereka yang sedang merayakannya, tanpa melakukan diskriminasi melalui sikap ataupun tindakan agar kedamaian terus terciptakan.

Bagi umat yang merayakan juga harus memahami permasalahan ini, kalau tidak memahaminya maka akan berpotensi menimbulkan perpecahan antar agama, dan itu tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung didalam Ideologi Pancasila, kita juga perlu memahami konsep perbedaan tersebut, bahwasannya dengan segala perbedaan akan menimbulkan kerukunan dan kedamaian, tidak mungkin adanya kerukunan dan kedamaian tanpa disebabkan dengan adanya perbedaan.

Dalam menjaga kerukunan dan kedamaian juga perlu membangun kerjasama dan kepercayaan antara makhlul sosial yang berbeda, contohnya seperti perbedaan agama yang ada di negara kita, kalau saja perbedaan-perbedaan makhluk beragama ini tidak bisa membangun kedua nilai tersebut, maka tidak akan timbul yang namanya toleransi, kedamaian serta kerukunan, karna sikap  menghargai satu sama lain merupakan hal terpenting dalam menjaga kokohnya persatuan dalam perbedaan.

Selain membangun kerjasama dan kepercayaan antara makhluk sosial yang berbeda itu dapat menimbulkan kedamaian dan kerukunan, sikap itu juga dapat membentuk karakter seseorang untuk sadar dalam membangun jiwa-jiwa nasionalisme-nya, karna apabila secara terus menerus memikirkan perbedaan yang seharusnya cukup dihormati tanpa di perdebatkan, dampaknya akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa Indonesia yang tertinggal oleh negara yang sudah maju di dunia.

Kemudian kalau saja dari semua ragam perbedaan yang ada di Indonesia mau menghormati perbedaan itu dengan baik, maka akan tercipta tindakan-tindakan positif yang diciptakan dari banyaknya perbedaan tersebut, seperti kolaborasi dalam membangun dan melestarikan budaya di Indonesia, kemudian berkolaborasi dalam menjaga kekayaan bumi yang ada di Indonesia, kalau dari segi perbedaan keagamaan saya rasa bisa mengkolaborasikan nilai-nilai baik yang terkandung didalam agamanya masing-masing yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang memiliki budi pekerti, sopan dan santun dalam menghargai sesama dan membangun Indonesia yang adil dan beradab.

Perlu kita garis bawahi, bahwasannya perbedaan tidak selamanya akan menimbulkan berbagai perpecahan, tergantung bagaimana subjek dari masing-masing agama bisa membawa kedamaian bagi agamanya, dan kedamaian yang tercipta didalam agama masing-masing akan berdampak kepada agama yang lainnya. Allah SWT dengan sengaja menciptakan perbedaan diantara kita baik dari segi budaya, ras, bentuk dan warna kulit, serta agama dengan tujuan agar manusia ciptaannya mampu berfikir dengan baik serta mau menghormati dari perbedaan tersebut, bahkan Rasulullah mencontohkan kepada kita umat islam untuk menghargai perbedaan, seperti yang dikatakan Rasullullah dalam sabdanya yang berbunyi “ikhtilafu ummati rahmah”, artinya perbedaan diantara umatku adalah rahmat.

Seperti beberapa solusi yang sudah saya tuliskan pada paragraf diatas, mengkolaborasikan segala perbedaan menjadi sebuah nilai atau inovasi yang mampu membangun negara dan manusianya merupakan bukti perbedaan itu adalah rahmat.

Tidak mengucapkan natal terhadap umat kristiani adalah bentuk rahmat dari perbedaan tersebut, karna dari peristiwa tersebut seseorang jadi mudah menghormati dan menghargai perbedaan yang ada sekitarnya, bukan hanya perbedaan dalam agama saja yang harus dihormati akan tetapi semua perbedaan yang tampak disekitar kita juga perlu dihormati dan dihargai.

Menurut saya mengolaborasikan perbedaan agar menjadi sebuah nilai positif serta inovasi yang sifatnya membangun itu perlu dicoba untuk diterapkan, ketika hal in diterapkan, sikap menghargai, menghormati, serta kerjasama demi terciptanya solidaritas dan ketenangan hidup antara umat akan lebih erat lagi, dan juga sebagai upaya kita membantu ideologi pancasila bisa terwujud dengan baik, karna makna isi yang terkandung didalam nilai-nilai pancasila adalah nilai menghormati, menghargai, dan juga kerjasama, apabila upaya yang kita lakukan itu dapat terwujud dengan baik, maka akan berdampak positif besar yang akan dirasakan oleh negara kita, dan sebagai pembuktian juga atas perkataan Rasulullah yang mengatakan perbedaan itu adalah rahmat. 

Saat ini adalah waktunya kita untuk menyadari segala perbedaan yang tampak di sekitar kita, bahwasannya perpecahan timbul bukan sebab perbedaan melainkan sebab bagaimana subjek yang ada didalamnya bisa membawa dan mengartikan perbedaan tersebut kedalam nilai dan positif atau sebaliknya, perbedaan justru akan memberikan perubahan yang dahsyat apabila kita bisa membawanya kepada nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti hal-nya umat islam tidak mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani yang merayakannya, didalam peristiwa itu banyak terkandung nilai-nilai toleransi yang ada didalamnya, seperti hal-nya manusia yang berbeda jadi mudah untuk memberikan sikap atau perilaku saling menghormati dan menghargai, kemudian dari nilai-nilai perbedaan yang terkandung juga dapat dikolaborasikan untuk memberikan dampak yang positif bagi negara kita, juga dapat membantu mewujudkan makna dari ideologi negara kita yaitu pancasila, dan agar manusia saling mengenal dalam hidup berdampingan serta saling menopang satu sama lain, kemudian dari perbedaan tersebut apabila dihormati dan dihargai maka akan terciptanya ketenangan dalam hidup.

Dengan adanya perbedaan itulah akan terjadinya perilaku saling membutuhkan sehingga dapat terjalin persatuan yang tampak disekitar kita. Perbedaan juga membuat kita sadar bahwasannya hidup perdampingan tidak selalu sama dalam hal apapun melainkan setiap makhluk yang diciptakan pasti mempunyai sisi perbedaannya, agar makhluk ciptaannya mampu berfikir dengan baik demi terciptanya hidup rukun dan damai.

Dengan beberapa alasan dan solusi dibalik alasan dan permasalahan tersebut, sudah jelas bahwasannya umat islam dilarang untuk mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani yang merayakannya, dan saya berharap kepada umat islam dimana pun untuk tidak lagi  mempermasalahkan dan memperdebatkan problematika ini yang seringkali setiap tahunnya akan menimbulkan perdebatan, kita patut harus mengikuti perintah ulama yang telah berijtihad dalam permasalahan ini, seperti yang nabi kita katakan “al-ulama warosatul anbiya”, ulama adalah pewaris para nabi, artinya apabila kita tidak mengikuti hasil ijtihad para ulama maka kita juga tidak mengikuti apa yang telah nabi sabdakan, karna apabila kita umat islam sendiri yang memperdebatkan permasalahan ini, yang sebetulnya tidak dipermasalahkan, karna umat kristiani pun tidak mempermasalahkan dan menuntut kita umat islam untuk mengucapkannya, akan tetapi justru kita yang mempermasalahkannya.

Sya rasa mereka akan menganggap dan menilai bahwasannya hal ini merupakan sisi kelemahan dari agama islam, oleh karna itu demi menjaga kesucian agama islam kita tidak perlu mempermasalahkan dan memperdebatkannya karna ditakutkan menimbulkan pandang negatif serta fitnah-fitnah kepada agama islam.

Mari sama-sama saatnya kita membangun umat yang berkompeten dan berwawasan luas melalui perbedaan, dengan segala solusi-solusi yang sudah saya tuangkan dalam tulisan ini apabila dicoba untuk diterapkan maka akan menciptakan umat islam yang berkualitas dalam segi menghargai dan menghormati perbedaan, umat yang berkualitas juga mampu memberikan kontribusi baik bagi keberlangsungan dan kemajuan negara serta agama islam sendiri, artinya umat yang berkualitas juga mampu memutar balikan pandangan-pandangan negatif serta fitnah-fitnah kepada umat islam, dan ini merupakan salah satu bentuk upaya kita dalam menyiarkan ajaran nabi Muhammad SAW serta membuktikan akan ke-esaannya Allah SWT.

Tags Artikel Opini Opini