Oleh: Ummu Ainyssa, Aktivis Muslimah
TANGERANGNEWS.com-Belum hilang dari ingatan bagaimana dahsyatnya virus Covid-19 yang mengguncang beberapa negeri di dunia beberapa tahun lalu. Bahkan efek dari pandeminya pun masih bisa dirasakan. Kini, China kembali dilanda virus baru, Virus Human Metapneumovirus (HMPV). Virus HMPV dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, yang gejalanya mirip dengan flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Namun, dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia atau bronkitis.
Meski HMPV dinyatakan tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi bagi anak-anak, lansia, dan tubuh dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk individu yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung tetap berisiko lebih tinggi. Sayangnya, hingga saat ini belum ada pengobatan khusus atau vaksin untuk HMPV. Padahal virus ini masuk dalam kategori virus dengan penyebaran yang sangat luas dan cepat khususnya di China bagian utara seperti Beijing, Hebei, dan Tianjin.
Dikutip dari Channel NewAsia, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China (CDC) merilis pada 2 Januari 2025 kasus HMPV naik 0,1 poin persentase dibandingkan minggu sebelumnya menjadi 6,2 persen. Kasus ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan musim dingin yang masih terjadi di China. (CNNIndonesia, 7-1-2025)
Hingga kini beberapa negara seperti Hongkong, India, dan Malaysia telah turut melaporkan adanya kasus serupa di negeri mereka. seperti dikutip dari The Economic Time, Malaysia telah melaporkan sebanyak 327 kasus HMPV terjadi pada tahun 2024. Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin juga menyatakan bahwa virus HMPV telah terdeteksi masuk ke Indonesia. Sehingga perlu adanya upaya sebagai langkah pencegahan.
Negara Lamban Menanggulangi Penularan Virus
Meski virus HMPV dinyatakan tidaklah seganas virus Covid-19, namun bukan berarti pemerintah bisa dengan santai menghadapi virus ini. Sebab, bagaimana pun ini tetap menyangkut urusan kesehatan masyarakat. Sekalipun gejalanya hanya mirip dengan flu biasa, yang namanya virus tetap akan membuat badan mengalami penurunan kekebalan tubuh. Kondisi tersebut tentu akan membuat masyarakat tetap tidak bisa beraktivitas seperti biasa dan butuh waktu untuk istirahat.
Menengok ke belakang, negeri-negeri di dunia termasuk negeri ini pernah dibuat kalang kabut dengan cepatnya penyebaran virus Covid-19. Bahkan jumlah korban meninggal dunia tidak kira-kira jumlahnya. Hal itu disinyalir lambat dan tidak seriusnya penanganan terhadap virus di berbagai negara pada awal kemunculannya. Seharusnya, hal tersebut bisa menjadi pelajaran buat semua negara.
Sakit memang merupakan qada dari Allah Swt., akan tetapi manusia disunahkan berikhtiar dalam pencegahan penyakit. Secara individu manusia bisa mencegah virus HMPV dengan gaya hidup bersih dan sehat. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan, rajin mencuci tangan dengan sabun, makan yang sehat dan bergizi, minum vitamin, maupun istirahat yang cukup. Sayangnya, bagi masyarakat dengan ekonomi bawah tidaklah mudah mencukupi semua itu. sehingga mesti ada peran negara yang menjadi pelindung atau pemerhati kesehatan rakyatnya.
Dengan merebaknya virus di negara tetangga, seharusnya pemerintah sudah sigap mengantisipasi sejak dini agar virus tidak masuk ke negeri ini. Perjalanan masuk dan keluar negeri bisa sedari awal diperketat pemeriksaan kesehatannya. Bahkan untuk perjalanan yang tidak begitu urgen bisa ditunda keberangkatannya. Pemerintah juga wajib memberikan edukasi terhadap masyarakat akan risiko dari virus tersebut.
Namun, kembali lagi pada sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. Tentu semuanya atas pertimbangan materi. Segala bentuk antisipasi pasti akan disandarkan pada untung rugi. Malah seolah kesehatan masyarakat tidaklah begitu penting jika dibandingkan kerugian yang akan ditanggung negara. Alhasil seperti yang sudah-sudah. Hanya karena tidak mau menerapkan lockdown total, negeri ini pernah mengalami pandemi yang sangat mencekam.
Cara Islam Mencegah Merebaknya Virus
Di dalam Islam, kesehatan adalah hak rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara. Sehingga negara akan mengupayakan segala sesuatunya demi melindungi rakyatnya. Termasuk saat ada wabah penyakit, negara akan langsung sigap menanganinya. Rasulullah saw. pernah mencontohkan bagaimana cara penanganan wabah secara cepat.
Upaya yang pertama dengan melakukan isolasi/karantina bagi wilayah yang terkena wabah. Rasullullah saw. bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Dan jika terjadi wabah di tempat kalian berada, janganlah kalian keluar dari wilayah itu. (HR. Al-Bukhari)
Dalam sebuah riwayat diceritakan Khalifah Umar bin Khattab hendak berkunjung ke wilayah Syam. Namun ketika sang khalifah dan rombongan tiba di daerah Syargh, datanglah kabar jika masyarakat Syam tengah menderita wabah Tha'un. Mendengar informasi tersebut, Khalifah Umar bin Khattab pun membatalkan kunjungannya dan kembali ke Madinah bersama rombongan.
Tindakan isolasi dilakukan agar wabah/virus tidak meluas ke daerah lain. Akan tetapi, meski diisolasi suplai berbagai kebutuhan untuk wilayah tersebut tetap harus dijamin. Dan tentu ini hanyalah teknis dan manajemen pemimpin yang peduli pada keselamatan rakyatnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan di tengah teknologi yang sudah modern seperti saat ini.
Isolasi cukup dilakukan di daerah yang terjangkit saja. Daerah lain yang tidak terjangkit bisa tetap produktif dan beraktivitas secara normal. Daerah yang tidak terjangkit inilah yang bisa menopang daerah yang terjangkit baik dalam pemenuhan kebutuhan maupun penanggulangan wabah. Sehingga perekonomian tidak berdampak pada semua wilayah.
Setelah itu, di daerah terjangkit virus akan diterapkan aturan agar memisahkan antara orang yang sakit dengan orang yang sehat.
لاَ تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ
Janganlah kalian mencampurkan orang yang sakit dengan yang sehat (HR. Al-Bukhari).
Negara di dalam sistem IsIam akan melakukan 3T (test, treatment, tracing) secara cepat dan akurat untuk mengetahui mana warga yang positif terkena virus dan tidak. Yang selanjutnya warga yang terinfeksi virus akan dipisahkan dan diisolasi, sementara semua kebutuhan akan ditanggung dari kas negara (baitulmal).
Amru bin ‘Ash tatkala diangkat oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi Gubernur di Syam, pernah menerapkan pemisahan antara orang yang sakit dan sehat dalam menghadapi wabah Tha’un ‘Umwas yang sedang terjadi. Amru bin ‘Ash berkata kepada penduduknya bahwa wabah itu bagaikan api yang menyala-nyala dan akan terus menyambar kayu bakar. Maka Amr memerintahkan penduduk Syam yang sehat untuk berlari mengungsi ke atas bukit demi memutus penularan wabah. Tidak lama wabah pun hilang dari negeri Syam.
Demikianlah negara dalam sistem Islam dalam menyelamatkan rakyatnya dari wabah/virus. Sebab negara bertanggung jawab terhadap kesehatan rakyatnya. Dosa besar jika sampai pemimpin negara melalaikan kewajiban ini. Sehingga dia akan memprioritaskan kesehatan rakyatnya di atas kepentingan yang lain. Dengan penanganan yang cepat seperti yang telah Islam ajarkan, tentu virus HMPV tidak akan menyebar ke negara-negara lain.