TANGERANGNEWS.com-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan prototipe rumah tahan gempa yang diberi nama bale kohana, di Pusat Teknologi Material, BPPT Gedung 224 Kawasan Puspitek Puspitek, Muncul, Setu, Tangsel, Rabu (22/5/2019).
Ide pembuatan bale kohana bermula atas kesadaran atas letak Indonesia yang berada di dalam jalur cincin api ( _ring of fire _), sehingga sangat rawan bencana seperti gempa bumi.
"Rumah ini akan menjadi solusi bencana, baik sebelum, saat terjadi bencana dan juga pasca bencana," jelas Kepala BPPT, Hammam Riza.
Selain itu, kata Hammam, rumah tahan gempa itu menjadi solusi pada fase rekontruksi. Karena rumah tersebut juga dibangun dengan sistem knock down, yaitu dapat dibongkar dan dipasang dengan mudah dengan hanya membutuhkan waktu selama seminggu.
"Jadi masyarakat merasa dilindungi, dan hidup dengan sehat serta aman. Dan itulah semangat kita membuat inovasi pada bidang ini," imbuhnya.
Hammam mengatakan, program ini diharapkan dapat mendukung salah satu dari 25 program prioritas dalam rencana kerja Pemerintah Tahun 2020.
"Yaitu penguatan infrastruktur kawasan tertinggal dan ketahanan bencana yang ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas saat Musrenbang Nasional 2019," tuturnya.
Sementara, Deputi Bidang TIEM BPPT, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa rumah tersebut merupakan generasi pertama untuk hunian tetap. Dibangun dengan material komposit polimer yang tahan dari kondisi apapun yang dibandrol dengan harga sekitar Rp170 juta.
"Karena dengan komposit polimer, bisa tahan sampai 100 tahun," imbuhnya.
Eniya mengaku, akan terus melakukan pengembangan, serta berinovasi demi menciptakan produk yang lebih unggul lagi.
#GOOGLE_ADS#
"Ke depan kita ingin mengembangkan polimer apa yang bisa dipakai, serat apa yang bisa dipakai untuk semakin murah dan semakin kuat," katanya.
Eniya pun meminta kepada seluruh lapisan untuk bersama-sama berkolaborasi.
"Saya harap kita dapat berkolaborasi dalam mewujudkan inovasi teknologi buat bangsa ini," tutupnya.(MRI/RGI)