TANGERANGNEWS.com-Pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai semakin menyengsarakan para pengusaha pada sektor pariwisata menjerit.
Hal itu jugalah yang dirasakan oleh para pegiat bisnis sektor pariwisata di Kota Tangerang Selatan.
Bahkan, Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) Kota Tangsel, Gusri Effendi mengibaratkan bahwa sektor pariwisata, khususnya perhotelan saat ini sedang mengalami kondisi pingsan.
"Kalau di Tangsel belum ada yang tutup. Pingsan iya. Mati (tutup / bangkrut) belum, pingsan iya," ujar Gusri saat ditemui di kawasan Puspemkot Tangsel pada Selasa, 10 Agustus 2021.
Kondisi tersebut, kata Gusri, terjadi lantaran beban pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan.
#GOOGLE_ADS#
"Ya biasa penerimaannya 15-20 persen. Itu lah rugi, belum lagi bayar gaji karyawan, listrik, pemeliharaan, dan lainnya," katanya.
Gusri mengatakan, nasib pahit itulah yang kini harus dirasakan oleh hampir seluruh pengusaha perhotelan di Tangsel.
"Efisiensinya terpaksa digilir karyawan yang masuk. Rata-rata semua hotel itu drop. Sekitar 80 persen," tuturnya.
General Manager Hotel Sahid Serpong, Herke Thomas Heryana menuturkan, kondisi demikian telah dirasakannya lebih dari setahun. Selama virus Corona mewabah.
#GOOGLE_ADS#
Namun kondisi saat ini, kata dia, semakin mengkhawatirkan, khususnya saat Pemberlakuan Penerapan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai diterapkan.
"Berlangsung lama, kemarin sempat enak di akhir tahun saat mulai ada pelonggaran. Dulu orang masih suka staycation, kalau weekend masih suka ke hotel. Kalau sekarang sangat sangat drop," tuturnya.
Untuk itu ia sangat berharap agar pemerintah dapat memberikan sedikit kelonggaran bagi operasional perhotelan.
"Kita butuh pelonggaran ya. Kelonggaran untuk dapat mengadakan kegiatan meeting dari klien, kegiatan sosial budaya seperti pernikahan. Kita butuh pelonggaran supaya kita bisa bernafas," pungkasnya.