Jumat, 22 November 2024

Guru Besar UPJ Bintaro Ajak Generasi Muda Belajar Kelola SDA Sungai

Universitas Pembangunan Jaya.(@TangerangNews / Istimewa)

TANGERANGNEWS.com-Bicara tentang perencanaan kawasan urban, berarti memikirkan pula perencanaan sumber daya air (SDA) terutama wilayah sungai. Ketika bicara tentang Jakarta, misalnya, ada lima wilayah sungai yang melingkupinya seperti Ciujung, Cidurian, Cisadane, Ciliwung dan Citarum.

Dari lima SDA itu lah, warga Jakarta menjalani kehidupannya, mendapatkan sumber ekonomi, dan menjaga lingkungannya. Namun air tanah saat ini sudah sangat tersedot untuk kehidupan warga Jakarta, sehingga permukaan tanah menurun, selain akibat dari beban bangunan juga.

Akibatnya, air asin masuk ke daratan. Jika kita membuat perencanaan SDA memang perlu memperhatikan perkembangan kelima wilayah sungai ini. 

Pengelolaan SDA wilayah sungai juga bukan persoalan pemerintah saja, diperlukan koordinasi antar organisasi dan partisipasi masyarakat. Di dunia, telah tersedia Glowal Water Partnership (https://www.gwp.org/) yang konsisten berjejaring dengan 179 negara dalam pengelolaan SDA.

#GOOGLE_ADS#

GWP juga berjejaring dengan organisasi masyarakat serta menjadi pusat pengetahuan bagi masyarakat mengenai pengelolaan air.

Prof. Ir. Frederik Joseph Putuhena, M.Sc.,Ph.D., guru besar yang mengajar Pengembangan Sumber Daya Air di program studi Teknik Sipil, Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Bintaro menyatakan sungai dapat dipelajari dari hulu ke hilir.

“Perlakuan di hulu nanti dapat dilihat di hilir apa yang terjadi. Ini penting untuk kehidupan warga,” katanya Kamis 7 Oktober 2021.

Ketika bicara tentang air, menurutnya, perlu prinsip partisipatori dalam mengelola SDA. Tokoh sentral dalam pengembangan pengelolaan air ini adalah kaum perempuan.

“Dengan demikian, peluang bagi perempuan untuk berpendidikan tinggi, terlibat dalam pengambil keputusan terkait SDA sangatlah penting,” jelas Putuhena.

Perempuan dipandang sukses melakukan pendekatan partisipatori. Bila negara dan organisasi masyarakat mendukung, maka gerak langkah perempuan dalam penentuan pengelolaan SDA sebenarnya akan menyelamatkan SDA bagi dunia. Pendekatan yang paling bagus dengan mendekati wilayah sungai.

Putuhena yakin capacity building dan knowledge mastery untuk mengelola SDA wilayah sungai adalah peran penting universitas. “Dengan demikian, mengusung dan menghidupi keunggulan kajian urban, UPJ yang memiliki prodi Teknik Sipil merupakan salah satu peluang bagi kaum muda mendalami perencanaan SDA wilayah sungai,” jelasnya.

Ia menambahkan, mendalami perencanaan SDA wilayah sungai berarti juga mengikuti perkembangan perubahan iklim yang menyebabkan keadaan cuaca ekstrem.

Sekarang ini dengan perubahan iklim, masyarakat tidak tahu apa yang akan terjadi dengan pasti. Modelling atau simulasi bila ada kenaikan suhu di dunia dapat dipelajari juga apa yang terjadi di Jakarta.

“Kemampuan kita memakai cara lama data historis hujan lima tahunan, sepuluh tahunan tak dapat lagi diandalkan karena perubahan iklim. Dengan demikian, penguasaan mengenai permodelan dan simulasi merupakan keahlian dalam bidang kajian urban,” ujar Putuhena.

Dengan perencanaan SDA wilayah sungai melalui permodelan, maka tantangan pengembangan model drainase yang baru sangatlah penting. Sebagai contoh dalam perencanaan ibu kota negara baru di Kalimantan Timur, peran insinyur teknik sipil dalam perencanaan SDA wilayah sungai menjadi krusial. Inilah yang perlu disiapkan oleh perguruan tinggi yang mempunyai prodi teknik sipil. 

Sebagai dosen di TSP, Putuhena melakukan riset bersama konsorsium kajian urban terkait wilayah sungai. Risetnya mengenai green pavement merupakan salah satu upaya sebagai insinyur teknik sipil, berusaha membuat material bagi permukaan jalan dengan membuat material berongga.

Green pavement memiliki rongga di beberapa lapisan dari atas ke bawah sehingga air di permukaan dapat turun terserap ke tanah. Material ini diselidiki kekuatan dan diujicobakan dahulu di lahan parkir atau perumahan.  

Dalam percakapan bersama Prof. Putuhena, ia menitipkan pesan untuk generasi Z. “Kadang-kadang kita lupa nama sungai di tempat kita tinggal atau dekat kampus. Kalian kenali lah apa nama sungai itu dan kemudian amati sungai saat musim hujan dan kemarau. Pengamatan ini akan menimbulkan awareness dan akhirnya cinta lingkungan,” paparnya.

Tags Berita Tangsel Cisadane Tangerang Tangerang Selatan