TANGERANGNEWS.com-Jumlah orang dengan HIV (ODHIV) di wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang tercatat Dinas Kesehatan selama periode 2015 hingga Juli 2024 ada sebanyak 2.742 jiwa.
Dari angka tersebut, sebanyak 2.070 dinyatakan masih hidup. Namun hanya sekitar 1.349 ODHIV yang sedang menjalani pengobatan Antiretroviral (ARV) dan baru 665 orang yang sukses, dengan tes Viral Load menunjukkan status tidak terdeteksi.
Iman Permana, Divisi Humas Aliansi Masyarakat Sehat Kota Tangerang Selatan (AMSATS) menjelaskan data ini mencerminkan realitas kompleks yang dihadapi oleh masyarakat dan sistem kesehatan kota.
"Estimasi ini menunjukkan tantangan besar yang harus kita tangani bersama. Dari jumlah estimasi, sekitar 75% sudah ditemukan, tapi tidak semua menjalani pengobatan ARV secara konsisten," ungkapnya, Senin 2 Desember 2024.
Untuk persebaran jumlah kasus ini, paling banyak berada di Kecamatan Ciputat dengan 402 kasus, disusul Pondok Aren 283 kasus, Pamulang 261 kasus, Ciputat Timur 166 kasus, Setu 139 kasus, Serpong 130 kasus dan Serpong Utara 55 kasus.
Adapun ODIHV rentang usia 25–49 tahun berada pada angka tertinggi yaitu 1.673 kasus. Lalu, kelompok usia 20–24 tahun dengan 535 kasus.
"Rentang usia produktif ini sangat memprihatinkan karena dampaknya tidak hanya pada individu, tapi juga ekonomi dan sosial masyarakat," tambah Iman.
Meski demikian, jumlah temuan kasus di Tahun 2024 mengalami penurunan dibanding 3 tahun sebelumnya yang terus naik.
Tahun ini ada 188 kasus, tahun 2023 ada 351 kasus, tahun 2022 ada 311 kasus dan tahun 2021 ada 173 kasus.
Ia juga menjelaskan, dari 2.070 kasus yang ditemukan, sekitar 301 individu telah meninggal dunia. Sebagian besar meninggal karena terlambat didiagnosis atau tidak melanjutkan pengobatan.
“Upaya edukasi, deteksi dini, dan akses pengobatan harus terus kita tingkatkan,” kata Iman.
Program ART (Antiretroviral Therapy) menjadi andalan dalam menangani ODHIV di Tangsel. Namun, tidak semua ODHIV yang ditemukan menjalani pengobatan.
"Saat ini, 1.349 orang sedang dalam pengobatan. Angka ini harus kita kejar agar semua yang ditemukan mendapatkan akses ARV," jelasnya.
Meski demikian, stigma sosial dan kurangnya kesadaran masyarakat masih menjadi tantangan utama.
"Banyak masyarakat yang takut memeriksakan diri karena takut dikucilkan. Kita butuh pendekatan humanis agar lebih banyak yang mau melakukan tes dan pengobatan," ujar Iman.
AMSATS bersama Dinkes Tangsel terus berupaya memperluas jangkauan layanan kesehatan, termasuk edukasi terkait HIV.
"Kami juga mendorong pemeriksaan rutin bagi kelompok berisiko tinggi, terutama mereka yang berada di rentang usia produktif," tutup Iman.