Sabtu, 30 November 2024

Wartsila Tawarkan Solusi Dorong Nol Emisi Karbon Tahun 2060 di Indonesia

Presiden Wartsila Energi Anders Lindberg (tengah) bersama Wakil Presiden, Timur Tengah & Asia, Wartsila Energy Frederic Carron (kanan), dan Direktur Energy Business New Build Wärtsilä Febron Siregar (kiri) di Enlit Asia, ICE BSD, Rabu 15 November 2023. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

TANGERANGNEWS.com-Perusahaan penyedia teknologi pembangkit listrik asal Finlandia Wartsila Energy menawarkan solusi, dalam mendorong target Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi karbon pada tahun 2060.

Anders Lindberg, Presiden Wartsila Energy dan Wakil Presiden Eksekutif Wartsila mengatakan dari hasil pemmodelan sistem ketenagalistrikan net zero di Indonesia yang dilakukan pihaknya, salah satu temuan utamanya adalah dibutuhkan teknologi yang fleksibel untuk mendukung integrasi energi terbarukan dan bauran energi yang optimal.

“Di Wartsila kami percaya bahwa net zero dapat terlaksana secara ekonomi, semua teknologi yang kita perlukan untuk mencapai net zero sudah ada, dan fleksibilitas adalah kunci untuk mewujudkan tujuan iklim yang telah dicanangkan," katanya saat konferensi pers di Enlit Aslia, ICE BSD Tangerang, Rabu 15 November 2023.

Anders menjelaskan teknologi fleksibel ini dibutuhkan karena energi terbarukan produksinya bersifat intermiten dan sangat bervariasi. Contohnya seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin, dimana sumber energinya tidak selalu ada.

"Kalau tidak ada matahari atau tidak ada angin, maka tidak ada listrik. Maka dibutuhkan teknologi fleksibel, agar listrik tetap berjalan dan teknologinya itu dimiliki Wartsila," jelasnya.

Direktur Solusi Energi PT Wartsila Indonesia Febron Siregar mengatakan hasil pemodelan Wartsila mengungkapkan bahwa di Sulawesi dapat mencapai sistem ketenagalistrikan emisi net zero, dengan beralih ke penggunaan energi terbarukan sebesar 94% pada tahun 2060.

Adapun rekomendasi agar Indonesia berhasil mencapai Net Zero tersebut dibagi menjadi dua tahap. Untuk tahap pertama dari tahun 2023 ke 2030 langkah yang harus diambil Indonesia yakni menambah kapasitas terbarukan yang signifikan ke dalam sistem.

"Untuk menyelaraskan dengan target net zero di Indonesia, target energi terbarukan di Sulawesi harus ditingkatkan empat kali lipat dari 580 MW menjadi 1.200 MW pada tahun 2030," jelasnya.

Kemudian, menambahkan keseimbangan dan kapasitas fleksibel. Pembangkit yang fleksibel adalah kunci untuk mengintegrasikan energi terbarukan. 

"Jaringan listrik Sulawesi harus diimbangi dengan mesin fleksibel sebesar 800 Megawatt pada tahun 2030 dan penyimpanan energi sebesar 800 Megawatt pada tahun 2035," ujar Febron.

Selanjutnya tahap kedua, dari 2030 menuju ke 2060, melakukan penghapusan pembangkit listrik yang tidak fleksibel secara bertahap.

Pemodelan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar aset pembangkitan yang tidak fleksibel dapat dihapuskan secara bertahap sebelum tahun 2050.

Lalu, konversikan bahan bakar fosil ke bahan bakar berkelanjutan seperti hidrogen atau amonia. Bahan bakar berkelanjutan yang diproduksi secara lokal akan menggerakkan pembangkit listrik dengan keseimbangan yang fleksibel mulai tahun 2045 dan seterusnya.

"Dalam skenario Net Zero di Sulawesi, 2,7 Gigawatt hidrogen dapat dihasilkan dan digunakan sebagai bahan bakar mesin penyeimbang jaringan pada tahun 2060," papar Febron.

Tags