TANGERANGNEWS.com-Pandemi COVID-19 menjadi musibah terbesar yang pernah dialami umat manusia abad ini. Hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia merasakan hal yang sama, yaitu memfokuskan segala sumber daya untuk mengatasi virus Corona.
Ribuan orang meninggal,jutaan orang masih dalam perawatan. Sumber daya keuangan yang semestinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, terpaksa di-refocusting untuk pencegahan, pengobatan hingga pemakaman para korban COVID-19.
Para kepala pemerintahan di dunia pun tak bisa mengelak dari kewajibannya untuk melayani warga negara. Masing-masing memfokuskan pikirannya kepada situasi di dalam negeri, dan mengurangi hubungan bilateral, bahkan internasional.
Pada tataran kenegaraan, virus Corona telah membuat repot para pemangku kebijakan. Mulai dari Ketua RT hingga presiden. Tak satu orang pun yang tak memikirkan virus mematikan. Semua seperti barisan pasukan yang disiapkan untuk perang melawan virus yang belum ditemukan penawarnya ini.
Pun demikian pada tataran domestik (keluarga). Para orang tua sibuk membentengi diri anggota keluarganya dari kemungkinan terpapar. Terlebih, saat diberlakukan kebijakan bekerja di rumah (work from home), nyaris hampir seluruh aktivitas dilakukan di rumah. Hal ini juga yang menjadi kesempatan para orang tua melindungi anggota keluarganya.
#GOOGLE_ADS#
Corona dan Hikmahnya
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Tangerang Kosrudin berbagi cerita kepada TangerangNews.
Sebagai salah satu garda terdepan penanganan virus Corona di Kabupaten Tangerang, pria yang juga Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Banten banyak memetik hikmah, yang akhirnya membuat keyakinannya kepada Allah SWT semakin mengakar.
"Saya ini terjun langsung ke rumah-rumah korban meninggal akibat Corona untuk melakukan penyemprotan disinfektan, ke pasar-pasar dan tempat-tempat umum lainnya. Kemungkinan terpapar sangat tinggi, tapi saya tawakal saja kepada Allah SWT," ungkapnya saat berbincang dengan TangerangNews melalui sambungan telepon, Minggu (28/6/2020).
Dari data yang ia himpun juga, sebagian besar pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal, karena disertai penyakit bawaan. Sehingga ia turut meyakini, selain ajal yang memang sudah waktunya menjemput, COVID-19 menjadi salah satu wasilah (pemicu) harus bangunnya kesadaran manusia terkait realitas alam semesta.
"Bumi ini perlu bernafas. Perlu melakukan refresh. Maka, karena terjadi wabah ini, saya menyaksikan terjadi pengurangan polusi, salah satunya air sungai di dekat rumah saya yang biasanya hitam, tampak terlihat bening," terangnya.
Perlu diakui, sejak industrialisasi terjadi, kualitas lingkungan hidup terus menurun. Industrialisasi yang tidak diimbangi oleh praktik ramah lingkungan, telah menyebabkan organisme dan makhluk hidup lainnya punah akibat tercemar bahan beracun dan berbahaya (B3).
"Virus Corona menjadi semacam peringatan kecil, agar kita berfikir, sudah terlalu banyak kezaliman yang kita lakukan terhadap makhluk hidup lainnya," katanya.
Faktanya, sejak terjadi wabah ini, aktivitas industri memang terganggu. Bahkan, mereka merumahkan pekerjanya, dan juga ada yang gulung tikar (bangkrut). Kepongahan praktik industri tidak ramah lingkungan pun dihentikan hanya oleh virus yang bahkan mata tanpa bantuan alat khusus pun tak dapat memandangnya.
"Saya membayangkan, kalau virus ini sebesar belalang, maka apa yang terjadi? Mungkin sekali gigit kita sudah mati," tegasnya.
Namun, karena atas kemurahan dan kasih sayang Allah SWT yang sekedar hanya memberikan peringatan, virus Corona pun dapat ditanggulangi secara mudah hanya dengan deterjen.
"Hanya dengan sabun, cuci tangan virus ini sudah bisa dimatikan. Inilah kesempatan kita memperbaiki diri dan perilaku. Artinya, masih ada kesempatan untuk bertaubat dari perilaku yang salah," tegasnya.
Refleksi ini membuat Kosrudin tetap merasa nyaman dalam beraktivitas sebagai garda terdepan satgas COVID-19 di Kabupaten Tangerang.
"Saya tawakal saja, dan patuh pada protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun, musibah ini harus memberikan hikmah, agar kita dapat berkaca sudah seperti apa perilaku hidup kita," pungkasnya. (RMI/RAC)