TANGERANGNews.com-Kelompok paduan suara mahasiswa Univeritas Gadjah Mada (UGM) yang meraih juara di Italia, tiba di tanah air dengan mendapat sambutan meriah di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (29/09/2016) malam.
Mereka yang mendapat prestasi cemerlang dengan mengharumkan nama Negara itu langsung dikalungi bunga ketika sampai. Tim paduan suara tersebut bahkan mendapat selamat para pejabat PT Angkasa Pura II dan dari para penumpang setelah mereka diminta untuk perform. Penumpang yang awalnya tidak mengetahui kualitas suara mereka ketika perform, hanyut ketika mendengarnya.
“Sambutan dari kami ini sebagai apresiasi kepada anak bangsa yang berkompetisi di luar negeri, apalagi mereka berhasil membawa prestasi yang mengharumkan nama Indonesia,” ujar Vice Presiden of Airport Service PT Angkasa Pura II Eka Maria.
Untuk diketahui, Tim Paduan Suara Mahasiswa UGM itu menjuarai Internasional Choral Competition (ICC) 2016 di Italia. PSM UGM menyabet Gold Diploma Level 1 dan Level 2, sehingga membawa pulang silver medali. “Kami PT Angkasa Pura II mengucapkan terima kasih kepada adik-adik yang telah membuat bangga Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, Antari Innaka sebagai pembina paduan suara tersebut mengatakan, timnya mengirim 27 penyanyi, satu conductor, serta didampingi tiga official . Adapun beberapa lagu yang ditampilkan meliputi, O Magnum Mysterium, O Nata Lux, Ubi Catiras, dan Gloria Patri di kategori sacred music. Sedangkan di kategori gospel dan folklore menampilkan lagu Ugo-Ugo (Banyuwangi), Benggong (NTT), Tak Tong Tong (Padang) dan Let Me Fly.
"Pada kategori Grand Prix, PSM UGM membawakan repertoar Ergebung, Io Mi Son Giovinetta, dan Qontrr Qui, Rose," sebutnya. Dia menceritakan awal perjalanan mereka ke Italia.
“Memberangkatkan sekian banyak orang ini memang harus memiliki modal yang cukup. Kami memang menemui kendala, tetapi ada alumni yang dengan siap membantu untuk Negara. Walau tidak semua sesuai janji,” katanya.
Namun, kata dia, karena sudah yakin dan niat akan mengikuti kejuaran yang diikuti 19 negara itu, pihaknya tidak gentar meski ada kendala tersebut. Sejak Mei 2016, para mahasiswa itu mulai berlatih seusai mengikuti kuliah.
“Mereka ini selama di Italia tidak bersenang-senang, tetapi mereka setiap hari latihan. Selama latihan tidak boleh bawa ponsel. Mereka nurut,” ujarnya.
Selama di Italia, peristiwa meski keadaan menyedihkan tetap saja bersemangat meski jarak antara hotel dengan gereja tempat mereka berlatih sepanjang 5 Km. “Kami harus berjuang melawan 19 negara dapat dibayangkan. Alhamdulillah kami mendapat hasil yang terbaik,” tutupnya.