TANGERANGNEWS-Saling lempar tanggung jawab membuat Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi semerawut. Regulator bandara tersebut menyatakan, penyebab kesemerawutan adalah karena minimnya penegakan hukum (low enforcemen).
“Memang perlu ketegasan dalam melaksanakan peraturan. Karena tidak tegas itu lah, terjadi low enforcement, ini karena antar instansi saling melempar tanggung jawab,” kata Kepala Administrator Bandara Internasional Soekarno-Hatta Edward Silooy saat ditemui di kantornya, akhir pekan lalu.
Diakuinya, pihaknya sangat bergantung pada penerapan dari aturan yang telah dibuat untuk dilaksanakan oleh pengelola bandara tersebut, yakni PT Angkasa Pura II.
Misalnya, kata Edward, maraknya penjemput yang masuk tanpa menggunakan pass, sesaat setelah pesawat mendarat. “Saya hanya mendapat laporan saja, bahwa ada oknum berseragam A, B dan C. Saat saya meluncur ke lokasi, mereka sudah tidak ada? mereka main kucing-kucingan dengan saya. Meski tidak dapat melihat langsung, saya yakin
laporan itu benar, saya menyesalkan petugas yang memberikan izin itu,” ujar Edward.
Ditanya apakah dirinya tidak bisa melihat dari CCTV? Edward terdiam, lalu menyatakan, itu bisa saja dilihatnya. Dan, bahkan dirinya juga melihat banyak petugas yang hanya bisa melamun kala oknum dari instansi berseragam masuk ke restricted area. Adminstrator Bandara memang bisa menegur PT Angkasa Pura II, tetapi kalau mereka (PT Angkasa Pura II) tidak menindaklanjutinya, kata Edward, pihaknya hanya bisa melaporkan itu ke atasannya.
“Kalau sudah begini saya hanya bisa melaporkan pelanggaran itu ke Ditjen Perhubungan Udara. Tetapi saya akui untuk hal yang urgent PT Angkasa Pura II selalu bereaksi ketika kami menegurnya, misalnya soal aspal runway yang sudah melesak kedalam,” tuturnya.
Selain melaporkan ke Ditejen Perhubungan Udara, pihaknya bisa mencabut pass atau ID Card bagi mereka yang melanggar area pada pass tersebut. Menurutnya sudah puluhan oknum petugas yang ditarik pass-nya lantaran masuk ke area yang tidak sesuai dengan izinnya. Edward menyatakan, persoalan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini memang pelik.
“Saya kasih contoh Kapolres Bandara yang sebelumnya, yakni Pak Guntur, saking kesalnya dengan calo dan pedagang asongan. Saat ditangkap, Pak Guntur mengirimkan pelanggar itu ke panti sosial.Sampai di sana malah dilepas, hanya dengan membayar Rp50.000. Saat itu Pak Guntur benar-benar kesal, ” katanya. (dira)