TANGERANGNEWS-Sembilan pesawat yang akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta tertahan di udara. Sedangkan 15 pesawat yang akan terbang dari bandara itu, terpaksa ditunda. Itu terjadi lantaran matinya sisten radar pada bandara itu.
Pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura II melalui Coorporate Secretary Harry Cahyono mengatakan, peristiwa matinya radar tersebut terjadi sekitar pukul 9.02 WIB hingga pukul 9.32 WIB. “Jika terjadi keadaan seperti ini, sistem utama langsung diambil alih sistem back-up. Maka sejak pukul 9.05 WIB sistem backup yang bekerja,” kata Harry.
Menurut Harry, matinya radar tersebut tidak menampilkan flight plan. Dan, sesuai dengan standart operational procedure (SOP), teknisi PT Angkasa Pura II yang ada di Air Traffic Service (ATS) telah melakukan pemanduan secara manual dengan bekerjasama dengan pilot dan teknisi.
“Sekitar pukul 9.32 WIB, sistem telah kembali normal, user controller telah kembali menggunakan sistem utama. Semua gangguan dapat teratasi dengan baik,” katanya.
Ditanya penyebabnya, Harry mengatakan, sejak peristiwa itu terjadi hingga petang ini, pihaknya masih melakukan evaluasi terhadap kejadian tersebut. Namun, yang jelas, kata dia, dalam jangka pendek ini pihaknya akan membentuk tim guna mencari tahu penyebabnya dan agar terjaganya sistem navigasi di Bandara internasional Soekarno-Hatta itu.
“Telah terjadi anomaly sistem, kemudian kami melakukan dan menginformasikan kepada pesawat yang akan mendarat dan yang akan berangkat bahwa akan terjadi delay,” katanya.
Dampak akibat peristiwa itu, kata Harry, sembilan pesawat yang akan mendarat tertahan di udara selama 10-15 menit. Sedangkan pesawat yang akan berangkat, delay selama 12-15 menit. “Tidak ada pesawat yang dialihkan atau divert ke bandara lain. Semua tetap dapat mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta,” tuturnya.
General Manager Air traffic Service Bandara Internasional Soekarno-Hatta Weda Yuwana mengatakan, tidak ada warning dimonitor ketika peristiwa itu terjadi. “Ada sih itu pun hanya berapa detik, dengan tulisan AUR, yang berarti radar tidak bisa menerima data,” ujarnya.
Weda mengatakan, catatan pihaknya sejak sekitar 18 tahun adanya sistem itu, baru dua kali terjadi, yakni Juni 2009 dan kali ini. “Sedangkan pada 2007 lalu, itu bukan persoalan yang sama melainkan mati listrik yang bentutnya menganggu sistem radar,” katanya. Ditanya apakah karena sistemnya yang ketinggalan zaman, Weda mengatakan, sistem masih layak dan tidak ketinggalan zaman. (dira)