TANGERANGNEWS-Pasca berhentinya Mandala Airlines pada Kamis (13/01/2011) lalu berdampak pada sepinya Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Seperti diketahui, Terminal yang dioperasikan mulai 15 April 2009 dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni itu ditempati dua maskapai, Air Asia dan Mandala Airlines. PT Angkasa Pura II membangun terminal tersebut dengan terminal berkonsep moderen dan futuristic.
Namun, sayang terminal yang memiliki pusat perbelanjaan ini kini semakin melorot jumlah penumpang maupun pengunjungnya. PT Angkasa Pura II mencatat, ada penurunan penerbangan dari sebelumnya yang rata-rata sehari 24 penerbangan kini menjadi 12 penerbangan per hari. Tentunya penurunan penerbangan itu mempengaruhi grafik penumpang.
“Tahun pertama (2009) jumlah penumpangnya mencapai 3,2 juta. Jumlah itu turun drastis pada 2010 menjadi 1,9 juta, sedangkan pada 2011 kita tidak terlalu mentarget kan tinggi sekitar 2 jutaan,” ujar General Manajer Terminal III, Bandara Soekarno-Hatta, Arif Sudarmawan, hari ini.
Padahal, kapasitas terminal baru itu diproyeksikan akan dapat menampung 4 juta penumpang pertahun. Arif mengaku, salah satu penyebab menurunnya penumpang memang karena Mandala Airlines tutup. Meski begitu, Arif mengklaim tidak ada kerugian akibat tutupnya Mandala Airlines. “Dari kita (PT Angkasa Pura II) tidak ada kerugian. Sebab, penumpangnya pindah Airlines saja, dan tetap berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, tetapi mungkin buat tenant,” katanya.
Mengunjungi Terminal III, tampak sepi. Tidak ada kumpulan calon penumpang atau pun penumpang yang antre masuk untuk check-in. Pemandangan ini berbeda sekali dengan Terminal I dan II. Sejumlah pedagang yang ditemui mengaku, kondisinya bertambah sepi setelah Mandala Air berhenti beroperasi. “Sebelumnya memang sepi, sekarang bertambah sepi karena Mandala tutup. Kalau Air Asia saja soalnya kebanyak bule (orang asing), sedangkan Mandala kan lebih banyak orang Indonesia-nya,” ujar Siti Maryam, pedagang Bakso Ino, di lantai 2 terminal IIII saat ditemui.
Dari jumlah penjualan pun, menurut Siti Maryam, turun drastis. Dari Rp6 juta perhari, kini hanya Rp2 juta perhari. “Darstis memang,” katanya. Sama dengan pedagang Bakso di sana, SPG di counter Batik Keris juga mengakui itu. “Sekarang yang masuk ke konter hanya paling lima orang seharinya, itu pun kebanyak yang melihat-lihat saja,” terang Astuti. (DIRA DERBY)