TANGERANGANEW.com-Seiring dengan peningkatan kasus cacar monyet atau monkeypox (MPOX) di berbagai negara, kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit menular ini telah ditingkatkan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang.
Hal ini untuk meminimalisasi risiko penyebaran virus ini melalui penumpang internasional.
M. Holik Muardi, Senior Manager of Branch Communication & Legal Bandara Soekarno-Hatta mengatakan, dengan mengedepankan kesehatan dan keselamatan para penumpang serta personel bandara, langkah-langkah pencegahan telah diperkuat dan difokuskan pada deteksi dini, penanganan yang tepat, dan penyediaan fasilitas yang memadai.
Untuk menghadapi ancaman penyebaran MPOX, Bandara Soetta telah melakukan berbagai langkah kolaboratif dengan Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) dan berbagai instansi terkait lainnya.
"Kerja sama ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap potensi kasus monkeypox dapat dideteksi dan ditangani dengan cepat serta tepat," ujarnya, Senin 2 September 2024.
Koordinasi yang intensif antara pihak Bandara dengan BBKK memastikan adanya protokol penanganan yang komprehensif, mulai dari deteksi dini hingga penanganan medis lanjutan.
Salah satu langkah kunci yang dilakukan ketika ditemukan suspect MPOX di area kedatangan internasional adalah pemisahan penumpang yang terindikasi memiliki gejala dari penumpang lainnya.
Penumpang yang diduga terinfeksi MPOX akan langsung diarahkan ke ruang isolasi sementara yang telah disiapkan khusus di bandara.
"Di ruang isolasi ini, penumpang akan menjalani pemeriksaan medis lanjutan oleh tim kesehatan yang selalu siaga 24 jam," kata M Holik Muardi.
Jika penumpang tersebut terkonfirmasi memiliki gejala yang sesuai dengan MPOX, ia akan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesuai dengan protokol yang berlaku.
Posko MPOX juga telah dibentuk untuk meningkatkan kesiagaan dan memberikan dukungan langsung dalam pencegahan dan penanganan kasus.
Selain itu, fasilitas pendukung telah ditambah dengan pemasangan thermal scanner di area kedatangan internasional Terminal 2 dan Terminal 3.
"Thermal scanner ini berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh penumpang secara real-time, sebagai salah satu upaya awal untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang terkait dengan monkeypox," jelas M Holik.
Saat ini, terdapat 2 unit thermal scanner di Terminal 2 dan 4 unit di Terminal 3, yang ditempatkan secara strategis, untuk memastikan semua penumpang internasional melewati pemeriksaan suhu tubuh, sebelum melanjutkan proses kedatangan mereka.
Selain itu, untuk memperkuat pengawasan kesehatan, semua penumpang internasional yang memasuki Indonesia diwajibkan untuk mengisi form swadeklarasi elektronik SATUSEHAT health pass, sebelum mereka tiba di Tanah Air.
Formulir ini harus diisi sejak di bandara keberangkatan dan diverifikasi oleh petugas kesehatan di bandara kedatangan melalui laman (http://sshp.kemkes.go.id).
"Proses screening ini mulai diberlakukan sejak 29 Agustus 2024 dan berlaku untuk seluruh negara tanpa kecuali," kata M Holik.
Semua penumpang diwajibkan untuk melakukan proses ini melalui barcode yang sudah tersedia, sebagai bagian dari protokol pencegahan yang ketat.
"Kesehatan dan keselamatan para pengguna jasa adalah prioritas utama kami. Oleh karena itu, kami telah mengimplementasikan berbagai langkah proaktif untuk mencegah penyebaran virus monkeypox di Bandara Soekarno-Hatta," tegasnya.
M. Holik Muardi juga mengimbau kepada seluruh penumpang internasional untuk memastikan bahwa mereka telah memenuhi semua persyaratan perjalanan yang diperlukan, termasuk pengisian SATUSEHAT health pass.
"Penting bagi kami untuk memastikan bahwa setiap penumpang yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta telah mematuhi seluruh protokol kesehatan yang ada, agar kita dapat menjaga lingkungan bandara tetap aman bagi semua orang," ujarnya.
Selain itu, pihaknya mengajak seluruh pengguna bandara untuk menerapkan pola hidup sehat selama berada di area publik.
"Kedisiplinan dan kepedulian terhadap kesehatan diri sendiri sangat penting dalam upaya kolektif untuk mencegah penyebaran penyakit," tutup M Holik.