Connect With Us

Menteri Yohana Sebut Perempuan di Banten Kurang Perhatian

Maya Sahurina | Selasa, 27 November 2018 | 20:28

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Yohana Susana Yembise saat diwawancara awak media di Desa Talaga, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Selasa (27/11/2018). (TangerangNews.com/2018 / Maya Sahurina)

 

TANGERANGNEWS.com-Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) hingga kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan di Banten terbilang tinggi. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) Kementerian Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) RI, TPPO di Provinsi Banten pada tahun 2014 tercatat 21 orang, 19 orang pada 2015, serta 6 orang pada 2017.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Yohana Susana Yembise pun menyambangi ratusan buruh PT Boosang Sarang di Jalan Serang Km 16.8, Desa Talaga, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Selasa (27/11/2018).

Kehadiran Yohana bersama anggota Komisi XIII DPR RI Ali Taher itu untuk menyosialisakan undang-undang tentang perlindungan anak.

Dikatakan Yohana, perempuan harus mendapatkan perlindungan serta pemberdayaan.

"Kita melakukan sosialiasi karena yang bekerja disini mayoritas perempuan. Memberikan arahan kepada mereka terutama hak-hak perempuan yang harus diperhatikan. Perempuan dan laki-laki harus setara," ujar Yohana.

Dikatakannya juga, bahwa kasus perdagangan orang (human traficking) di Provinsi Banten cukup tinggi. Sementara provinsi lainnya dengan kasus serupa yakni Jawab Barat, Jawab Tengah, Jawa Timur, NTB dan NTT. 

"Perempaun menjadi kantung TKI dan kantung human trafickng di luar negeri. Banyak perempuan yang manjadi korban kekerasan, itu berasal dari Banten. Hal itu  menunjukan perempuan di Banten kurang diperhatikan keluarga," bebernya.

"Makanya keluarga perlu memperhatikan anak-anaknya agar tidak bekerja jauh-jauh keluarga negeri," tambahnya.

Yohana menyebut, ada beberapa faktor yang memicu kasus human traficking menjadi tinggi, terutama keluarga yang tidak bertanggung jawab kepada anak-anaknya. 

"Banyak anak yang dikirim keluarga negeri, termasuk perempuan rentan yang dikirim keluar negeri," imbuhnya.

Yohana juga mengatakan kasus kekerasan  terhadap anak masih kerap terjadi. Sehingga harus ada tindakan preventif untuk memperkuat ketahanan keluarga, serta meningkatkan pengawasan terhadap anak.

Untuk menghindari terus terjadinya kasus human traficking, Yohana menyebut beberapa program yang dilakukan agar perempuan memiliki keterampilan khusus, sehingga tidak perlu menjadi TKI di luar negeri sehingga bisa lebih memperhatikan keluarga.

"Kita memberikan pelatihan khusus, wirausaha kecil-kecilan agar memperhatikan keluarga mereka," tandasnya.(RMI/HRU)

MANCANEGARA
Wuih, SIM Indonesia Bakal Berlaku di Negara-negara ASEAN

Wuih, SIM Indonesia Bakal Berlaku di Negara-negara ASEAN

Senin, 24 Juni 2024 | 09:33

Surat Izin Mengemudi (SIM) akan segera berlaku di negara-negara ASEAN pada Juni 2025 mendatang.

WISATA
Festival Al-A'zhom Dimulai Akhir Pekan Ini, Ada 79 Tenant Kuliner 

Festival Al-A'zhom Dimulai Akhir Pekan Ini, Ada 79 Tenant Kuliner 

Jumat, 5 Juli 2024 | 12:06

Gelaran wisata religi tahunan, Festival Al-A’zhom 2024 di akan mulai digelar pekan ini, Sabtu, 6 Juli 2024 hingga dua pekan ke depan, tepatnya 17 Juli 2024.

TANGSEL
Mau Transaksi, Kurir Ditangkap Simpan 45 Kg Sabu dalam Mobil di Bintaro Tangsel

Mau Transaksi, Kurir Ditangkap Simpan 45 Kg Sabu dalam Mobil di Bintaro Tangsel

Jumat, 5 Juli 2024 | 16:10

Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menangkap kurir narkoba yang membawa 45 kilogram sabu di wilayah Bintaro, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis 4 Juli 2024.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill