TANGERANG- Saat baru lulus pada 2009 dari Claremont McKenna College, pengusaha bernama Daniel Kan (29), sempat ditolak 35 perusahaan. Hanya ada dua perusahaan yang mau menerimanya.
"Saya ingat jelas ketika saya lulus, saya akan bekerja di bidang keuangan. Saya bayangkan 'Oh inilah jalannya. Semua orang masuk ke bidang keuangan dan membuat banyak uang'," kata Kan dikutip dari Entrepreneur.
Dengan tangan penuh penolakan dari dunia keuangan, Kan memiliki dua peluang yaitu mengajar Bahasa Inggris di Korea atau bekerja di sebuah startup bernama UserVoice di San Francisco. UserVoice adalah sebuah platform yang membantu perusahaan mengumpulkan umpan balik pengguna. "Saya memilih startup," kata Kan.
Tujuh tahun kemudian, Kan jadi salah satu pendiri CruiseAutomation, sebuah startup yang dibeli General Motors pada Maret lalu sebesar US$1 miliar atau setara Rp13,1 triliun dalam bentuk tunai dan saham.
Jadi bagaimana lulusan perguruan tinggi yang ingin masuk dunia keuangan ini menjadi pendiri salah satu startup terpanas di Silicon Valley?
Kan dibesarkan di sebuah keluarga entrepreneur. Ibunya memulai usaha real estate dan broker sendiri di Seattle pada 1990-an. Saat itu Kan adalah seorang anak berusia sekitar 10 tahun, sebelum Google Maps muncul.
Untuk membantu bisnis ibunya, Kan dan saudara-saudaranya akan memindai dan membuat foto kopi dari buku-buku peta raksasa, menggabungkannya dan membuatkan rute rumah-rumah untuk ibunya.
Saudara Kan, Justin, juga seorang entrepreneur. Dia kembali ke San Francisco setelah lulus kuliah dan mendirikan platform video online Justin.tv pada 2006 yang kemudian berubah menjadi Twitch.
Di sepanjang hidupnya, Kan menganggap keluarganya sebagai sumber inspirasi dan dukungan. Bahkan sekarang setelah menjadi jutawan, Kan tetap tinggal bersama saudaranya .
"Saya tidak akan berada di sini tanpa saudara saya atau orang lain di Twitch. Itu mungkin hal yang paling penting," katanya.
"Bukan hanya memiliki ide atau mengeksekusi ide ini semua tentang hubungan yang Anda miliki dan orang-orang yang Anda kenal dan yang mendukung Anda."
Bagi Kan, sebuah jaringan dukungan akan membantu seseorang ke garis start untuk memulai sebuah startup. Tetapi Anda tidak akan membangun startup bernilai miliaran dolar tanpa punya tekad serius dan keuletan yang terus-menerus.
"Kan memiliki keberanian yang begitu penting agar sebuah startup menjadi sukses. Orang-orang berpikir startup sebagai bisnis berisiko, itu karena dalam diri mereka ada perasaan takut gagal. Namun Kan selalu mengatakan 'Bagaimana jika?'' untuk menantang setiap orang untuk membuat pencapaian sedikit lebih tinggi," kata NabeelHyatt, seorang partner di Capital Spark. Setelah beberapa tahun di UserVoice dan didorong oleh kakaknya, Kan memulai startupnya sendiri - beberapa kali.
Pertama, pada 2011, Kan meluncurkan Appetizely, sebuah perusahaan yang membuat berbagai macam aplikasi restoran berbasis iOS. Kan berhasil membuat sekitar 30 aplikasi sebelum Apple meminta Appetizely menggabungkan semua aplikasi tersebut ke dalam satu aplikasi.
Kan merasa jika dia tidak membuat aplikasi yang berbeda untuk setiap restoran, maka itu menjadi tidak menarik lagi bagi restoran. Hanya beberapa bulan setelah peluncurannya, Kan menutup Appetizely.
Akhir tahun itu juga, Kan meluncurkan Exec, layanan pribadi on-demand. Pelanggan hampir selalu menggunakan aplikasi Exec untuk pekerjaan rumah tangga. Seperti mencuci piring, membersihkan kolam, mencuci pakaian dan sebagainya.
"Kami memulainya sebagai sebuah layanan yang akan memungkinkan Anda untuk melakukan apa saja. Dengan menekan sebuah tombol, Anda akan memiliki seseorang yang menjalankan tugas atau mencuci pakaian atau apa pun," kata Kan.
"Dan perlahan-lahan kami berubah menjadi bisnis bersih-bersih rumah. Bagi saya, itu bukan yang benar-benar saya sukai." Pada 2014, ia menjual startup kepada perusahaan jasa Handy yang berbasis di San Francisco.
Setelah menjual Exec, Kan mencari langkah berikutnya. Dia kenal Kyle Vogt selama bertahun-tahun karena Vogt adalah bagian dari tim pendiri Justin.tv dan Twitch yang didirikan Justin Kan. Selama musim panas berikutnya, Kan magang di perusahaan saudaranya.
Vogt telah terobsesi dengan konsep swa-kemudi sejak ia masih remaja. "Ini adalah gairah yang sebenarnya," kata Kan, yang sangat senang konsep swa-kemudinya mendapat sambutan dari teman-temannya. Maka pada tahun 2014, Vogt bergabung dengan Kan untuk mendirikan CruiseAutomation.
Lahir Unicorn
Tak lama setelah GM setuju untuk membeli CruiseAutomation senilai US$1 miliar, startup berbasis di San Francisco yang mengkhususkan diri dalam teknologi swa-kemudi ini menurunkan sebagian besar informasi tentang perusahaan dan teknologi dari situsnya. Yang ada hanyalah beberapa informasi lowongan pekerjaan perusahaan mobil asal Detroit itu.
Kan mengatakan untuk sementara dia tetap tinggal untuk mengawasi teknologi swa-kemudi karena CruiseAutomation sekarang telah menjadi bagian dari General Motors. Dan teknologi yang ditawarkan Kan pasti sangat bernilai hingga perusahaan besar sekelas GM rela menulis cek bernilai fantastis.