TANGERANGNEWS.com-Tangerang merupakan kota suburban dengan mobilitas penduduk yang sangat tinggi, tak kalah dengan ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia. Sebagai kawasan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, banyak tempat-tempat usaha yang semakin menjamur mulai dari perkantoran, pendidikan, hingga tempat makan dan hangout yang menyuguhkan berbagai macam jenis makanan yang ditawarkan.
Peluang inilah yang dilihat oleh Aisyah Hafiza atau yang kerap disapa Echa. Wanita yang masih berusia 24 tahun ini, bersama kelima temannya yaitu Fernald Albert Wiguna, Charles Tantiono, Deninda Fairuzahra dan Andika Adidharma menggagas ide untuk membuat satu usaha kuliner yang unik.
Ide tersebut berawal dari tugas akhir kampus sebagai syarat lulus untuk meraih gelar sarjana dari Universitas Prasetya Mulya di BSD. Echa bersama kelima teman memilih usaha membuka sebuah restoran atau rumah makan yang saat ini dikenal dengan nama “Wakacao”. Restoran ini menyediakan makanan beef pepper rice yang disajikan dengan hot plate.
“Dan kebetulan kami semua juga memiliki cita-cita yang sama yaitu setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, kami ingin berwiraswasta dan tidak ingin menjadi pekerja kantoran”, ungkap Aisyah Hafiza, Sabtu (7/7/2018).
Namun tidak mudah menggagas sebuah ide yang mampu diterima dan mendapat kepercayaan dari publik. Aisyah mengaku butuh waktu satu tahun untuk merancang dan menyiapkan konsep dari ide rumah makannya. Pasalnya makanan yang disajikannya ini belum dikenal luas oleh masyarakat indonesia.
“Bahkan selama kurang lebih enam bulan, kami merumuskan resep dari makanan yang akan kami tawarkan kepada konsumen. Beberapa kali kami membuat dan mencoba serta merancang bagaimana cita rasa yang sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Memperkuat cita rasa Nusantara merupakan salah satu kunci kesuksesan Wakacao saat ini. Wakacao hadir tidak hanya secara musiman saja, melainkan terus berkelanjutan. Hal ini terbukti dengan Wakacao telah tersebar di beberapa daerah. Sejak dimulainya usaha pada tahun 2016, Wakacao sudah memiliki 16 cabang hingga akhir tahun 2017. Aisyah Hafiza dan teman-temannya berencana memperbanyak gerai sebanyak 15 cabang pada tahun 2018 ini.
Aisyah menceritakan, dibalik kesuksesan Wakacao, tersimpan perjuangan yang tidak mudah. Menentukan lokasi tentu menjadi point utama untuk memulai sebuah usaha. Awal mula, Aisyah dan teman-teman memilih lokasi di kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Seperti banyak diketahui, wisata kuliner dikawasan tersebut sangat mudah mendapatkan pangsa pasar.
“Tapi saat hendak memulai gerai Wakacao, kami ditipu oleh pihak yang mengelola lapak di kawasan tersebut. Ternyata kawasan tersebut milik pemerintah dan akan dibangun stasiun MRT Jakarta. Padahal kami telah membayar lapak sebesar Rp36 juta,” ungkapnya.
Mereka hampir menyerah saat memulai bisnis karena menemui kendala yang sangat berat. Akan tetapi, tekad dan niat masih kuat dipegang, survei serta usaha untuk bangkit masih terus dilakukan.
Kemudian Pasar Modern BSD menjadi pilihan dan langkah awal menuju kesuksesan yang diraih Wakacao. Aisyah mengatakan, dia dan teman-temannya mengumpulkan kembali modal awal sebesar Rp50 juta dimana masing-masing orang memberikan Rp10 juta.
Akhirnya cerita Wakacao terus berlanjut, satu bulan pertama sama sekali tidak menghasilkan laba dan hanya sedikit pengunjung yang datang. Rasa cemas dan pasrah akan hilangnya modal yang ditanamkan sudah semakin besar, tapi hati kecil terus berharap agar Wakacao harus tetap berjalan.
“Bulan kedua, promosi dilakukan dari program buy one get one serta menyebar brosur kepada teman-teman kuliah pun dilakukan. Tak hanya itu, kami pun melakukan promosi dari mulut ke mulut agar publik megetahui kehadiran Wakacao,” ujarnya.
Kesuksesan Wakacao saat ini, dimulai dari Pasmod BSD yang kemudian tersebar ke-1 cabang lainnya di kawasan Tangerang, Jakarta hingga Bandung. Untuk setiap gerai Wakacao mampu menghasilkan omset sebesar Rp270 juta hingga Rp280 juta per bulan atau per harinya sekitar Rp8-9 juta.
“Wakacao memiliki harga yang sangat pas bagi kantong mahasiswa yaitu dari Rp 32.000 hingga Rp 35.000, memiliki cita rasa yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Wakacao juga hadir di salah satu mall di Bandung,” ungkap Aisyah.
Bagi Aisyah Hafiza, Pasmod BSD memiliki peran dan sejarah terhadap kesuksesan yang telah dicapai saat ini, sehingga membuat Wakacao mulai dikenal masyarakat luas. Wakacao yang mampu memikat pencinta beef pepper rice yang disajikan dengan hot plate. Membuat pengunjung Pasmod BSD hingga saat ini terus meningkat untuk berbelanja atau sekedar menikmati wisata kuliner.
Aisyah Hafiza mengungkapkan, pada tahun 2017 lalu, Wakacao mampu mengantongi pendapatan hingga Rp2,4 miliar dengan laba 30%. Aisyah Hafiza merupakan salah sastu pelaku UMKM Pasar BSD City yang telah sukses dengan bisnis kulinernya. Berkat kegigihan dan keuletannya, kini Wakacao menjadi salah satu tujuan favorit para pengunjung.
“Kerja keras dan pantang menyerah tidak akan pernah mengkhianati hasil akhir dari usaha yang dilakukan,” ujarnya.(RAZ/HRU)