TANGERANGNEWS.com- PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berpotensi mencapai target pra-penjualan (marketing sales) yang dikoreksi dari Rp3,5 triliun menjadi Rp4,2 triliun.
Analis CLSA Sekuritas Jonathan Mardjuki dan Wirandi Ng menyebutkan pendapatan LPKR terus menunjukkan peningkatan dari tahun 2017-2020 mulai Rp704 miliar pada tahun 2017 dan Rp1,6 triliun di tahun 2018, kemudian pada tahun 2019 sebesar Rp1,8 triliun dan di tahun 2020 berhasil mencapai Rp2,6 triliun.
“Tren positif pendapatan pra-penjualan LPKR terus berlanjut dimana pada Semester I/2021 LPKR telah berhasil membukukan Rp2,33 triliun, tumbuh 122% YoY,” jelas analisa tersebut yang diterima di Jakarta, Sabtu, 11 September 2021, seperti dilansir dari Antara.
CEO LPKR John Riady mengatakan tren perbaikan sektor properti ini menjadi momentum bagi perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja dengan menciptakan produk berkualitas dengan harga terjangkau bagi segmen pasar yang tepat yaitu kalangan milenial.
"Kinerja kami terus menunjukkan peningkatan. Pada bulan Maret kami berhasil meraih 37% dari target pra-penjualan senilai Rp1,31 triliun. Di bulan Juni tumbuh 193% menjadi Rp1,02 triliun. Semester I/2021 meningkat sebesar 122% YoY menjadi Rp2,33 triliun yang artinya kami telah berhasil mencapai 67% target penjualan tahun ini. Hingga bulan Agustus 2021 kami telah membukukan pra-penjualan sebesar Rp3,1 triliun. Berbagai indikator dari pencapaian ini membuat kami confident bisa mencapai revisi kenaikan target pra-penjualan full year 2021 diantaranya melalui peluncuran produk baru segmen market premium dan properti komersial di beberapa klaster di Lippo Village dan Lippo Cikarang pada semester kedua tahun ini," kata John.
Seperti diketahui dalam dua tahun terakhir selama masa pandemi sejak awal tahun 2020, kalangan pengembang nasional menerapkan berbagai adaptasi dan strategi penjualan yang menunjukkan pencapaian positif dengan semakin membaiknya bisnis di sektor properti.
Riset Rumah.com Indonesia Property Marketing Index Q3/2021 menunjukkan tren harga rumah tapak kembali naik sebesar 2,36% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ).
Wilayah Tangerang, Banten, mencatatkan kenaikan tertinggi mencapai 6,94% (QoQ). Rumah tapak yang paling diminati di kisaran harga Rp300 juta-Rp750 juta dengan mayoritas pencarian sebesar 57% masih berada pada kisaran Rp1 miliar.
"Berbagai indikator yang baik ini tidak terlepas dari regulasi dan insentif pemerintah seperti insentif Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100% untuk properti siap huni seharga maksimal Rp2 miliar. Begitu juga dengan tren penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) dengan pemberlakuan suku bunga acuan (BI 7 Days Reverse Repo Rate) sebesar 3,5%. Ini berarti BI telah menurunkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin selama setahun terakhir yang membuat kondisi pasar kian bergairah," ujar Marine Novita, Country Manager Rumah.com.